Sebanyak 12 siswa Indonesia menggondol 44 medali dalam ajang debat Bahasa Inggris Internasional atau “World Scholars Cup” (WSC) yang diselenggarakan di Universitas Yale, Amerika Serikat.
Tim Indonesia tersebut diwakili siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA) Global Sevilla Puri Indah, Jakarta.
“Kami tak pernah mengira bisa membawa puluhan medali. Awalnya kami hanya menargetkan satu atau dua medali saja,” ujar Kepala Sekolah Global Sevilla Puri Indah, Fitri Krisnawati, di Jakarta, Jumat 13 Januari 2017.
Lomba terbagi atas debat lisan dan tulisan secara individual dan grup. Fitri menambahkan prestasi ini menunjukkan kepada dunia bahwa kemampuan Bahasa Inggris siswa Indonesia sangat baik.
“Kemampuan bahasa asing menjadi hal yang tidak bisa dielakkan lagi,” kata dia.
Sebanyak 12 siswa yang berhasil meraih medali ialah Julius Owen Suherman yang mengumpulkan 12 medali, Alexandra Annika, Angelica Marta, Basilio Otto Suherman, Wirayuda Hendro Gunawan, Morgan Thomas Coomes, Bianca Evangelista Tjahjadi (3), Evan Haryowidyatna, Adler Edsel, Aurelia Vidyani Sidin, Yasa Danavira Tjoe, dan Kenny Kusnadi.
Fitri mengungkapkan, Owen yang berhasil meraih 12 medali (8 emas, 4 perak) didapuk menjadi peserta nomor satu terbaik dari Indonesia. Owen juga yang menjadikan Indonesia di posisi 14 di lomba debat yang digelar sejak 2007 ini.
Dia mengatakan setiap tahun WSC menguji para siswa dengan tema yang unik. Tema WSC kali ini adalah “Imperfect World” dan tema berikutnya “Unlikely World”.
“Saya termotivasi untuk meraih banyak medali, karena pada tahun sebelumnya gagal meraih medali,” ujar Julius Owen.
Owen mengaku terus berlatih berbicara dengan Bahasa Inggris baik di rumah maupun sekolah. Hasilnya pun tak sia-sia, ia berhasil mengumpulkan 12 medali.
Owen mengatakan WSC merupakan lomba yang sangat menguras otak karena menguji wawasan ilmu pengetahuan siswa dengan kecakapan berbahasa Inggris.
Sementara itu, Direktur Global Sevilla, Robertus Budi Setiono menjelaskan pihaknya mengikuti WSC karena ingin memberikan peluang kepada anak didiknya melihat dunia.
“Kami ingin siswa tidak jago kandang melainkan bisa bertarung dengan siswa terbaik dari seluruh negara,” ucapnya.
Prestasi yang diraih para pemenang, dapat menambah portofolio untuk masuk ke universitas yang bergengsi.