Dari hewan bermata seukuran bola basket hingga hewan yang mampu memendarkan cahaya (bioluminescence), laut dalam menyimpan kehidupan penuh misteri mahluk-mahluk berbentuk aneh yang jarang terungkap.
Hewan-hewan laut dalam tersebut telah mengembangkan karakteristik agar mampu bertahan hidup di lingkungan laut yang dingin serta habitatnya yang tanpa cahaya.
Seperti halnya Histioteuthis heteropsis. Hewan dengan mata besar sebelah itu masih menjadi teka-teki bagi bagi para peneliti sejak ditemukan sekitar 100 tahun yang lalu.
Cumi ini memiliki ciri fisik yang terbilang cukup aneh. H heteropsis lahir dengan kondisi mata yang berbeda, satu berukuran kecil sementara mata yang lain dapat tumbuh lebih besar, menggembung dan berwarna kuning. Bahkan ukurannya bisa mencapai dua kali ukuran mata satunya.
Untuk mengetahui fungsi mata tersebut, tim peneliti dari Universitas Duke, Carolina Utara mengamati video bawah air yang dikumpulkan oleh Monterey Bay Aquarium Research Institute selama 30 tahun terakhir.
Hasil pengamatan menunjukkan, hewan tersebut menggunakan mata yang besar untuk menatap ke atas, mencari bayangan mangsanya. sementara mata kecilnya beradaptasi untuk melihat ke bawah, memindai perairan gelap di bagian lautan yang disebut sebagai zona senja.
Peneliti juga menemukan fakta bahwa spesies ini berenang dengan posisi terbalik. Kepala di bawah dan ekor di atas.
Mata besar cumi sebelah kiri konsisten mengarah ke atas sedangkan mata kecilnya menatap ke bawah, menguatkan dugaan peneliti bahwa mata besar cumi digunakan untuk mencari bayangan mangsa yang berenang di bagian atas sementara mata kecil memindai biolominescence yang ada dibawahnya.
"Laut dalam merupakan laboratorium alami untuk mempelajari mata, karena jenis mata yang Anda butuhkan untuk melihat pendaran cahaya berbeda dengan mata yang kamu butuhkan untuk melihat cahaya normal," kata Professor Sonke Johnsen, Peneliti Senior dari Universitas Duke seperti dikutip dari Livescience pada Senin, (13/2/2017).
Adaptasi visual semacam itu membantu H. heteropsis bertahan hidup di zona senja, sebuah wilayah dengan kedalaman sekitar 200 hingga 1.000 meter di bawah permukaan air.
Sinar matahari sangat sedikit mencapai daerah ini, sehingga membuat zona senja temaram dengan warna biru monokromatik.
Banyak hewan telah beradaptasi dengan tempat ini dengan mengembangkan kemampuan tubuhnya untuk bisa bersinar atau bioluminescence.
Hasil penelitian ini telah dipublikasikan di jurnal Philosophical Transactions B Senin 13 Januari 2017 yang lalu