5 sosok yang menginspirasi di tahun 2016

Oleh : Rizki Anugrah Ramadhan - 30 December 2016 17:00 WIB

Semua orang pasti pernah mengalami keadaan yang sulit. Manusiawi apabila kita mengeluh mengenai apa yang dialami.

Namun, ketika melihat sekitar, kita seolah-olah diingatkan untuk bersyukur atas kehidupan yang diberikan maupun cobaan yang sedang mendera.

Media sosial tak disangka juga bisa menjadi sumber inspirasi. Sosok-sosok berikut ini sempat menghiasi dunia maya atas keteguhannya menjalani hidup maupun keinginannya untuk mengubah sekitarnya menjadi lebih baik lagi.

Siapa saja mereka?

1. Bripka Seladi

alt="JAGA AMANAH. Bripka Seladi terlihat menggunakan sepeda warisan dari orang tuanya. Dia lebih memilih mengayuh sepeda ketimbang menggunakan kendaraan dinas. Foto oleh Dyah Ayu Pitaloka/Rappler " class="rappler_asset" id="1823DCE86EDC415EA250F1996FBBA168" src="http://assets.rappler.com/612F469A6EA84F6BAE882D2B94A4B421/img/C5AD4C86825E4B218C4572641D786729/seladi-menggunakan-sepeda-angin-jumat-20-mei-2016-pit_1f45858dcbd342598da72b76f678bd98-1_C5AD4C86825E4B218C4572641D786729.jpg" style="display:inline; height:264px; width:400px" />

 
 
 

Nama Bripka Seladi sempat naik daun sekitar pertengahan 2016. Ia menolak uang "tanda terima kasih" dari warga masyarakat yang ia layani.

Padahal, apabila Seladi berkehendak, ia bisa menambah sedikit pemasukan sejak ditempatkan di bagian SIM sebagai petugas uji praktik roda dua dan roda empat pada 2001.

Namun, bukan berarti dia tidak butuh uang ekstra, karena Seladi mempunyai pekerjaan sampingan sebagai pemulung. Hebatnya lagi, dia sudah menekuni pekerjaan sampingan sebagai pemulung sejak 2004. Tentu saat memulung, Seladi menanggalkan baju dan atribut kepolisian di rumah.

“Saya tak mau menyalahgunakan jabatan. Jabatan ini amanat yang harus dijaga namanya. Bahkan teman sesama polisi tak mengenali ketika sedang memungut sampah di jalan," katanya.

Setidaknya Seladi bisa mendapatkan Rp50 ribu sehari dari memilah sampah. Ada tiga anak, istri, serta beberapa kawan lain yang ikut memilah di tempat yang sama dan mendapat pendapatan tanpa harus setor pada Seladi.

Seladi bahkan sempat dianggap melecehkan profesi polisi karena menjalani profesi sampingan yang tidak biasa sebagai aparatur hukum.

Akhirnya, bapak tiga anak itu mendapat penghargaan dari Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) sebagai Polisi Teladan.

 

2. Rastoni ‘manusia cangkul’

alt="MANUSIA CANGKUL. Rastoni dijuluki 'manusia cangkul' karena sehari-hari memikul cangkul dan pengki yang digunakan sebagai alatnya untuk bekerja. Rastoni setiap hari berkeliling area di Bintaro sambil menawarkan jasanya mencabuti rumput dan mencangkul. Foto oleh Diego Batara/Rappler " class="rappler_asset" id="60390845168C4360A4D1E556529AD125" src="http://assets.rappler.com/612F469A6EA84F6BAE882D2B94A4B421/img/67EEE9417B9840DFAA437886A6C3D89A/rastoni_02_4b756e472b2447548f8d3bf2b4ef55af_67EEE9417B9840DFAA437886A6C3D89A.jpg" style="display:inline; height:236px; width:400px" />

 
 
 

Di usianya yang sudah senja, Rastoni masih harus menenteng cangkul dan pengki, lalu berkeliling di seputar area Bintaro berharap ada yang menggunakan jasanya. Dia menawarkan jasa mencangkul halaman, mencabuti rumput dan membersihkan got.

Selama 7 tahun, Rastoni mengontrak di sebuah warung yang berada di belakang Masjid Al-Aqsha, di dekat jalan masuk kompleks Permata Bintaro. Karena kondisi rumah kontrakan yang minim, harga sewanya pun hanya Rp10 ribu tiap pekan.

Sebelum datang ke Jakarta, sehari-hari Rastoni bekerja mencangkul sawah di Brebes. Tapi seiring usia yang menua, semakin sulit untuk melanjutkan pekerjaan tersebut. "Kerjaan di kampung itu berat-berat," katanya.

Namun, mencari nafkah di Jakarta ternyata juga tidak mudah. Menurutnya, ia berjalan cukup jauh tiap harinya untuk mendapatkan pekerjaan, bahkan sampai Pamulang dan Ciputat.

Terkadang, satu pekan bisa berlalu tanpa menghasilkan uang apa pun. Nasib Pak Rastoni mulai membaik setelah pertemuan tak sengaja dengan seorang perempuan bernama Dewi Rachmayani pada September lalu.

Dewi pun menawarkan pekerjaan mencabuti rumput di halaman rumahnya. Tak berhenti di situ, Dewi, yang sepertinya terkesan dengan pertemuannya dengan Rastoni, membuat posting di Facebook tentang pengalamannya itu yang akhirnya menjadi viral. Sejak itu, rezeki Rastoni bertambah.

