Setelah cerita tentang Nabi Adam as dan Nabi Idris beberapa hari lalu, kini saatnya menyimak kisah yang tak kalah menarik dari Nabi Nuh as. Dia adalah nabi ketiga yang wajib diketahui umat Islam di seluruh dunia. Mungkin beberapa dari Anda sudah mengetahui bahwa kisah Nabi Nuh as hanya seputar pembuatan kapal besar yang digunakan untuk bertahan hidup dari azab yang diberikan Allah SWT terhadap kaum Nuh yang membangkang.
Akan tetapi kisah dan teladan Nabi Nuh jauh lebih dalam daripada itu. Mari kita melihat lebih jauh dari apa yang dikisahkan oleh beberapa orang pihak.
1. Awal diutusnya Nabi Nuh sebagai rasul Allah
Menurut beberapa sumber, Nabi Nuh memiliki nama asli Abdul Ghaffar atau Yasykur. Dia merupakan putrak Lamik bin Matta Syalih bin Idris. Menurut Al Quran, usia Nabi Nuh as adalah 950 tahun (QS: Al Ankabuut: 14).
Nabi Nuh diutus Allah menjadi rasul ketika dia berusia 480 tahun. Saat itu langsung datang Malaikat Jibril as kepadanya, dan Nuh pun bertanya, "Siapakah Engkau wahai lelaki tampan?"
Kemudian Jibril as menjawab, "Saya adalah utusan Tuhan semesta alam. Saya datang kepadamu membawa risalah. Sungguh Allah telah mengutusmu untuk umatmu.
Perintah itu tertulis langsung di dalam Al Quran (QS: Nuh ayat 1):
"Sesungguhnya kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya (dengan perintah): Berilah kaummu peringatakn sebelum datang kepadanya azab yang pedih."
Kemudian Malaikat Jibril memakaikan baju mujahidin dan melilitkan sorban kemenangan serta memberinya ikat pinggang 'Saiful Azmi' seraya berkata pada Nuh, "Berilah peringatan pada musuh Allah yang bernama Darmasyil bin Fumail bin Jij bin Qabil bin Adam."
Damasyil merupakan raja yang lalim. Dia adalah manusia pertama yang memeras arak dan meminumnya, manusia pertama yang berjudi, dan manusia pertama yang membuat baju dengan hiasan emas. Bahkan dia dan kaumnya adalah penyembah 5 berhala, yaitu Wad, Siwa', Yaghuts, Ya'uq, dan Nasr.
2. Dakwah Nabi Nuh
Menyadarkan seseorang dari kebiasaan menyembah berhala bukan perkara mudah. Dakwah yang dilakukan Nabi Nuh tidak berjalan lancar. Kaum Nuh kala itu malah mencemooh dan menghina Nabi Nuh. Mereka juga meremehkan Nabi Nuh dan pengikutnya yang miskin.
Bahkan mereka tidak percaya bahwa nabi Nuh adalah utusan Allah SWT. Dan berkatalah pemimpin-peminpin yang kafir dari kaumnya:
"Kami tidak melihat kamu melainkan (sebagai) seorang manusia seperti kami, dan kami tidak melihat orang-orang yang mengikuti kamu, melainkan orang-orang yang hina dina diantara kami yang lekas percaya saja, dan kami tidak melihat kamu memiliki sesuatu kelebihan apapun atas kami, bahkan kami yakin bahwa kamu adalah orang-orang yang berdusta." (QS. Huud : 27).
Kemudian nabi Nuh berserah diri kepada Allah dan meminta petunjuk. Apa yang harus dilakukan pada kaumnya? Sementara dia sudah berusaha sangat keras dan tidak ada hasil. Dengan segala bentuk kekesalannya pada kaum yang membangkang dan tidak mau menyembah Allah, akhirnya Nabi Nuh as meminta kepada Allah agar melimpahkan azab yang berat kepada mereka yang kafir. Allah pun mengabulkan doa.
Sebelum membinasakan kaum kafir itu. Allah memerintahkan Nabi Nuh dan kaum Muslim menyiapkan alat untuk menyelamatkan diri. Allah menyuruh mereka untuk membuat kapal. Nabi Nuh dan pengikutnya segera menjalankan perintah Allah itu. Mereka mulai membuat kapal. Namun, pembuatan kapal diejek oleh orang-orang kafir.
