Sekilas, tak ada yang aneh dengan jamur ini. Warnanya yang putih polos terlihat tidak berbahaya atau bahkan, cukup enak untuk dikonsumsi.
Namun, jangan mudah tertipu dengan spesies jamur bernama Amanita phalloides ini. Dikenal dengan nama death cap yang berarti topi kematian, jamur ini mampu membunuh orang yang mengonsumsinya. Kemampuan ini juga membuat death cap termasuk dalam daftar jamur paling berbahaya di dunia.
Gejala awal yang akan di rasakan ketika mengonsumsi jamur ini adalah rasa mual, kemudian kerusakan organ hati terjadi dalam hitungan hari.
Jumlah kematian yang pasti diakibatkan oleh jamur ini tidak jelas. Akan tetapi, menurut California Poison Control System, mayoritas kasus keracunan jamur paling parah sepanjang November 2015 hingga Oktober 2016 disebabkan oleh death cap.
Ketidaktahuan mengenai spesies jamur mematikan ini juga seringkali menjadi penyebab utama kasus keracunan.
Dalam laporan terbaru dari Centers for Disease Control and Prevention, dibeberkan bahwa tiga orang yang mengonsumsi jamur ini membutuhkan transplantasi hati. Sebab, racun yang terkandung dalam jamur death cap diam-diam menghancurkan hati dalam rentang beberapa hari saja.
Lalu, salah satu korban juga merupakan seorang bayi berusia 18 bulan. Kejadian ini menyebabkan pembengkakan otak yang berbuntut gangguan neurologis permanen.
Walaupun kasus keracunan ini terjadi di California, Amerika Serikat, death cap bisa tumbuh dan tersebar di manapun, kecuali Antartika.
" Jamur ini berukuran besar, indah, dan terlihat lezat, tetapi mematikan. Racun ini juga tidak bisa dihancurkan dengan dimasak," tulis Asosiasi Mikologi Amerika Utara memperingatkan, seperti dikutip dari Science Alert, Selasa (6/6/2017).
Hingga kini, menurut California Poison Control System, belum ada obat yang secara spesifik digunakan untuk mengobati kasus keracunan jamur.