Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) akan dimutakhirkan setiap enam bulan. Bahkan, KBBI akan disertai dengan penjelasan mengenai penyerapan kosakata dari bahasa daerah dan bahasa asing.
Pemutakhiran secara berkala ini bertujuan agar KBBI dapat memuat kosakata baru dalam jangka waktu relatif cepat.
Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Dadang Sunendar mengatakan, pesatnya perkembangan teknologi berdampak pada banyaknya kosakata yang belum diserap atau belum ditemukan padanan katanya dalam bahasa Indonesia.
Untuk memperbarui kosakata dalam KBBI, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa juga akan menggandeng banyak pihak.
"Badan Bahasa dan teman-teman yang dirangkul dari luar akan sangat besar energinya yang bisa dimanfaatkan untuk pengembangan KBBI,” ujar Dadang saat diskusi “Diseminasi Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Kelima”, Selasa (13/12/2016) di kantor pusat Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Jakarta.
Dadang mengakui, Badan Bahasa kekurangan sumber daya untuk menyusun KBBI Edisi V. Jumlah pekamus atau leksikograf di Indonesia masih sangat sedikit.
"Penyusunan KBBI V ini melibatkan lebih kurang 11 pekamus dan 41 ahli dari berbagai bidang ilmu," imbuhnya.
Untuk itu, saran dan kritik dari masyarakat terkait isi dari KBBI V sangat diperlukan.
Dia melihat kemungkinan bahwa KBBI edisi berikutnya berupa kamus daring sehingga lebih mudah digunakan. Sebab
“Sebab, KBBI V ini sangat tebal. Namun, masalahnya tidak semua daerah di Indonesia bisa menggunakan kamus daring karena faktor kurangnya sarana berupa jaringan internet dan dukungan teknologi,” tuturnya.