SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri) segera dilaksanakan kembali untuk tahun ajaran yang baru. Siswa/i tahun akhir di seluruh sekolah menengah atas atau sederajat dari berbagai titik di Indonesia agaknya semakin waswas berpartisipasi dalam proses penyeleksian calon mahasiswa ini, nih. SNMPTN menjaring banyak institusi pendidikan tinggi dengan beragam program studi yang tersebar di berbagai provinsi. Hawa kompetitif yang pekat pantas saja membuat para pelajar yang menggantungkan mimpi untuk turut serta membangun negeri ini menjadi dilema dalam menjatuhkan pilihan.
Maka, sebelum kamu menentukan pilihan jurusan untuk SNMPTN nanti pastikan kamu sudah mempertimbangkan beberapa hal di bawah ini, ya. Tentu saja semua itu akan membantumu memantapkan hati dalam menjatuhkan pilihan jurusan yang pas buatmu. Semoga membuka pikiranmu, ya!
1. Minat
Minatmu pada suatu rumpun ilmu tertentu dapat dijadikan landasan dalam memilih program studi di SNMPTN. Atau jika kamu memiliki target terkait dengan cabang ilmu yang akan dipelajari di program studi tertentu. Bahkan hal-hal trivial yang tampak 'asing' namun sejatinya merupakan panggilan jiwa yang murni dari dalam dirimu sekalipun. Misalnya, kamu yang memiliki pengalaman kurang mengenakkan ketika kerabatmu meninggal sebab penyakit tertentu lantas bermimpi mendalami bidang kesehatan untuk mencari tahu seluk beluk lebih dalam tentang penyakit tersebut. Atau hal sepele seperti kamu yang entah mengapa gemar membaui aroma khas rumah sakit. Dapat juga seperti kamu yang sedari kecil gemar mengimajinasikan bangun ruang dan kelak bercita-cita menjadi seorang arsitek.
Nah, jika kamu masih bingung dengan minatmu, maka cobalah lihat daftar program studi di beragam universitas tersebut. Sewajarnya, dari sekian puluh program studi tersebut akan ada mungkin satu atau beberapa yang paling membuatmu penasaran. Lalu carilah info sebanyak-banyaknya tentang program studi itu. Rasakanlah dari hatimu, dimana minatmu itu bersemayam. Mana yang paling membuatmu antusias dan penasaran, jangan melulu terbelenggu dengan stereotipe akan prestise, ya.
2. Bakat dan Capaian Nilai
Kamu mungkin berminat di program studi tertentu, sayangnya capaian nilai yang tertera di laporan hasil belajarmu agaknya kurang mendukung untuk merealisasikan minat utamamu tersebut. Atau mungkin kamu ternyata jauh lebih berbakat di bidang lain dan bakat itu belum sepenuhnya dikembangkan olehmu selama ini. Misalnya, kamu begitu berminat ke bidang Biologi terutama ketika mempelajari materi tentang hewan sehingga kamu agaknya berkeinginan memilih program studi Pendidikan Dokter Hewan atau Biologi. Sayangnya, nilai-nilaimu kalah saing dengan temanmu yang juga mengambil program studi dan universitas yang sama. Dan jikapun mengambil universitas berbeda, level kompetitifnya tampaknya terlalu sengit untuk capaian akademikmu selama ini.
Nah, tak ada salahnya pula kamu mempertimbangkan soal bakat dan capaian nilai ini dalam memilih pilihan program studi nanti. Coba buat daftar program studi yang menjadi minat utama dan daftar program studi yang sekiranya disokong dengan cukup apik dengan bakat dan nilaimu. Kemudian, bandingkan untuk kelebihan dan kekurangannya.
Ingatlah, wajar jika kelak ego akan turut berperan cukup dominan saat memilih antara terus mengedepankan minat dengan mengabaikan bakat serta capaian nilai dengan bidang yang ternyata lebih 'aman' untukmu. Dan bukan berarti hal itu tidak membuatmu berminat sama sekali. Lapangkan hati, jernihkan pikiran, lalu putuskanlah pilihanmu.
3. Kuota dan Peminat Program Studi
Kamu juga harus jeli melihat kuota yang disediakan dalam program studi pilihanmu itu dan jumlah pelamarnya pada tahun sebelumnya, nih. Memang benar bahwa jika memang rezekimu untuk lulus, walaupun hanya diberikan satu kursi maka kamu akan tetap dapat menduduki kursi itu.
Akan tetapi, sikap optimis agaknya juga harus diimbangi dengan pandangan yang realistis. Tentunya ada banyak hal yang akan menjadi kriteria penilaian dari universitas bersangkutan. Dan semua itu bersumber dari apa-apa yang ada dalam dirimu. Mulai dari nilai, prestasi ekstrakulikuler dan non-kulikuler hingga latar belakang sekolahmu. Nah, sederhananya, berdasarkan kuota dan peminat ini dapat secara umum dilihat seberapa kompetitif persaingan untuk memperebutkan satu kursi tersebut. Ingat, sainganmu adalah nasional, lho.
4. Passing Grade program studi
Besaran passing grade atau juga dikenal sebagai nilai ambang batas memang bukan patokan utama dalam menentukan lulus atau tidaknya dalam seleksi SNMPTN atau bahkan SBMPTN, sih. Akan tetapi setidaknya nilai ini dapat kamu jadikan rujukan ketika berencana mendaftar di program studi tertentu di universitas bersangkutan.
