6 Alat Pembayaran Paling Unik dalam Sejarah, Ada Keju hingga Tupai

Oleh : Rizki Mumpuni - 18 September 2020 15:00 WIB

Bentuk uang sebagai alat pembayaran terus mengalami evolusi dari waktu ke waktu, mulai dari koin, kertas, hingga uang elektronik. Semakin lama, teknologi yang digunakan juga semakin maju hingga uang-uang ini tidak dapat dipalsukan dan juga sangat aman. Namun, pernahkah kamu berpikir alat pembayaran apa yang digunakan oleh orang zaman dahulu untuk membeli berbagai keperluan?

Selain sistem barter, banyak negara yang telah mengenal alat pembayaran sejenis uang yang dapat dipertukarkan berbagai macam benda. Menariknya lagi, alat pembayaran ini memiliki bentuk yang tidak lazim. Inilah alat pembayaran paling unik dalam sejarah.

1. Batu Rai

Semakin ke sini, penggunaan uang receh sebagai alat pembayaran mulai ditinggalkan karena dianggap kurang praktis untuk dibawa ke mana-mana. Padahal, zaman dahulu pernah digunakan alat-alat pembayaran berupa cakram batu kapur besar dengan lubang di tengah dan diameternya mencapai 12 kaki (3,7 meter). Beratnya pun mencapai 8 ton. Nah, alat pembayaran ini pernah berlaku di pulau Yap di Kepulauan Solomon.

Nilai dari "uang" ini terletak pada ukuran serta apa yang diperlukan untuk mendapatkannya. Namun tenang, uang berukuran jumbo ini tidak perlu dibawa ke sana ke mari untuk berbelanja. Batu-batu ini tetap berada di tempat, hanya saja kepemilikannya yang berubah.

2. Bata teh

Alat pembayaran ini sebagian besar digunakan di Asia Tengah, Tiongkok, Mongolia, dan Tibet pada abad ke-19. Batu bata teh dibuat dengan mengompres berbagai jenis daun teh dan digunakan untuk membeli ternak, pakaian, atau melunasi utang. Walaupun tampak tidak biasa, alat pembayaran ini sebenarnya lebih disukai daripada koin karena dapat dikonsumsi.

3. Keju Parmigiano-Reggiano

Orang Italia sangat menyukai keju. Bahkan, di Italia, keju Parmigiano-Reggiano atau yang juga dijuluki sebagai The King of Cheeses ini dapat digunakan sebagai alat pembayaran.

Bank Italia Banco Emiliano mau menerima keju ini sebagai jaminan untuk pinjaman pribadi sehingga memberi petani uang tunai yang mereka butuhkan sampai mereka dapat membayarnya kembali dengan jaminan berupa keju. Kemudian, jika petani gagal membayar pinjaman, bank harus menjual keju dengan harga $300 (Rp4.430.000) per roda.

Uniknya lagi, tempat penyimpanan bank yang berisi keju senilai $187 juta (Rp2,76 triliun) telah tiga kali dilanda kasus percobaan pencurian, yang terakhir terjadi pada 2009. Selain itu, antara November 2013 dan Januari 2015, geng kejahatan terorganisasi mencuri 2.039 roda Parmigiano-Reggiano dari gudang di Italia utara dan tengah.

4. Kerang

Di Kepulauan Solomon, tepatnya di Laguna Langa Langa, kerang telah digunakan sebagai mata uang sejak sekitar 1200 Sebelum Masehi. Yang lebih menarik, satu untai kerang bernilai 1.000 dolar Solomon, yang kira-kira sama dengan 117 dolar Amerika.

Kerang-kerang ini sangat dihargai oleh penduduk setempat sehingga biasanya dibuat sebagai perhiasan kemudian digunakan untuk ditukar dengan ternak atau tanah atau bahkan digunakan sebagai mas kawin.

5. Uang darurat

Ketika penyelesaian Perang Dunia I membuat ekonomi Jerman berantakan, kota-kota lokal mulai mencetak notgeld  'uang darurat'. Uang ini terbuat dari segala hal, mulai dari kayu, aluminium foil, seprai sutra, hingga kartu remi sebagai bentuk pembayaran lokal sampai Reichsbank pulih.

Ini merupakan strategi dari pemerintah agar para kolektor membeli uang yang unik ini untuk koleksi sehingga uang yang asli akan kembali lagi ke peredaran dan memulihkan ekonomi Jerman.

6. Tupai

Di Rusia pada abad pertengahan, kulit tupai dijadikan alat pembayaran yang umum. Bahkan, moncong, cakar, dan telinganya juga digunakan sebagai alat pembayaran. Namun, di balik pro kontra karena menjadikan hewan sebagai pengganti uang, banyak yang berspekulasi bahwa menjadikan tupai sebagai uang tunai mungkin memiliki manfaat yang tidak terduga.

Selama terjadinya wabah hitam, kasus di Rusia tidak begitu parah seperti negara lain. Hal itu mungkin terjadi karena penggunaan tupai sebagai alat pembayaran dianggap telah mengurangi jumlah parasit pembawa penyakit.

Ternyata, alat pembayaran zaman dahulu unik-unik, ya. Kira-kira, kamu setuju gak kalau benda-benda di atas dijadikan alat pembayaran di Indonesia?

Tag

Artikel Terkait

Kuis Terkait

Video Terkait

Cari materi lainnya :