Sirup obat batuk bisa membantu pengobatan kanker. Namun bagi perempuan biasanya mereka memiliki respons yang berbeda-beda terhadap obat kanker Tamoxifen sehingga perlu dosis yang berbeda.
Peneliti dari Pusat Kesehatan Erasmus di Rotterdam menemukan bahwa tubuh perempuan merespons suatu zat dalam obat batuk dalam dosis yang sama. Hal itu nantinya bisa mempermudah penyerapan obat. Tak hanya itu, sirup obat batuk pun memiliki efek samping yang lebih sedikit.
Adapun Tamoxifen bekerja dengan memblokir efek hormon estrogen yang bisa memicu pertumbuhan kanker. Untuk bisa bekerja dengan baik obat itu haruslah larut terlebih dahulu di dalam tubuh. Sayangnya kemampuan setiap orang berbeda-beda dalam melarutkannya bergantung pada metabolisme tubuh.
Maka itulah, para peneliti dari 'Negeri Kincir Angin' memercayai bahwa obat dextromethorphan yang biasa untuk meredakan batuk berbentuk sirup bisa membantu. Obat ini memiliki daya larut yang sama di setiap tubuh dan seperti halnya Tamoxifen, obat ini relatif tidak berbahaya jika dibandingkan dengan obat antikanker lainnya.
Anne-Joy de Graan, pemimpin penelitian ini, memberikan para pasien kanker payudara dosis kecil sirup obat batuk sebelum mereka meminum pil Tamoxifen 2 jam kemudian. Kemudia tes darah pun diambil untuk mengetahui kecocokan sirup obat batuk dengan Tamoxifen.
Hasilnya, sirup obat batuk mampu mendukung kadar bahan kimia yang diperlukan saat Tamoxifen pecah. Anne-Joy de Graan mengatakan, "Tamoxifen akan diresepkan bagi para pasien perempuan selama 5 tahun. Bila diketahui metabolisme tubunhya menemui kesulitan dalam mencerna Tamoxifen, barulah diputuskan unruk menjalani terapi menggunakan obat batuk ini."