Pecahnya pembuluh darah di otak dapat menimbulkan pendarahan otak atau biasa disebut brain hemorrhage. Pendarahan ini bisa menyebabkan matinya sel-sel otak dan berakibat fatal. Jika terjadi di batang otak, pasien bisa mengalami gangguan dalam merespons.
Ada beberapa faktor fisiko dan penyebab pembuluh darah pecah di otak sehingga mengakibatkan pendarahan otak. Dilansir dari Alodokter, berikut ini kondisi-kondisi yang meningkatkan risiko pecah pembuluh darah di otak.
- Tekanan darah tinggi yang terjadi selama bertahun-tahun sehingga menyebabkan dinding pembuluh darah melemah. Jika tidak diobati, tekanan darah tinggi bisa menjadi penyebab utama terjadinya pendarahan otak.
- Cedera kepala adalah salah satu penyebab paling umum terjadinya pendarahan otak pada orang-orang yang berusia di bawah 50 tahun.
- Aneurisma atau makin lemahnya dinding pembuluh darah yang mengalami pembengkakan. Jika sudah parah, pembuluh darah akan meledak dan membanjiri otak dengan darah sehingga menimbulkan stroke.
- Angiopati amiloid, yaitu kelainan dinding pembuluh darah yang pada umumnya diakibatkan oleh kolaborasi umur yang kian menua dan tekanan darah tinggi.
- Kelainan pembuluh darah atau malaformasi arteriovenosa, yaitu lemahnya pembuluh darah di dalam dan di sekitar otak yang didapat seseorang sejak lahir.
- Kelainan darah atau kelainan perdarahan, seperti hemofilia dan anemia sel sabit yang berkontribusi terhadap terjadinya penurunan kadar trombosit darah.
Selain kondisi-kondisi di atas, hal lainnya yang bisa menyebabkan pendarahan otak antara lain adalah tumor otak dan penyakit hati.
Sebagian penyebab pendarahan otak dapat dicegah sejak dini. Misalnya dengan menerapkan pola makan sehat, mengurangi kebiasaan buruk yang dapat memperbesar risiko seperti merokok dan mengonsumsi alkohol secara berlebih, serta berolahraga secara teratur.
Bagi pengidap penyakit jantung atau tekanan darah tinggi, mengobati keduanya akan memperkecil risiko terjadinya pembuluh darah pecah di otak. Bagi penderita diabetes, mengendalikan kadar gula darah dalam tubuh juga bisa membantu mengurangi risiko terjadinya kondisi tersebut.