Pernahkah kamu merasakan gejala-gejala COVID-19, seperti tenggorokan gatal atau sesak napas, setelah membaca berita terkait penyakit yang sedang marak diperbincangkan ini? Jangan dulu panik, ya. Bisa jadi itu merupakan gangguan psikosomatik.
Di tengah pandemi COVID-19, informasi mengenai wabah ini memadati situs pemberitaan dan media sosial. Berita baik, seperti berita pasien yang berhasil sembuh atau maraknya aksi kemanusiaan untuk berdonasi, mungkin bisa membuatmu bernapas lega.
Namun, bila yang kamu pantau hanyalah berita yang kurang baik atau bahkan yang menyeramkan, hal ini bisa berpengaruh pada kondisi mentalmu dan memicu timbulnya keluhan fisik yang disebut gangguan psikosomatik.
Kenali Apa Itu Gangguan Psikosomatik
Gangguan psikosomatik bisa diartikan sebagai keluhan fisik yang disebabkan atau diperparah oleh karena pikiran atau emosi. Biasanya, kondisi ini berawal dari stres, cemas, takut, atau depresi.
Namun, jangan salah. Walaupun berasal dari pikiran dan emosi, bukan berarti keluhan fisik yang terjadi itu tidak nyata, lho. Pada gejala psikosomatis, penderita benar-benar bisa merasakan keluhan fisik yang sesungguhnya dan membutuhkan pengobatan, sama halnya dengan penyakit lainnya.
Keluhan fisik yang muncul pada gangguan psikosomatik bisa bermacam-macam tergantung penyakit yang dipikirkan penderita. Pada gangguan psikosomatik akibat ketakutan terhadap virus Corona, gejala yang bisa muncul antara lain batuk-batuk, sesak napas, bahkan demam.
Apa yang Menyebabkan Gangguan Psikosomatik?
Walaupun hingga sekarang penyebab pastinya belum jelas, ada beberapa hal yang diduga berkaitan dengan munculnya reaksi ini. Salah satunya adalah peningkatan hormon adrenalin dan hormon stres.
Saat kamu terus-menerus membaca berita yang kurang baik, misalnya gugurnya tenaga medis atau bertambahnya jumlah pasien yang positif terinfeksi virus Corona, kamu mungkin akan merasa cemas, takut, dan stres.
Perasaan ini akan membuat tubuhmu menyangka bahwa kamu sedang dalam bahaya, lalu mengeluarkan hormon adrenalin dan kortisol. Secara alami, kedua hormon ini diproduksi saat tubuh merasa terancam, misalnya ketika kamu sedang dikejar anjing. Tujuannya adalah untuk meningkatkan respons tubuh agar siap untuk menghadapi bahaya.
Namun, bila hormon ini keluar di saat kamu sebenarnya dalam keadaan aman, kamu justru akan merasakan keluhan-keluhan yang kamu takutkan terjadi. Dalam kasus infeksi virus Corona, kamu bisa saja merasa sesak napas, batuk-batuk, atau meriang, padahal sebenarnya kamu baik-baik saja.
Jika kamu merasakan gejala ini setiap membaca berita mengenai COVID-19, artinya keadaan yang terjadi kini telah memengaruhi kesehatan mentalmu. Ini adalah hal yang sangat wajar terjadi di masa-masa seperti ini, apalagi di tengah masa-masa physical distancing yang mungkin membuatmu merasa terasing dari teman dan kesepian.
Untuk menenangkan perasaanmu, batasi dulu membaca atau mencari berita mengenai COVID-19 untuk sementara waktu. Dalam pidatonya, pimpinan WHO bahkan menyarankan kita untuk mencari berita tentang wabah ini tidak lebih dari 1–2 kali sehari. Beritanya pun perlu dipastikan berasal dari sumber yang terpercaya.
Daripada mendengar atau membaca informasi yang tidak jelas kebenarannya, lebih baik kamu fokus menerapkan langkah pencegahan dan melakukan aktivitas positif di dalam rumah, misalnya melakukan meditasi, mengobrol dengan teman melalui telepon, konsumsi makanan bergizi, berolahraga, berjemur, dan tidur yang cukup.
Gejala psikosomatik bisa membuatmu merasakan keluhan-keluhan mirip gejala COVID-19 di saat kamu sebenarnya baik-baik saja. Namun, tidak ada salahnya juga untuk mengecek kondisi kesehatanmu secara berkala, misalnya mengukur suhu tubuh menggunakan termometer ketika kamu merasa meriang.
Baca Juga : Berbagai Ciri Fisik yang Tanpa Sadar Menandakan Anda Sedang Stres