Jika kita berkunjung kedalam Keraton Yogyakarta, kita akan familiar dengan pemandangan pria yang memakai baju jawa dan mengenakan blankon. Mereka adalah Abdi Dalem Keraton.
Abdi dalem merupakan orang yang mengabdikan dirinya untuk melayani kerato dan raja dengan segala yang ada. Menjadi abdi dalem berarti harus merelakan ego seseorang dan menjalankan kerja ikhlas.
Hampir semua yang menjadi abdi dalem mencari satu hal yang sama, yakni ketentrama dalam pengabdian. Untuk masalah gaji, abdi dalem tidak mendapatkan gaji yang banyak, bahkan bisa dibilang kurang untuk hidup jika dinilai dari uang saja.
Namun faktanya, banyak anak dari abdi dalem keraton mampu berkuliah di perguruan tinggi.
Abdi dalem dibagi menjadi dua, yakni abdi dalem Keprajan, yaitu pegawai pemerintah yang masih aktif maupun yang sudah pensiun, termasuk juga TNI/Polri yang mendaftarkan diri sebagai abdi dalem.
Tugas dari Keprajan adalah sowan bekti atau menghadiri acara-acara keraton seperti sungkeman pada Hari Raya Idul Fitri. Abdi dalem Keprajan tida mendapatkan kekucah atau gaji karena mereka sudah mendapatkan gaji di pemerintahan
Abdi dalem yang lain adalah abdi dalem Punokawan, yaitu abdi dalem yang bertugas di keraton.
Abdi dalem punokawan pun dibagi menjadi dua, yakni yang bertugas di kantor keraton (Tepas) dengan jam kantor yang harus dipenuhi setiap hari dan Caos, yaitu abdi dalem yang tidak diwajibkan untuk masuk setiap hari.
Abdi dalem punokawan memiliki hak atas gaji atau kekucah dan honor dari dana keistimewaan.
Meskipun menjadi abdi dalem hanya dapat menghasilkan jumlah nominal yang sangat kecil, ternyata banyak yang meminati menjadi abdi dalem keraton.
Pada prinsipnya, menjadi abdi dalem harus berpegang pada madhep-mantep marang Gusti Allah yang berarti yakin terhadap Allah (Tuhan).
Maka dengan prinsip ini, seberapapun uang yang dikantong pasti cukup untuk menghidupi diri dan keluarga.
Menjadi abdi dalem sendiri memiliki beberapa tahapan dan tingkatan yang harus dilalui dan hal ini akan memakan waktu yang cukup lama.
Tahapan Menjadi Abdi Dalem Keraton
Riski Kuncoro Manik, Abdi Dalem Termuda di Sejarah Keraton Yogya ( Sumber : Feed bintang.com)
Dalam menjadi abdi dalem keraton, ternyata proses nya tidak mudah dan singkat. Untuk menjadi abdi dalem, setiap orang harus melalui tahap Sowan Bekti, ini adalah tahapan paling dasar untuk menjadi abdi dalem. Dalam tahapan ini setiap calon abdi dalem akan dilatih untuk siap bekerja dan ikhlas untuk menjadi abdi dalem.
Tahapan selanjutnya adalah magang, tahapan ini merupakan lanjutan setelah melewati sowan bekti selama kurang lebih 4 tahun. Dalam kurun masa tahapan magang, setiap orang sudah diberi SK (Surat Keputusan) sebagai tanda telah diterima menjadi abdi dalem.
Tidak berhenti sampai situ, proses selanjutnya adalah tahapan Sawek Jajar, dalam proses ini abdi dalem akan melalui upacara yang mana setiap abdi dalem akan mendapatkan nama baru secara resmi dari Sultan. Untuk tahap ini abdi dalem sudah mendapat kekucah atau gaji sekitar kurang lebih 5000 rupiah dalam sebulan jika belum berubah sampai sekarang.
Bekel Enom adalah urutan yang lanjutan dari Sawek Jajar. Pada tahap ini para abdi dalem sudah mulai mendapat kepercayaan dan diberikan hak untuk mendapatkan keris. Para abdi dalem yang telah melalui tahap bekel anom akan dilanjutkan menjadi bekel sepuh, yang mana bekel sepuh berhak atas kucah sebesar 15.000 rupiah dalam satu bulan.
Tahapan selanjutnya adalah Lurah, untuk level ini setiap abdi dalem yang tidak memiliki hubungan darah dengan keraton akan mendapatkan nama gelar seperti Mas Bekel, Mas Rono dan Mas Lurah.
Wedono merupakan salah satu tahapan dalam abdi dalem, Nyi Lindur merupakan salah satu abdi dalem wedono yang bertugas sebagai sinden pengiring utama Nyi Mas Riya Larasati.
Kemudian ada Penewu, adalah salah satu abdi dalem yang diberi tugas khusus, seperti Mbaah Maridjan yang ditugaskan sebagai juru kunci gunung merapi.
Selain tahapan-tahapn ini, masih ada tahapan dengan derajad yang lebih tinggi dalam urutan abdi dalem, yakni Riyo Bupati Anom, Riyo Bupati Sepuh, Bupati Kliwon, Bupati Nayoko dan yang paling tinggi adalah Kanjeng Pangeran Haryo (KPH).