Selain Hari Guru Nasional, tanggal 25 November juga diperingati sebagai hari lahir Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI). Namun sebenarnya, sejarah hari Guru sendiri sudah melalui proses yang sangat panjang.
R. A. A. Wiranatakoesoema V (Dalem Haji, masa jabatan 1912-1931 dan 1935-1945) sebagai wakil Volksraad di Congres van Prijaji-Bond (Kongres Perhimpunan Priyayi) di Surakarta tahun 1929
R. A. A. Wiranatakoesoema V (Dalem Haji, masa jabatan 1912-1931 dan 1935-1945) sebagai wakil Volksraad di Congres van Prijaji-Bond (Kongres Perhimpunan Priyayi) di Surakarta tahun 1929
Pengakuan keberadaan guru melalui penetapan Hari Guru Nasional ini memiliki sejarah panjang. Sejarah diawali ketika PGRI masih bernama Persatuan Guru Hindia Belanda (PGHB) pada 1912.
Pada masa penjajahan, organisasi ini beranggotakan para guru bantu, guru desa, kepala sekolah, dan pemilik sekolah. Dengan latar belakang pendidikan yang berbeda-beda mereka umumnya bertugas di Sekolah Desa dan Sekolah Rakyat Angka Dua.
Sejarah Hari Guru Nasional.
Sejarah Hari Guru Nasional.
Di masa yang sama, muncul dan berkembang organisasi guru dengan beragam latar belakang seperti keagamaan, kebangsaan, dan lain sebagainya.
Sebelum berubah menjadi PGRI, setelah dua dekade, nama PGHB kemudian berubah menjadi Persatuan Guru Indonesia (PGI). Munculnya nama “Indonesia” mengejutkan dan menciutkan banyak pihak, terutama pemerintah Belanda.
Pasalnya, nama “Indonesia” yang disematkan mengandung unsur yang mencerminkan semangat kebangsaan pribumi.
Rupanya, Pemerintah Belanda tidak senang dengan penambahan kata “Indonesia”. Namun para Guru menegaskan, bahwa nama itu tidak boleh diganti.
Berawal dari situlah, kesadaran kebangsaan dan semangat perjuangan mendorong para guru pribumi memperjuangkan persamaan hak dan posisi dengan pihak Belanda kian membuncah.
Secara bertahap, jabatan Kepala HIS yang dulu selalu dijabat orang Belanda, satu per satu pindah ke tangan orang Indonesia.
Hingga akhirnya terbitlah cita-cita dan kesadaran bahwa perjuangan para guru Indonesia tak lagi tentang perbaikan nasib maupun kesamaan hak dan posisi dengan Belanda.
Perjuangan persamaan hak ini kemudian mencapai titik puncak perjuangan nasional untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.
Namun, sayangnya saat Pemerintah Jepang berkuasa di Indonesia, PGI dibungkam Jepang. Organisasi dan sekolah ditutup, Persatuan Guru Indonesia sempat tidak beraktivitas.
PGI dibungkam oleh Jepang. Pada masa tersebut, pemerintah Jepang melarang semua organisasi dan menutup semua sekolah.
Barulah setelah proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 dikumandangkan, PGI kembali menggeliat. Para guru ini menggelar Kongres Guru Indonesia pada 24–25 November 1945 di Surakarta.
Pada Kongres inilah, Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) didirikan. Semangat persatuan kian mendasari pelaksanaan Kongres Guru Indonesia tersebut.
Para peserta kongres sepakat untuk menghapuskan semua organisasi dan kelompok guru berlatar belakang perbedaan tamatan, lingkungan pekerjaan, lingkungan daerah, politik, agama, dan suku.
Sebagai bentuk penghormatan dan penghargaan kepada para guru, pemerintah menetapkan hari lahir PGRI tersebut sebagai Hari Guru Nasional dan diperingati setiap tahun.