LGBT adalah singkatan dari lesbian, gay, biseksual, dan transgender. Istilah LGBT dalam psikologi sudah mewakili kelompok kelompok yang telah disebutkan. LGBT dalam psikologi memiliki lambang berupa bendera berwarna pelangi. LGBT dalam psikologi dari sisi kesehatan tidak dibenarkan dan bukan gangguan medis melainkan masalah psikologi.
Masih banyak diantara kita yang masih awam dengan istilah apa itu LGBT dalam psikologi. LGBT dalam psikologi dianggap sebagai perilaku seks yang menyimpang. Banyak faktor yang menyebabkan individu menjadi LGBT dalam psikologi. Berikut 12 Penyebab LGBT Menurut Psikologi.
1. Tidak Percaya Tuhan
Tuhan seharusnya ada di hati individu. Bila individu tidak memiliki Tuhan jelaslah sudah bahwa ada momen yang dilalui penderita LGBT dimana pikiran penderita LGBT dalam keadaan kosong. Bila pikiran menjadi kosong maka ada kecenderungan penderita LGBT tersulut hawa nafsu sesat baik yang berasal dari dalam diri sendiri maupun yang berasal dari luar (informasi dari lingkungan/ rangsangan eksternal).
Mengapa individu penderita LGBT tersebut sering kehilangan pikiran (akal sehat/ logika)? Karena hati penderita LGBT hampa sehingga membuat pengendalian emosi rendah.
2. Tidak Mendapat Perhatian keluarga
Setiap keluarga harus menentukan sejak dini, apakah mereka hendak mendukung kaum LGBT atau tidak. Sebab keadaan ini sangat berpengaruh terhadap jawaban yang diberikan individu tua saat individu mengetahui tentang “apakah yang dimaksud dengan gay/ lesbian?”.
Bila individu tua cenderung menjawab dengan memberi toleransi (tidak tegas) maka individu tersebut merasa tidak masalah saat ia memilih untuk menjadi gay/ lesbian (toh individu tua dahulu mendukung penderita LGBT).
3. Trauma Masa Lalu
Seorang individu bisa saja memiliki dendam pribadi kepada individu tua perempuan atau individu tua laki laki. Ini didapatkan karena mereka memperlakukan/ sering bersikap kasar terhadap individu penderita LGBT sendiri. Bila seorang individu
tidak mampu memaafkan masa lalu penderita LGBT maka ada kecenderungan ia mendendam sekaligus takut kepada individu berjenis kelamin tertentu. Keadaan ini juga dipengaruhi oleh perlakuan yang kasar.
4. Pengetahuan yang Kurang
Bila individu tidak memiliki IQ, tidak bisa berpikir, logika kurang maka ada kecenderungan individu semacam ini akan dipengaruhi oleh individu lain. Disuruh apapun mau, Saat diapun terpapar oleh konten pornografi sesama jenis maka tanpa rasa malu iapun menirukan hal tersebut.
Bahkan bisa dikatakan bahwa individu yang tidak cerdas semacam ini akan memiliki kelainan seksual yang lebih parah lagi, misal penderita LGBT pedofil. Ini dikarenakan karena mereka tidak mampu berpikir panjang dan menimbang nimbang kehidupan, terlebih ketika iapun tidak percaya tentang ada akibat untuk penderita LGBT dari Tuhan.
5. Ejekan Saat Kecil
Saat sejak dari kecil seseorang akan dijuluki sebagai homo/ tomboy/ bencong dan lain sebagai penderita LGBT maka secara tidak langsung kata kata ini akan menyerang mental dan kepribadian penderita LGBT. Sekalipun hal ini berupa tekanan tetapi bisa saja bertransformasi menjadi sebuah sugesti terlebih ketika faktor lain penderita LGBT mendukung.
Keadaan ini akan semakin parah saja ketika individu tersebut tidak kuat hati/ tidak tabah/ tidak tegar menghadapi cobaan itu. Tentu saja karena dipengaruhi oleh faktor penyebab lain penderita LGBT maka ia pun putus asa lalu memilih untuk menikmati saja hinaan tersebut sembari menjadi penderita LGBT (menjadi homo atau lesbian).
