Pertumbuhan kota terjadi karena adanya sebuah industri di sebuah kota yang menyebabkan masyarakat dari luar kota berdatangan dan menyebabkan kota harus menyediakan fasilitas-fasilitas penunjang untuk masyarakat agar masyarakat betah dengan lingkungan kota tersebut.
Pertumbuhan Kota-kota di Indonesia
a. Pertumbuhan kota berasal dari administrasi kerajaan. Contoh: Surakarta, Cirebon, Makassar, Serang, Yogyakarta, dan Demak.
b. Pertumbuhan kota yang berasal dari pertambangan. Contoh: Pangkal Pinang, Dumai, Bukit Asam, Cepu, Bontang, dan Ombilin.
c. Kota yang tumbuh berasal dari perkebunan. Contoh: Bogor, Bandung, Sukabumi, dan Pematang Siantar.
d. Kota yang tumbuh dan berasal dari budaya. Contoh: Yogyakarta, Solo, dan Denpasar.
e. Kota yang tumbuh dari perkembangan perdagangan. Contoh: Jakarta, Medan, Semarang, Batam, dan Surabaya.
f. Kota yang tumbuh dan berasal dari industri. Contoh: Bekasi, Tangerang, Cilegon, dan Surabaya.
Baca juga: Pengertian, Ciri-ciri dan Klasifikasi Kota
Dalam pembahasan mengenai pertumbuhan kota, dapat dilihat dari bermacam sudut pandang untuk menilai bagaimana sebuah kota bertumbuh. Tolok ukur pertumbuhannya dinilai secara numerik dan fisik budaya kota tersebut.
1. Pertumbuhan Kota Numerik
Pertumbuhan kota secara numerik adalah mengelompokkan tingkat pertumbuhan kota berdasarkan jumlah populasi yang tinggal di suatu kota. Teori ini ditulis dalam handout geografi guru besar Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Prof. Enok Maryani.
Secara pembagian, berikut klasifikasi kota berdasarkan jumlah penduduk:
-
Town atau setara kecamatan, yang memiliki penduduk berjumlah 1.000-2.500 jiwa. Contoh dari town yakni kota-kota kecil di kepulauan.
-
Small city, yakni kota kecil yang memiliki penduduk berjumlah 2.500-25.000 jiwa. Contoh dari small city yakni Kab. Tana Tidung, di Prov. Kalimantan Utara yang memiliki jumlah penduduk ±25.000 jiwa (2020).
-
Medium city yang merupakan kota sedang dengan penduduk berjumlah 25.000-200.000 jiwa. Contohnya, yakni Kota Subulussalam di Prov. Aceh yang memiliki ±82.000 jiwa (2020).
-
Large city atau kota besar yang bertumbuh seiring dengan bertambahnya penduduk dan fasilitas. Kota ini memiliki populasi dalam rentang 100.000 hingga 800.000 jiwa. Contoh dari large city yakni Kota Banjarmasin di Prov. Kalimantan Selatan dengan jumlah penduduk ±700.000 jiwa (2018).
-
Metropolis, merupakan kota besar yang terus berkembang hingga memiliki populasi melebihi 800.000 jiwa, Contoh dari kota ini adalah Kota Malang di Jawa Timur yang memiliki penduduk ±887.000 jiwa (2017).
-
Megalopolis kota ini tidak jauh berbeda dari kota metropolis, memiliki penduduk diatas 800.000 jiwa, namun jumlahnya tidak melebihi 10 juta jiwa penduduk. Kota ini tergolong maju dan sebagai pusat dari kota-kota satelit lainnya. Kota ini tercermin pada Kota Surabaya dengan populasi sebanyak ±2,87 juta jiwa (2020).
-
Ecumenopolis, kota terbesar dari skala jumlah penduduk. Kota ini bisa disebut sebagai kota-kota terpadat di dunia dan memiliki jumlah penduduk diatas 10 juta jiwa. Contohnya, seperti Kota Beijing di Tiongkok dengan populasi ±21,5 juta jiwa (2018).
Baca juga: Pola Keruangan Kota (Teori Konsentris, Sektoral, Inti Ganda)
2. Pertumbuhan Fisik dan Budaya
-
Tahap Eopolis, tahapan pertumbuhan kota yang pertama ini, dicirikan dengan terbentuknya benih kota, yakni perkampungan. Wilayah ini masih mencirikan kehidupan pedesaan, namun sudah condong menjadi sebuah kota. Kegiatan masyarakat masih terfokus pada sektor pertanian, pertambangan, perkebunan, dan perikanan.
-
Tahap Polis. Ciri utama Tahap Polis yaitu tumbuhnya pengaruh industri yang belum begitu besar, dan masyarakatnya lebih cenderung untuk membuka produksi kecil-kecilan (home industry).
-
Tahap Metropolis. Setelah tahapan polis mulai menampakkan pertumbuhan, lalu masuk kedalam tahapan metropolis yang dapat dilihat berdasarkan struktur ruang kota yang sudah berkembang dan cukup besar. Kota ini juga sudah memiliki pengaruh bagi wilayah sekitarnya dan memunculkan kota satelit atau kota-kota penyangga yang berada di sekitar kota metropolis.
-
Tahap Megapolis, tak berbeda jauh dengan tahapan metropolis, pada megapolis, dicirikan perilaku penduduknya rata-rata materialistis, dan sistem birokrasinya mulai rancu akibat jumlah penduduk yang terus meningkat untuk memenuhi kebutuhan penduduknya yang kompleks.
-
Tahap Tyranopolis, hal ini menjadi awal mula kemunduran sebuah kota, dimana angka kriminalitas naik dan kondisi perdagangan menurun.
-
Tahap Necropolis yaitu tahap kehancuran. Kota dinilai hancur dan ditinggalkan penduduknya akibat kekacauan. Beberapa faktor yang memicu tahapan ini antara lain kelaparan, perang, bencana, atau sistem tata kota yang buruk. Salah satu contoh kota ini adalah Kota Pripyat di Ukraina, yang ditinggalkan penduduknya akibat bencana ledakan pembangkit listrik negara nuklir di Chernobyl pada tahun 1986.