Gangguan pada mata tidak selalu berbentuk katarak. Salah satu gangguan mata yang patut diwaspadai adalah glaukoma. Gangguan yang menyebabkan kerusakan pada mata ini bahkan dijuluki sebagai pencuri penglihatan. Sebabnya, glaukoma bisa dibilang tidak menimbulkan gejala sama sekali.
"Ketika keluhan datang biasanya tekanan mata sudah terlampau tinggi dan saraf sudah mengalami kerusakan," jelas spesialis dokter mata sekaligus Kepala bagian periksa mata di Jakarta Eye Center (JEC), Damara Andalia.
Tekanan mata yang tinggi ditandai dengan mata yang berat, sakit kepala, hingga mata merah. Umumnya, glaukoma menyerang kedua mata pasien dan secara perlahan akan menurunkan kualitas penglihatan hingga menyebabkan kebutaan. "Penyebabnya belum diketahui secara pasti,"kata dokter spesialis glaukoma JEC, Emma Rusmayani.
Menurut Emma, banyak yang mengaitkannya glaukoma dengan mutasi genetik dan riwayat keluarga. "Memang risiko seseorang akan meningkat hingga 20-30 persen jika orang tuanya menderita glaukoma dan meningkat menjadi 40 persen jika saudara kandungnya menderita glaukoma," ujarnya.
Lantaran penyebabnya belum diketahui secara pasti, Damara dan Emma mengingatkan pentingnya melakukan pemeriksaan mata rutin untuk mendeteksi risiko glaukoma. Sebab, kerusakan saraf yang terjadi akibat glaukoma tidak bisa disembuhkan lagi.
Penanganan yang dilakukan hanya bisa mencegah agar glaukoma tidak semakin parah dan pasien wajib mengkonsumsi obat-obatan seumur hidup. Pemeriksaan untuk glaukoma sangat dianjurkan untuk mereka yang berusia di atas 40 tahun, menderita mata minus dan plus yang tinggi, menggunakan obat-obatan yang mengandung steroid (obat tetes mata, inhaler asma, dan obat radang sendi), serta memiliki riwayat penyakit diabetes melitus, migrain, dan hipertensi.