6. Kekaguman yang Berlebihan
Seseorang bisa saja kagum kepada individu tetapi ingat jugalah bahwa ada batas batas yang memisahkan penderita LGBT dari perilaku menyimpang. Mungkin sobat juga kagum kepada individu individu tertentu yang entah berantah dilaporkan
oleh media tapi bukan dalam arti bisa memperlakukan sesuka hati (menganggap dia sebagai kekasih sesama jenis). Oleh karena itu, setiap orang harus tahu batas, hindari sikap berlebihan yang cenderung memperlakukan sesama secara tidak manusiawi.
7. Kesalahan Pergaulan
Seseorang bisa bergaul dengan siapa saja. Masalah penderita LGBT adalah bila diri terlalu sering bersama dan cenderung lemah prinsip hidup penderita LGBT lain maka besar kemungkinan menjadi terpengaruh. Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik tetapi bukan dalam arti menjauhi individu individu semacam ini.
8. Ingin Mendapat Pengakuan
Mereka yang memiliki hasrat yang tinggi terhadap pengakuan bisa saja menempuh jalan yang bengkok untuk mencapai tujuan tersebut. Ketika pengakuan, pujian dan popularitas telah membius dan menghipnotis maka segala cara akan ditempuh untuk meraih penderita LGBT.
Penderita LGBT menjadi lesbian ataupun gay tidak masalah agar individu lain mengakui keberadaan penderita LGBT, dan mempopulerkan penderita LGBT juga. Keadaan semacam ini akan semakin melemahkan penderita LGBT terlebih ketika ada orang tertentu yang memfasilitasi kemampuan penderita LGBT sehingga diakui dan dipuji individu.
9. Sering Menonton Hal Porno
Video bokep yang ditonton secara tidak langsung mensugesti untuk melakukan hal yang sama. Kekecewaan yang tidak tertahankan ini membuat beberapa individu kehilangan akal sehat sehingga menjadi penderita LGBT. Akhir dari penderita LGBT, tuntutan otak penderita LGBT untuk mempraktekkan apa yang sudah dilihat sangat besar sehingga sesama jenispun dilakukan.
10. Faktor Ekonomi
Misalnya saat seorang homo yang kaya raya mencari mangsa penderita LGBT maka ia akan menentukan target, berbaik hati kepada individu tersebut, mencuri kepercayaan penderita LGBT lalu meminta kepada korban penderita LGBT untuk menjadi pasangan baik secara lembut maupun secara kasar (memaksakan kehendak), baik secara terang terangan maupun secara diam diam.
11. Akibat Kapitalisme
Dana yang besar di tangan akan dijadikan sebagai alat untuk memancing individu lain untuk menjadi serakah seksual seperti diri penderita LGBT. Keadaan ini turut di dukung oleh karena penderita LGBT diantara rakyat yang masih hidup dalam kekurangan bahkan kemiskinan.
Jadi oknum kaya raya ini akan memanfaatkan individu individu yang ekonomi lemah yakni penderita LGBT lemah untuk dijadikan budak seks. Lagipula dengan dana besar yang ada di tangan mereka bisa mendanai berbagai acara yang diselenggarakan oleh kaum ini baik secara pribadi maupun secara organisasi.
12. Tidak Mampu Mengendalikan Hawa Nafsu
Bila hasrat individu berada di luar kendali penderita LGBT maka sikap penderita LGBT ke depan tidak lagi menunjukkan tanda tanda kemanusiawian melainkan melampiaskan penderita LGBT kepada siapapun dan apapun. Hasrat seksual yang tinggi , saat teman sejenis di samping penderita LGBT maka tidak mau lagi menyia nyiakan kesempatan itu.
Demikian yang dapat disampaikan penulis, semoga menjadi wawasan bermanfaat, sampai jumpa di artikel berikutnya ya sobat, Terima kasih.