Untuk menghadapi ejekan orang-orang kafir itu, Nabi Nuh berkata:
"Jika kamu mengejek Kami, maka sesungguhnya kami (pun) mengejekmu sebagaimana kamu sekalin, mengejek (kami). Kelak, kamu akan mengetahui siapa yang akan ditimpa oleh azab yang menghinakannya, dan yang akan ditimpa azab yang kekal." (QS. Huud : 38-39).
Hingga akhirnya kapal pun selesai dengan kurun waktu yang cukup lama. Konon, Nabi Nuh dan para pengikutnya dibantu oleh beberapa hewan pintar menyelesaikan kapal dalam waktu 40 tahun. Namun belum ada yang bisa memastikan secara nyata berapa lama waktu yang dibutuhkan sebenarnya.
3. Detik-detik azab Allah SWT pada kaum Nuh
Allah memerintahkan Nabi Nuh as untuk mengajak seluruh umat manusia menaiki kapal begitu semua selesai. Termasuk di dalamnya hewan agar dapat berkembang biak nantinya. Pasalnya, Allah memberikan titah kepada Nabi Nuh bahwa azab ini akan membinasakan semua makhluk hidup yang tidak ikut naik ke kapal.
Akhirnya setelah semuanya siap, Allah menurunkan hujan dari langit. Allah menyuruh bumi memancarkan air dan segala penjuru. Dalam sekejap, terjadilah air bah yang begitu dahsyat. Itulah bencana yang ditakdirkan Allah, dengan doa Nabi-Nya, untuk membinasakan orang-orang kafir. Sementara itu, kapal berlayar dengan perlindungan Allah dan pemeliharaan-Nya. Allah telah menyelamatkan Nabi Nuh dan orang-orang yang beriman.
Setelah semua orang kafir tenggelam, Allah menyuruh bumi mengisap airnya, Allah pun juga menyuruh langit berhenti menurunkan hujan. Maka, surutlah air bah itu. Kapal Nabi Nuh, kemudian terdampar di Gunung Judy.
Di sanalah, pengikut Nabi Nuh hidup dengan damai. Mereka berkembang hingga jumlahnya menjadi lebih banyak.
4. Anak yang tenggelam air bah
Ada cerita di balik air bah yang menenggelamkan manusia-manusia kafir di masa Nabi Nuh. Ternyata di sana Nabi Nuh teringat akan salah satu putranya. Sebagai orang tua, dia meminta agar anak tersebut naik ke atas kapal dan ikut bersama rombongan keluarga yang lain.
Akan tetapi sang anak menolak. Putra Nabi Nuh yang satu ini memang durhaka. Dalam situasi yang sudah kalur, air bah mulai meninggi, dia tetap tidak mau beriman kepada Allah. Dia malah menganggap bahwa itu peritiwa alam biasa.
"Hai anakku, naiklah ke kapal ini agar engkau selamat dari azab Allah. Janganlah engkau masuk ke dalam golongan orang-orang kafir yang mengingkari agama Allah," ujar Nabi Nuh.
"Aku akan berlindung ke puncak gunung yang tidak bisa dicapai oleh air, sehingga aku tidak akan tenggelam," jawab Sang anak.
Nabi Nuh mengingatkan, "Tidak ada satu kekuatan pun yang sanggup mencegah takdir Allah. Jika seseorang ditakdirkan tenggelam, ia pasti tenggelam, sebagai balasan bagi orang-orang kafir."
Putranya tetap menolak ajakan Nabi Nuh. Ia yakin bisa mencapai puncak gunung dan berlindung di sana. Akan tetapi, bukan itu yang terjadi. Air bah terus meninggi dan menenggelamkan putra Nabi Nuh.
Detik-detik ketika putra Nabi Nuh as tenggelam, dia meminta kepada Allah agar putranya diselamatkan. Karena Nabi Nuh ingat bahwa Allah akan menyelamatkan semua keluarganya. Akan tetapi Allah menjawab bahwa putra nabi Nuh yang durhaka itu bukan termasuk keluarga yang dijanjikan untuk diselamatkan. Terlebih lagi dia tidak beriman kepada Allah.
Allah melarang Nabi Nuh meminta sesuatu lagi, kecuali itu adalah hal yang dia yakini benar. Akhirnya Nabi Nuh menyesal dan mengakui kesalahannya.
"Sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu, wahai Tuhanku. Aku tidak akan memohon sesuatu yang tidak Engkau ridhai. Jika Engkau tidak mengampuniku, niscaya aku termasuk orang-orang yang merugi."
Akhirnya Nabi Nuh mengikhlaskan putranya tenggelam bersama kerumunan orang-orang kafir yang tidak taat kepada Allah.