Sebagian besar dari kita tentu sudah tahu jika dahulu negara Timor Leste pernah menjadi bagian dari negara Indonesia. Berdasarkan Deklarasi Balibo pada tanggal 30 November 1975 menegaskan bahwa Timor Timur (nama negara Timor Leste) menjadi provinsi ke-27 di Indonesia.
Mungkin kita bertanya mengapa Timtim memisahkan diri dan berdiri menjadi sebuah negara Timor Leste yang kita kenal hingga saat ini. Jika kita melihat sejarah, ada beberapa alasan mengapa negara Timor Leste lepas dari Indonesia.
Perlu diketahui juga jika saat negara Timor Leste berpisah, negara Indonesia sedang dipimpin oleh Presiden B.J Habibie menggantikan Pemerintahan Soeharto atau yang lebih dikenal sebagai Orde Baru, di mana pada saat itu kondisi politik di Indonesia masih belum stabil.
Hasil dari pemilihan pada tanggal 30 Agustus 1999 bahwa hampir sebanyak 80 persen rakyat Timor Timur saat itu memilih untuk berpisah dengan Indonesia. Referendum yang mendapat dukungan dari PBB juga menjadi pertanda telah berakhirnya konflik berdarah dan menyatakan bahwa Timor Timor telah terlepas dari negara Indonesia.
Kronologi Berpisahnya Negara Timor Leste
Pada tahun 1991 terjadi sebuah peristiwa besar yang dikenal sebagai Pembantaian Santa Cruz. Peristiwa tersebut diawali dengan tentara Indonesia melepaskan tembakan terhadap 4.000 pelayat pro-kemerdekaan di sebuah pemakaman yang saat itu sedang mengubur seorang siswa muda yang terbunuh oleh tentara.
Peristiwa tersebut menyebabkan lebih dari 200 orang tewas dan telah diabadikan oleh seorang jurnalis foto Inggris. Tentu kejadian tersebut disiarkan di televisi negara-negara Barat dan untuk pertama kalinya pemerintah Amerika Serikat mengutuk Indonesia atas kejadian tersebut.
Negara Indonesia menjadi bulan-bulan beberapa negara dan banyak yang menggunakan isu Timtim untuk mempermalukan Indonesia di dunia Internasional.
Saat memerintah Indonesia selama 7 bulan, B.J Habibie mendapat surat dari Perdana Menteri Australia, John Howard di tanggal 19 Desember 1998 yang berisi mengenai usulan untuk melakukan peninjauan ulang pelaksanaan referendum bagi rakyat Timor Timur.
Hampir sebagian besar rakyat Timtim turut serta dalam pelaksanaan referendum pada 30 Agustus 1999 dengan kondisi relatif aman. Akan tetapi sehari setelah referendum dilaksanakan suasana menjadi tidak terkendali dan terjadi kerusuhan di berbagai tempat.
Sehingga akhirnya Sekjen PBB baru menyatakan hasil referendum kepada Dewan Keamanan PBB pada tanggal 3 September 1999. Hasil dari referendum tersebut yakni sekitar 78,5% menolak otonomi, 21% mendukung otonomi dan sisanya (7.985 suara) dinyatakan tidak valid.
Pada tanggal 4 September 1999 hasil referendum secara resmi diumumkan di Dili yang menyatakan bahwa masyarakat Timor Timur memilih untuk memisahkan diri dari Indonesia.
Alasan Mengapa Timor Leste Akhirnya Pisah Dari Indonesia
Berdasarkan sejarah, negara Timor Leste merupakan negara bekas jajahan Portugis. Hal yang berbeda terjadi pada wilayah Indonesia yang lain di mana sebagian besar dikuasai oleh Belanda.
Saat terjadi Revolusi Bunga pada tahun 1974 di Portugal, membuat ketidakstabilan politik di negara tersebut. Ditambah terjadi pemberontakan di negara-negara jajahan terutama di benua Afrika. Hal ini dimanfaatkan oleh rakyat Timtim untuk menyatakan diri sebagai bangsa merdeka dengan mendirikan partai politik.
Tidak heran sejak awal wilayah Timor Timur belum menjadi bagian dari Indonesia. Akan tetapi ketegangan politik hingga fisik terus terjadi antara partai Pro-kemerdekaan dengan partai yang menginginkan Timor Timur menjadi bagian dari Indonesia.
Terdapat dua alasan mengapa B.J Habibie selaku Presiden ke-3 Indonesia saat itu memutuskan untuk melepaskan Timor Timur (Timtim) dari Indonesia. Di dalam sebuah buku berjudul Detik-Detik yang Menentukan, B.J Habibie bercerita mengapa Loro Sae (sebutan lain untuk Timor Timur) harus menjadi bagian dari negara Indonesia atau justru sebaliknya menjadi sebuah negara merdeka.
Alasan ini dianggap cerdas bahkan mendapat pujian dari Dunia Internasional.
- Timtim memiliki jumlah populasi sekitar 700.000 jiwa namun telah berhasil menarik minat dunia. Namun BJ Habibie mempunyai 210 juta rakyat dan apabila membiarkan tentara asing mengurusi Timtim, secara implisit BJ Habibie mengakui bahwa TNI tidak dapat menjalankan tugasnya dengan baik dan akan mengancam kestabilan negara. Tentu BJ. Habibie tidak mau mengambil resiko ini. Selain itu, masalah Timor Timur harus dapat diselesaikan sebelum Presiden ke-4 RI dipilih. Sehingga Presiden ke-4 nanti dapat mencurahkan perhatiannya kepada penyelesaian masalah nasional dan reformasi yang sedang dihadapi Indonesia.
- BJ. Habibie menganggap Australia menjadi sahabat lama bagi Indonesia, yakni sejak Proklamasi Kemerdekaan 1945. Beliau juga mengatakan jika dia membiarkan tentara Australia masuk ke Indonesia, tidak hanya membuat menghina dan mempermalukan TNI tetapi juga yang kalah akan menyalahkan Australia terlepas dari apapun keputusannya nanti.
Dari kedua alasan tersebut itulah, BJ Habibie mendapat respons yang amat baik dari dunia sebab tidak harus mengandalkan kekerasan dan juga pertumpahan darah. Dan saat ini jika dilihat dari segi ekonomi Indonesia mendapatkan keuntungan dari Timor Leste terutama dalam pembangunan infrastruktur.
Pembangunan di Timor Leste dimenangkan oleh pihak BUMN milik Indonesia. Sebagai sebuah negara merdeka, Timor Leste justru melakukan impor barang-barang dari Indonesia dan tentunya memberikan masukan devisa bagi Indonesia.