Sebab program studi yang sama namun berbeda universitas memiliki rentang passing grade yang tak jarang memiliki selisih yang besar. Misalnya, kamu agaknya dapat lulus di program studi A di universitas B dengan mengantongi passing grade 35% sedangkan untuk lulus di universitas C dengan program studi yang sama adalah 48%. Nah, untuk SNMPTN, passing grade ini dapat dianalogikan sebagai seberapa tinggi kualifikasi yang kamu miliki untuk dapat berdaya saing dengan sesama siswa lain yang mengambil program studi dan universitas yang sama denganmu.
5. Akreditasi Institusi dan Program Studi
Tentunya, akreditasi menjadi poin krusial yang tak boleh kamu abaikan. Faktanya, banyak lapangan pekerjaan yang mengetatkan aturan penerimaan pegawainya hanya untuk lulusan dari universitas dan program studi berakreditasi minimal B, misalnya.
Oleh sebab itu, kamu juga harus jeli untuk mengikutsertakan poin ini ke dalam pilihan di SNMPTN nanti. Nah, kamu dapat mengakses laman banpt.or.id untuk menelusuri akreditasi dari program studi dan institusi incaranmu. Setelahnya, kamu juga dapat membuat daftar universitas dan program studi mana saja yang berada di lokasi yang tak terlalu berjauhan dari domisilimu apabila kamu berhalangan untuk kuliah di luar pulau, lalu buatlah perbandingan dengan mempertimbangkan lokasi dan akreditasinya.
6. Akreditasi dan Asal Sekolah
Selain akreditasi institusi pendidikan tinggi, akreditasi sekolahmu juga menjadi poin penilaian oleh universitas tujuanmu. Contohnya, kamu yang berasal dari sekolah unggulan berakreditasi A tentu lebih berpoin lebih daripada temanmu yang berasal dari sekolah biasa berakreditasi B. Selain itu, ada pula universitas yang tidak terlalu menitikberatkan pada akreditasi sekolah melainkan lebih kepada asal sekolah. Misalnya, ada universitas yang jauh lebih memprioritaskan jatah untuk putra-putri yang berasal dari provinsi yang sama dengan lokasi universitas tersebut, ada juga yang menggunakan sistem perangkingan berdasarkan kategori wilayah sekolah asal, bahkan ada yang memberi kuota khusus untuk siswa yang berasal dari daerah pelosok.
Benar memang bahwa kriteria kelulusan adalah hak mutlak universitas. Sehingga jangan heran apabila kelak kamu mendengar bahwa temanmu yang nilainya dibawahmu justru dinyatakan lulus sedangkan kamu yang langganan juara kelas sayangnya belum berkesempatan. Padahal kalian memilih universitas yang sama walaupun berbeda program studi.
7. Alumni Sekolah
Alumni sekolah juga sepertinya turut menjadi poin penilainmu, nih. Sebab dapat ditarik kesimpulan bahwa sekolahmu pernah berhasil meluluskan salah seorang siswanya untuk mengenyam bangku kuliah di universitas tersebut. Dengan kata lain, sepak terjang sekolahmu sudah terbilang teruji, nih. Apalagi jika kakak kelasmu itu berhasil mendulang prestasi di universitas bersangkutan. Pastinya almamater sekolahmu akan semakin bersinar dan kelak berimbas pada penilaianmu juga. Oleh sebab itu, tak ada salahnya pula kamu sharing dengan kakak kelasmu itu, nih. Sayangnya, apabila kakak kelasmu sempat dinyatakan lulus dan membuang kesempatan itu, imbas destruktif juga akan mengekorimu. Sebab berlakunya sanksi dari universitas atau program studi bersangkutan kepada sekolahmu berupa blacklist selama sekian periode sehingga posisimu menjadi rentan beresiko. Nah, tampaknya rekam jejak alumni memang patut dipertimbangkan, ya.
8. Lokasi, Biaya Hidup, dan Biaya Pendidikan
Jujur saja, lokasi menjadi salah hal yang membuat dilema. Wajar saja sebab kamu memang akan dituntut untuk sepenuhnya mandiri apabila kuliah di daerah yang begitu jauh dari domisili asalmu. Namun jangan gentar, beranikan dirimu demi cita-cita. Toh, kamu bukan anak kecil lagi, kamu bahkan selangkah lagi akan mengemban status sebagai seoranag mahasiswa.
Kamu juga bisa mencari tahu tentang beasiswa apa saja yang ditawarkan oleh program studi atau universitas tersebut. Ataupun menemukan peluang untuk memperoleh bantuan pendidikan dari pemerintah daerah di tempat asalmu. Dan mungkin kamu juga dapat mencoba bekerja sambilan sembari kuliah. Intinya, jangan lantas patah semangat, berusalah yang terbaik. Jeli membaca setiap peluang. Perjuangan meraih mimpi itu memang tidak mudah. Namanya juga berjuang, wajar saja membutuhkan pengorbanan. Kamu harus tumbuh semakin kuat untuk mewujudkan mimpimu yang hebat itu. Semoga sukses, ya!