 

3. Nasrul, fotografer jalanan

alt="VIRAL. Pak Nasrul, seorang fotografer keliling yang kisahnya viral di media sosial. Ia biasa mangkal di area Kuningan. Foto oleh Nadia Vetta Hamid/Rappler " class="rappler_asset" id="D8689E29B0394B28BBA6A5DAC2797095" src="http://assets.rappler.com/3996BFCCE41B47EDB2D63C1E64777DF2/img/943ECCEBA7224307895DFF23003CF659/pak-nasrul-fotografer-keliling-kuningan-3_943ECCEBA7224307895DFF23003CF659.jpg" style="display:inline; height:225px; width:400px" />

 
 
 

Nasrul yang berasal dari Gunung Merah Putih, Kabupaten Solok, Sumatera Barat, sudah tinggal di Jakarta sejak 1973.

Ia mengaku pernah bekerja di bidang perminyakan bersama Suku Sakai, salah satu masyarakat terasing di Provinsi Riau, hingga akhirnya ia berpindah-pindah sebelum menetap di ibu kota.

Nasrul berkata ia tak langsung menjadi fotografer setelah bekerja di Riau, bahkan ia sempat tak memiliki pekerjaan di Jakarta.

Apakah Nasrul menyukai pekerjaannya sebagai fotografer? Ia mengaku menyenangi fotografi, tapi “Enggak ada jalan lain. Untuk hidup enggak ada jalan lain. Ini ajalah yang ringan-ringan.”

Dengan tarif yang cukup terjangkau —Rp20.000 untuk satu kali foto— Nasrul bisa menyambung hidupnya sehari-hari. Hasil foto baru bisa diambil setelah lima sampai enam hari.

Kini, ia bermukim di kawasan Pasar Rumput, Manggarai, Jakarta Timur. Setiap harinya, ia menumpang bus Kopaja untuk mencapai Kuningan. Ia mengatakan bahwa kini ia tinggal seorang diri meskipun telah memiliki seorang anak.

 

4. 'Angkot pustaka' oleh Elis Ratna & Muhammad Pian Sopian

alt="ANGKOT PUSTAKA. Elis Ratna dan Muhammad Pian Sopian menggagas perpustakaan mini di angkot yang dikemudikan oleh Pian. Foto dari Facebook Elis Ratna " class="rappler_asset" id="B0CB9045877A4A939E6FE5A2B6593B6C" src="http://assets.rappler.com/612F469A6EA84F6BAE882D2B94A4B421/img/AF4D8DE4FD9640C6A63D84F9BC1DBAE6/14600876_651269215031600_3507898074817635509_n_AF4D8DE4FD9640C6A63D84F9BC1DBAE6.jpg" style="display:inline; height:533px; width:400px" />

 
 
 

Kepedulian pasangan yang satu ini terhadap pendidikan patut diacungi jempol. Elis Ratna Suminar adalah pustakawati di SDN Cisalak, Kecamatan Cangkuang, Kabupaten Bandung.

Dari pekerjaannya itulah, ia tergerak untuk menjalankan perpustakaan keliling menggunakan sepeda motor dari desa ke desa.

Kemudian suaminya, Muhammad Pian Sopian ikut ambil bagian. Mereka lalu menggagas ‘angkot pustaka’, sebuah perpustakaan mini di dalam angkot jurusan Soreang-Leuwi Panjang yang dikemudikan Pian.

Rupa perpustakaan mini tersebut adalah rak kecil berisi buku-buku, mulai dari novel, cerita fiksi dan ilmiah, dan lainnya. Buku-buku tersebut gratis dibaca oleh penumpang.

Menurut Elis, buku-buku bacaan di ‘angkot pustaka’ merupakan buku koleksi mereka berdua, namun ada juga yang ia pinjam dari SDN Cisalak.

"Daripada mengeluh karena macet di seputar Jalan Raya Kopo Leuwi panjang, yuk naik angkot, sambil membaca buku gratis tidak dipungut biaya," tulis Elis. "Super terima kasih untuk suamiku, yang telah sama-sama bergerak dalam mewujudkan mimpi. Demi Bandung yang Literat," sambungnya.

Status Elis ini pun langsung menjadi viral di media sosial. Banyak netizen yang memuji kepedulian pasangan ini untuk menumbuhkan minat baca warga Kabupaten Bandung.

 

5. Status Facebook bijak Asa Firda Inayah

alt="" src="http://www.utakatikotak.com/public_assets/upload/images/ia.JPG" style="height:233px; width:400px" />

 
 
 

Asa Firda Inayah mungkin masih belia, masih berusia 16 tahun. Namun, status-statusnya di Facebook mencerminkan kebijaksanaan yang melampaui remaja seusianya.

Asa, begitu ia kerap disapa, adalah sosok di balik akun Facebook milik Afi Nihaya Faradisa. Ia menulis mengenai orang-orang di media sosial yang karena berbeda pendapat menjadi saling membenci. Hingga artikel ini ditulis, statusnya sudah dibagikan lebih dari 33 ribu kali.

Asa kini duduk di kelas XII IPA 3, SMAN 1 Gambiran, Kecamatan Gambiran, Banyuwangi. Latar belakang keluarganya bukanlah penulis: ayahnya sehari-hari berjualan kue di sekolah, dan ibunya kini hanya bisa tinggal di rumah karena glaukoma yang dideritanya.

Ide menulis status tersebut muncul setelah dirinya merasa prihatin dengan banyaknya orang di media sosial mencari dukungan dengan cara menjatuhkan lawannya.

Dalam statusnya, ia juga menuturkan pernah mematikan handphone-nya selama 10 hari, dan menyamakan apa yang dikonsumsi melalui perangkat tersebut sebagai "makanan pikiran".

"Apa yang telah kita masukkan dalam pikiran, jiwa, dan hati kita selama ini menentukan seperti apa diri kita," tulisnya.

Tag

Artikel Terkait

Kuis Terkait

Video Terkait

Cari materi lainnya :