Seren Taun adalah upacara adat masyarakat Sunda yang diadakan setiap tahun. Upacara ini bertujuan untuk mengucap syukur atas hasil panen. Beberapa desa yang mengadakan upacara ini adalah Desa Cigugur, Kasepuhan Banten Kidul, Desa adat Sidang Barang, Desa Kanekes, dan Kampung Naga.
Istilah Seren Taun berasal dari dua kata yakni ‘seren’ yang artinya serah atau seserahan, dan ‘taun’ yang artinya tahun. Jadi Seren Tahun bermakna serah terima tahun yang lalu ke tahun yang akan datang sebagai penggantinya. Upacara ini juga merupakan acara penyerahan hasil panen padi dalam satu tahun untuk disimpan ke dalam lumbung atau dalam bahasa Sundanya leuit.
Pertama - pertama, para kokolot atau sesepuh adat berkumpul untuk melaksanakan ritual Neteupken, yakni ritual untuk menentukan waktu diadakannya tradisi Seren Taun. Dalam ritual Neteupken, tetua adat bersama kokolot dan warga memanjatkan doa kepada Tuhan agar acara Seren Taun berjalan dengan lancar. Setelah doa dan menentukan waktu penyelenggaraan Seren Taun, tetua adat, kokolot, dan warga bersama - sama menikmati hidangan yang disediakan.
Keesokan harinya, para kokolot melakukan ritual Ngembang ke makam leluhur. Ritual ini dilakukan sebagai laporan kepada leluhur bahwa kampung akan mengadakan tradisi Seren Taun. Setelah Ngembang ke makam leluhur, para kokolot menebar benih ikan di empang sebagai ucapan rasa syukur kepada Tuhan.
Hari berikutnya diadakan ritual Ngala Cai Kukulu, yaitu mengumpulkan 7 sumber mata air yang dianggap suci . Selama proses mengumpulkan sumber mata air, tetua adat dan para kokolot diiringi oleh pertunjukkan Angklung Gubrag yang umumnya dimainkan oleh para ibu. Setelah mendapatkan 7 sumber mata air, air tersebut disatukan dalam satu wadah kemudian didoakan untuk mendapat berkah.
Proses upacara Seren Taun dilanjutkan dengan ritual sedekah kue. Anak - anak dan para ibu saling berebut hidangan kue yang disediakan. Kegembiraan terpancar dari wajah mereka. Setelah sedekah kue, dilanjutkan perlombaan permainan tradisional.
Acara puncak Seren Taun dilakukan arak - arakan hasil bumi. Ritual ini dinamakan Helaran Dongdang. Dongdang merupakan bawaan hasil bumi berupa buah - buahan, sayur - sayuran, dan padi yang disumbangkan dari warga sendiri. Dondang diarak dari Imah Bali ke Alun - alun Kampung dan diiringi oleh tarian tani dan angklung gubrag.
Setelah dondang sampai di Alun - alun, tetua adat dan kokolot kemudian melaksanakan ritual Majiken Pare Ambu dan Pare Ayah, yaitu memasukan hasil panen padi ke dalam leuit. Acara Seren Taun diakhiri dengan perebutan Dondang oleh para warga.