Penyebaran virus corona di Indonesia semakin gawat. Untuk mengurangi kasus, muncul ide melakukan lockdown seperti China dan Italia. Namun dilansir dari CNN, Presiden Joko Widodo tidak berpikir untuk melakukan kebijakan tersebut. Dia hanya mengimbau masyarakat untuk belajar, bekerja, dan beribadah dari rumah. Sebagian orang resah mendengar pernyataan itu karena menganggap lockdown tetap perlu dilakukan.
Sebetulnya bisakah suatu negara mengurangi kasus corona tanpa menerapkan lockdown? Ternyata bisa saja; asalkan mempunyai sistem, fasilitas, dan kesadaran yang tinggi seperti di Korea Selatan. Mereka pernah menempati peringkat kedua di dunia sebagai negara dengan kasus corona terbanyak. Namun secara bertahap, negara ini berhasil mengurangi jumlah kasus tersebut hingga saat ini pendekatannya menangangi pandemi seringkali disebut sebagai standar yang terbaik. Yuk simak cara yang dilakukan Korea Selatan untuk menghadapinya. Kita harus bisa mengambil pelajaran dari negara-negara lain, mungkin tidak semuanya dicontoh kalau memang tidak mungkin dilakukan di Indonesia, tapi paling tidak kita tahu kenapa cara itu bisa berhasil di Korea Selatan…
1. Untuk mencegah virus corona, Korea Selatan melakukan deteksi sejak dini. Para warga bisa tes gratis di rumah sakit atau drive-thru-clinics, cara ini terbukti efektif dan cocok untuk negara ini
Pendeteksian sejak dini sangatlah penting. Sebab kalau ada orang yang ternyata positif corona, dia bisa segera dikarantina sehingga tak menyebar virus ke mana-mana. Karena itulah Korea Selatan menyediakan tes corona gratis di rumah sakit. Bahkan dilansir dari BBC, pemerintah juga menyediakan drive-thru-clinics untuk warga yang ingin melakukan tes sambil mengendarai mobil. Prosesnya sederhana dan hanya memerlukan hitungan menit. Sejak dari awal, bahkan sebelum ada konfirmasi kasus positif di Korea Selatan, pemerintahnya sudah bekerja sama mengembangkan dan menyetujui alat dan sistematika tes yang efektif dan cocok bagi negara mereka. Menteri Luar Negeri Korea Selatan dalam wawancaranya dengan BBC, mendorong negara-negara lain untuk lebih kreatif mendesain sistem screening dan tes yang sesuai dengan kebutuhan masing-masing.
Kalau Korea Selatan caranya pengendara mobil datang langsung ke drive-thru-clinics. Lalu dia hanya perlu menurunkan kaca mobil dan menjulurkan lidahnya. Petugas akan memasukkan sebatang swab ke mulut dan tenggorokannya untuk memperoleh sampel cairan serta dahak. Kemudian, batang swab yang baru dimasukkan ke dalam hidung orang itu. Hanya dalam hituangan jam, sampel akan diperiksa di laboratorium dengan tingkat keakuratan mencapai 98%. Dalam satu hari, ada sekitar 15.000 warga yang bisa dites secara gratis. Hal ini dimungkinkan karena Korea Selatan memang punya lembaga riset dan laboratorium mutakhir. Keren ya! Padahal di sejumlah negara, biaya tes corona masih mahal.
2. Pemerintah Korea Selatan sangat terbuka tentang informasi virus corona agar masyarakat bisa berjaga-jaga. Bahkan pergerakan pasien yang tertular bisa dilacak dengan GPS
Informasi seputar virus corona diumumkan secara transparan. Jadi masyarakat bisa berjaga-jaga setelah mengetahui riwayat perjalanan pasien yang tertular. Bahkan dilansir dari Kompas, lokasi pasien corona di Korea Selatan bisa dilacak melalui GPS! Orang-orang pun bisa menghindar dari lokasi rawan tersebut. Kebijakan ini sempat dipertanyakan dari segi privasi, tetapi keuntungannya adalah bisa membuat orang lain merasa lebih aman.
3. Warga Korea Selatan juga menjalankan social distancing dengan cukup efektif. Apalagi dengan konektivitas internet dan sistem delivery yang sangat mumpuni
Di Indonesia, kesadaran untuk melakukan social distancing alias menjaga jarak dengan orang lain masih kurang. Salah satunya adalah kesenjangan akses dan pemahaman informasi di negara ini. Bagaimana dengan di Korea Selatan? Social distancing tampaknya dilaksanakan dengan cukup efektif. Selain kejelasan informasi yang bisa diakses oleh siapa saja, warga Korea Selatan memang temasuk salah satu masyakarat paling ‘terkoneksi’ sedunia. Memiliki internet tercepat di dunia, warganya sangat terbiasa melakukan apa pun online. Belum lagi sistem delivery yang sangat cepat dan efisien. Apa pun bisa dibeli online dan diantar langsung ke rumah, tanpa harus bertatap muka.
4. Fasilitas kesehatan seperti kamera pengecek suhu tersedia di mana-mana. Para petugas juga mengingatkan warga untuk mencuci tangan
Kamera pengecek suhu disediakan di setiap pintu masuk gedung untuk mendeteksi orang yang sedang demam, sebab demam adalah salah satu gejala corona. Sejumlah petugas berpakaian pelindung juga ditempatkan di berbagai tempat umum. Mereka bertugas mengingatkan orang-orang untuk mencuci tangan secara rutin dan menjaga kebersihan.
5. Korea Selatan tidak melarang WNA masuk ke negaranya, tetapi pemerintah menerapkan aturan yang sangat amat ketat bagi mereka
Pemerintah menerapkan prosedur imigrasi khusus pada WNA yang baru masuk ke negaranya dengan cara memantau selama dua minggu. Pertama-tama, suhu tubuh mereka diperiksa. Lalu mereka diminta untuk mengisi kuisioner kesehatan dan verifikasi informasi kontak domestik. Mereka juga diminta untuk mengunduh aplikasi diagnosa diri di ponsel dan akan diisolasi sementara kalau menunjukkan gejala corona.
6. Untuk menangani lebih banyak pasien, pemerintah Korea Selatan langsung mengubah fasilitas-fasilitas publik menjadi pusat perawatan
Supaya rumah sakit tidak kekurangan tempat tidur, Korea Selatan mengubah pusat pelatihan kerja dan fasilitas publik lainnya menjadi pusat perawatan. Tempat itu digunakan untuk mengkarantina pasien yang mempunyai gejala ringan virus corona. Dari sejak awal mereka sudah menetapkan kategorisasi yang jelas terkait pasien. Mereka juga proaktif menghubungi pasien terlebih dahulu pasca tes, untuk menginformasikan hasil tes (hasil positif akan ditelepon, sedangkan hasil negatif akan mendapat sms) dan langkah-langkah yang harus diambil setelahnya. Sistem yang jelas ini meminimalisir risiko orang terpapar saat menunggu dites atau menunggu rumah sakit rujukan.
Itulah berbagai kebijakan yang dilakukan Korea Selatan sehingga bisa mengurangi kasus corona di negaranya. Ternyata memang dibutuhkan kerja sama semua pihak untuk bisa melangkah maju mengalahkan pandemi ini. Pemerintahnya sigap, rakyatnya juga dengan siap mengikuti semua arahan dengan baik. Tapi yang juga penting diingat, kondisi dan kemampuan negara itu pasti berbeda-beda. Bukannya menyontek persis, tapi tiap negara harus merumuskan strategi yang paling sesuai dan efektif untuk negaranya masing-masing.