Penis ereksi disebabkan oleh melebarnya arteri dan menutupnya pembuluh vena di penis. Dengan demikian ada banyak aliran darah yang masuk dan sedikit darah yang dikelurkan (ditahan dalam pembuluh darah penis).
Pembuluh darah juga akan memenuhi jaringan di dalam penis sehingga penis mengalami pemanjangan dan berubah menjadi keras. Jika penis sudah ereksi, proses senggama dapat dilakukan.
Pada saat penis memasuki vagina, resptor di penis akan menerima rangsangan sentuhan yang menyebabkan dikeluarkannya semen yang berisi jutaan sel sperma. Proses keluarnya semen tersebut dinamakan ejakulasi.
Pada lelaki normal, dalam satu kali ejakulasi akan dikelurkan 300 juta – 400 juta sel sperma. Pergerakan sel sperma di dalam vagina dibantu oleh semen dan cairan pelicin yang dihasikan oleh cervix.
Cairan pelicin tersebut akan disekresikan oleh kelenjar di cervix jika seorang perempuan sudah siap melakukan senggama atau mendapat rangsangan seksual. Sel sperma akan berenang menuju oviduk atau tuba fallopii yaitu tempat sel telur berada setelah masa ovulasi.
Pergerkan sel sperma didukung oleh ekor sperma yang banyak mengandung mitokondria penghasil ATP. Sel telur yang ovulasikan umumnya masih berada pada tahap meiosis II dan belum sepenuhnya menjadi oosit. Dengan adanya peleburan sperma, proses meiosis II dapat dipercepat.
Sel telur yang telah siap dibuahi akan membentuk zona pelindung yang dinamakan corona radiata di bagian luar serta sebuah cairan bening di dalamnya yang disebut zona pelusida. Sel sperma yang telah mencapai sel telur akan berlomba untuk dapat memasuki zona pelusida.
Zona pelusida mempunya reseptor yang bersifat “spesies spesifik” yaitu hanya dapat dilalui oleh sperma dari satu spesies. Akrosom sperma mempunyai enzim litik yang mampu menembus corona radiata dan zona pelusida. Pada saat sperma menembus corona radiata, akrosom sperma akan meluluh.
Sel telur kemudian akan segera menyelesaikan tahap meiosis II menghasikan inti fungsional yang haploid. Bagian inti sel sperma ini kemudian bersatu dengan membran sel telur untuk melakukan fusi materi genetik.
Gerakan ini mirip dengan mekanisme endositosis pada sel. Setelah terjadi peleburan atau fertilisasi ini, corona radiata akan menebal sehingga tidak ada lagi sel sperma lain yang dapat masuk. Pada saat ini sel tersebut sudah dibuahi dan berubah menjadi zigot. Zigot akan membelah secara mitosis menjadi morula.
Zigot ini kemudian melakukan pembelahan sel selama perjalanannya di oviduk menuju rahim. Pergerakan menuju Rahim (uterus) tersebut memakan waktu 4 hari. Dalam waktu satu minggu, zigot telah berbentuk seperti bola yang dinamakan blastula.
Blastula memiliki rongga yang disebut blastosol. Masa sel di bagian dalam balstosol akan menjadi bakal embrio. Bagian lengket dari blastosol tersebut kemudian akan menempel di endometrium. Proses tersebut dinamakan implantasi.
Blastusa selanjutnya berkembang membentuk tiga lapisan, yaitu lapisan luar (ectoderm), lapisan tengah (mesoderm), dan lapisan dalam (endoderm). Tahap ini disebut gastrulasi yang terjadi sekitar minggu ketiga. Selanjutnya, ectoderm akan membentuk system saraf, kulit, mata, dan hidung. Mesoderm membentuk otot, tulang, jantung, pembuluh darah, ginjal, limfa, dan organ reproduksi. Sementara itu, endoderm akan membentuk organ-organ serta kelenjar yang berhubungan dengan system pernapasan. Peristiwa ini disebut dengan organogenesis.
Organogenesis dimulai dari minggu keempat hingga minggu kedelapan dan penyempurnaan pada minggu kesembilan. Embrio akan melepaskan hormon corionic gonadotropin (hormon yang mirip dengan LH) yang akan dibawa ke ovarium untuk mencegah luluhnya corpus luteum. Dengan demikian, estrogen dan progesterone tetap dihasilkan sehingga dapat mempertahankan persiapan kehamilan di rahim dengan mempertahankan ketebalan endometrium.
Kehamilan terjadi mulai dari fertilisasi hingga kelahiran. Pada manusia, rata-rata kehamilan terjadi selama 266 hari (38 minggu) dari fertilisasi atau 40 minggu dari siklus menstruasi terakhir hari pertama.
Kelahiran bayi terjadi melalui serangkaian kontraksi uterus yang beraturan. Beberapa hormon, seperti estrogen, oksitosin, dan prostaglandin berperan dalam proses ini. Secara umum, proses kelahiran terjadi melalui tahap pembukaan cervix, tahap pengeluaran bayi, dan tahap pelepasan plasenta