Anemia merupakan masalah gizi yang dialami banyak orang di semua negara. Secara umum, 50 persen kejadian anemia disebabkan karena kurangnya asupan zat besi, sehingga sering disebut Anemia Gizi Besi (AGB). Sayangnya, anemia dapat menurunkan IQ hingga 10%.
Hal ini seperti yang dfikemukakan Pakar Gizi Fakultas Ekologi Manusia (Fema) Institut Pertanian Bogor (IPB), Prof. Dr. Ir. Dodik Briawan. Anemia sudah dikenal sejak pertengahan abad ke-16 di Eropa dengan nama “chlorosis”. Cara pengobatannya pun sudah diketahui saat itu dengan garam besi. Dalam satu hari kebutuhan manusia akan zat besi hanya 60 miligram (mg) per hari dan bisa tercukupi dengan mengkonsumsi daging, telur atau ayam.
“Di Bogor, satu dari lima remaja mengalami anemia. Anemia dapat menurunkan 20 persen kemampuan kerja dan kemampuan kognitif. Anemia pada anak kurang dari dua tahun akan menggangu perkembangan syaraf otak (kemampuan kognitif) bahkan bisa menurunkan IQ hingga 5-10 persen dan bersifat permanen. Akan ada fenomena loss generation dan bisa mengakibatkan kematian karena menurunnya imunitas,” ujar Dodik.
AGB terjadi karena rendahnya kualitas konsumsi pangan. Sebagian besar penduduk Indonesia mengkonsumsi beras (97,7%) dan sayuran (79,1%). Pola diet ini meningkatkan risiko anemia gizi besi, anemia karena infeksi dan penyebab lainnya, seperti infeksi cacing dan malaria, serta inflamasi karena TB, HIV/AIDS.
Riset mahasiswa Program Magister IPB tahun 2016 menyebutkan bahwa estimasi kerugian ekonomi bangsa Indonesia terhadap kasus anemia mencapai 62 triliun rupiah, setara dengan 0,711 persen PDB. Kerugian ekonomi pada anak balita dan sekolah sebesar Rp 1,3 juta, remaja Rp 830 ribu, wanita dewasa Rp 1,9 juta dan laki-laki dewasa Rp 2,8 juta per kapita per tahun.
Karena itu, pemerintah sudah melakukan beberapa program untuk penanganan AGB, misalnya fortifikasi pangan; suplementasi besi; Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) Gizi; dan peningkatan kualitas konsumsi pangan.
“World Bank tahun 2016 menyebutkan bahwa dengan investasi satu dolar untuk perbaikan anemia pada kelompok Wanita Usia Subur (WUS) akan mengembalikan uang (return) sebesar 12 dolar. Artinya investasi di bidang gizi khususnya anemia masih menguntungkan,” jelasnya.