Tanda dan Gejala Subdural Hematoma, Perdarahan Otak yang Berakibat Fatal

Oleh : - 04 January 2018 12:00 WIB

Cedera kepala adalah salah satu konsekuensi paling umum saat olahraga, meski juga bisa terjadi akibat jatuh atau kecelakaan bermotor. Meskipun demikian, adanya trauma kepala dapat menyebabkan gangguan kesehatan serius dan dampaknya bisa berakibat fatal. Salah satu jenis trauma kepala berat yang harus diwaspadai adalah perdarahan otak yang disebut subdural hematoma. Apa saja tanda dan gejalanya, dan bagaimana cara mengobatinya?

Apa itu subdural hematoma?

Subdural hematoma, sering juga disebut perdarahan otak subdural, adalah kondisi perdarahan yang berkumpul di antara dua lapisan otak, yaitu lapisan arachnoidal dan lapisan dura (meningeal).

Kumpulan darah ini disebut dengan hematoma. Jika volume darahnya sangat besar, atau kejadiannya akut (tiba-tiba dan langsung), hal ini dapat menyebabkan peningkatan tekanan dalam otak. Tekanan tinggi di dalam otak bisa mengakibatkan kerusakan jaringan otak, dan bisa membahayakan nyawa jika tidak cepat ditangani. Sekitar 50 sampai 90 persen orang yang mengalami subdural hematoma akut meninggal karena cederanya atau komplikasinya.

Perdarahan otak subdural seringnya diakibatkan oleh cedera kepala, baik dari kontak fisik olahraga, kecelakaan bermotor, maupun terjatuh. Hantaman atau benturan yang cukup kuat mengenai kepala dapat membuat otak bergetar dan terbentur dinding tengkorak, sehingga terjadilah perdarahan dalam.

Bayi dan orang-orang usia lanjut lebih rentan mengalami subdural hematoma kronis, yang biasanya disebabkan oleh cedera kepala ringan yang berulang. Misalnya, karena sering terjatuh. Hematoma subdural kronis lebih mudah diobati daripada hematoma subdural akut. Namun, kondisi ini juga masih dapat menyebabkan komplikasi yang mengancam nyawa.

Tanda dan gejala perdarahan otak subdural

Gejala perdarahan otak subdural bisa segera muncul atau beberapa minggu setelah cedera. Itu sebabnya, beberapa orang mungkin akan terlihat baik-baik saja setelah mengalami cedera.

Namun, tekanan tinggi pada otak yang terus dibiarkan dapat menyebabkan:

  • Sakit kepala parah
  • Pusing
  • Mual dan muntah
  • Bicara melantur
  • Disorientasi (mengantuk, kebingungan, linglung)
  • Perubahan perilaku
  • Kejang
  • Amnesia
  • Mati rasa
  • Kelemahan pada satu sisi tubuh
  • Kehilangan kesadaran atau koma

Dalam banyak kasus, gejala hematoma subdural kronis bisa serupa dengan gejala demensia, stroke, tumor, atau masalah lain di otak. Itu sebabnya, Anda harus segera pergi ke dokter jika Anda baru saja mengalami cedera kepala, terutama jika tidak tampak perdarahan luar (perdarahan otak subdural biasanya tidak ditandai dengan perdarahan terbuka di kepala), atau mengalami gejala-gejala yang sudah disebutkan di atas.

Apa yang terjadi jika subdural hematoma tidak diobati?

Komplikasi hematoma subdural dapat terjadi segera setelah cedera atau beberapa saat setelah cedera telah diobati. Komplikasi ini bisa meliputi:

  • Herniasi otak, yang bisa menyebabkan koma atau kematian
  • Kejang
  • Kelemahan otot, yang bersifat permanen atau mati rasa

Tingkat komplikasi tergantung pada tingkat keparahan cedera otak. Risiko komplikasi pun bisa meningkat apabila Anda sebelumnya sudah memiliki masalah kesehatan lainnya, yang bisa memengaruhi perdarahan ringan atau akut.

Umumnya orang yang menggunakan obat pengencer darah lebih berisiko tinggi mengalami komplikasi akibat perdarahan otak dalam. Selain itu, orang yang berusia di atas 65 tahun juga memiliki risiko lebih tinggi, terutama untuk subdural hematoma kronis.

Cara mendiagnosis perdarahan subdural

Perdarahan otak subdural bisa diagnosis dengan menggunakan tes pencitraan, seperti CT-Scan atau MRI, untuk memastikan apakah benar ada darah yang bocor dan berkumpul di otak Anda. Dokter mungkin juga akan melakukan tes darah untuk memeriksa jumlah sel darah merah, sel darah putih, dan trombosit Anda. Tingkat sel darah merah yang rendah bisa mengindikasikan Anda mengalami kekurangan darah.

Dokter Anda mungkin juga akan melakukan tes fisik untuk memeriksa detak jantung dan tekanan darah Anda untuk mengatahui adanya perdarahan internal lain atau tidak.

Pengobatan untuk perdarahan subdural

Pengobatan kondisi ini akan bergantung pada tingkat keparahan penderitanya. Pada hematoma subdural dengan gejala yang ringan, dokter mungkin akan rutin mengamati kondisi Anda dengan melakukan tes pencitraan berulang (scan MRI atau CT scan) untuk memantau apakah perdarahan yang Anda alami sudah membaik atau belum.

Seseorang yang mengalama trauma kepala ringan sebaiknya segera berhenti beraktivitas dan tidak kembali melakukan aktivitas yang berisiko trauma kepala (misalnya olahraga kontak fisik seperti basket, sepak bola, atau bela diri; atau berkendara) selama beberapa waktu. Untuk mengurangi rasa sakit, gunakan obat seperti paracetamol, namun hindari konsumsi obat seperti ibuprofen dan aspirin, serta alkohol.

Namun, apabila Anda mengalami perdarahan subdural yang sudah parah, pembedahan bisa jadi pilihan terbaik untuk mengurangi tekanan pada otak.

Tag

Artikel Terkait

Kuis Terkait

Video Terkait

Cari materi lainnya :