Nasi yang sudah dihangatkan selama 12 jam lebih di dalam magic jar disebut-sebut memberikan efek yang tak baik bagi kesehatan, sehingga sebaiknya dihindari. Benarkah demikian?
Menurut pakar gizi Jansen Ongko, MSc, RD, tidak ada efek signifikan terkait jangka waktu pemanasan nasi dengan kesehatan.
"Banyak rumah makan yang memanaskan nasi lebih dari 12 jam dan tidak berefek negatif saat dimakan. Selama tidak terkontaminasi dan disimpan dengan baik, aman dikonsumsi," pungkas Jansen kepadadetikHealth.
Nutrisionis lulusan California State University, Los Angeles ini menjelaskan bahwa nasi yang dihangatkan memang dapat meningkatkan indeks glikemik (IG) nasi. Sebab makin dipanaskan, gugus atomnya menjadi makin sederhana sehingga meningkatkan IG.
Ya, peneliti dari Wageningen University, Belanda, Prof Edith Feskens, sebelumnya juga pernah menuturkan bahwa nasi yang lengket atau dimasak lama, memiliki indeks glikemik yang lebih tinggi dibandingkan dengan nasi yang kering.
"Nasi yang lunak dan terlalu pulen memiliki indeks glikemik yang lebih tinggi, jika dibandingkan dengan nasi yang sudah kering atau dimasak kering," tutur Prof Edith, dalam kuliah umum yang diadakan di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia beberapa waktu lalu.
Namun demikian, Jansen menegaskan bahwa nasi yang dihangatkan dan memiliki IG lebih tinggi ini hanya perlu dihindari oleh pasien diabetes, tidak bagi orang sehat.
"IG hanya berbahaya untuk pasien diabetes. Tidak bisa disamakan sensitivitas insulin olahragawan, orang sehat dan pasien diabetes. Semua bergantung pada kondisi kesehatan, terutama organ pankreasnya. Ini berarti nasi yang dihangatkan aman dikonsumsi orang sehat," imbuh Jansen.
Senada dengan Jansen, dr Verawati S, SpGK atau dr Vera dari RS Kemang Medical Care (KMC) juga menuturkan hal yang sama. Menurutnya, tidak ada larangan untuk mengonsumsi nasi yang dihangatkan selama 12 jam atau lebih.
"Nasi hangat memang indeks glikemiknya naik, sedikit tapi tidak banyak. Nasi ditaruh di kulkaspun kalau dihangatkan nanti indeks glikemiknya akan naik lagi," sambung dr Vera.