Hampir di setiap kawasan yang berada di antara pertemuan lempeng tektonik pasti akan mengalami getaran yang biasa disebut sebagai gempa bumi. Getaran atau gempa bumi tersebut berasal dari pergerakan antar lempeng – lempeng bumi yang saling bertabrakan atau bahkan berjauhan. Selain sering terjadi gempa bumi, secara umum daerah yang berada di atas tempat bertemunya lempeng bumi ini dicirikan dengan adanya gunung berapi. Dan hampir sebagian besar gunung berapi masih dalam status aktif. Tidak hanya itu saja, beberapa daerah juga memiliki sumber mata air panas di mana air panas tersebut berasal dari proses pemanasan akibat adanya aktivitas magma dari dalam perut bumi.
Berbicara mengenai gempa bumi hampir sebagian besar dari kita pernah mengalaminya. Terdapat dua jenis gempa bumi, yaitu gempa bumi vulkanik yaitu gempa yang berasal dari gunung berapi dan juga gempa tektonik yang merupakan gempa dari aktivitas pergerakan lempeng bumi. Gempa bumi juga bisa menjadi pertanda munculnya berbagai macam fenomena alam lainnya, seperti contoh tsunami. Bagi masyarakat yang tinggal tidak jauh dari bibir pantai pastinya menjadi khawatir dan was – was akan munculnya bencana alam seperti tsunami. Tidak heran jika sebagian besar akan berlari menjauhi bibir panti untuk naik ke daerah yang lebih tinggi. Meskipun tidak semua gempa bumi tersebut menimbulkan tsunami.
Selain sebagai penanda adanya tsunami, gempa bumi juga bisa menjadi tanda munculnya bahaya bencana alam lain, seperti yang pernah terjadi di Sulawesi Selatan. Saat itu tepatnya pada tanggal 28 September 2018 terjadi gempa di Palu dan tsunami. Namun di beberapa daerah mengalami fenomena alam lain yaitu likuifaksi. Likuifaksi merupakan proses larutnya benda padat menjadi cair. Akibat gempa bumi, air tanah yang berada di bawah tanah ikut bergoyang dan menyebabkan tanah tersebut menjadi cair hingga akhirnya larut. Tidak heran jika benda – benda yang berada di permukaan tanah seperti rumah, kendaraan hingga pohon akan bergerak bahkan beberapa di antaranya masuk ke dalam tanah.
Fenomena alam likuifaksi biasanya terjadi pada tanah yang memiliki tekstur berpasir. Tanah tersebut dalam kondisi jenuh air dan mudah terendam air. Jadi ketika terjadi guncangan atau gempa bumi, air memiliki tekanan yang lebih besar sehingga dapat gerakan berupa dorongan terhadap pasir atau tanah yang tidak terikat tersebut.
Selain likuifaksi fenomena alam lain yang bisa terjadi akibat adanya gempa bumi yakni fenomena sand boil. Mungkin beberapa dari kita masih cukup asing dengan istilah tersebut. Hal ini disebabkan karena fenomena alam sand boil cukup jarang terjadi di Indonesia. Namun bukan berarti tidak ada kemungkinan akan muncul, justru baru – baru ini terjadi fenomena alam sand boil di Kota Ambon. Untuk mengetahui lebih lanjut apa itu sand boil berikut penjelasannya.
Apa Itu Sand Boil?
Sesaat setelah terjadi gempa bumi berkekuatan 6,8 magnitudo di Ambon, muncullah beberapa lubang berukuran cukup besar. Menurut warga sekitar, jumlah lubang tersebut cukup banyak dan tersebar di kawasan perkampungan warga serta pesisir pantai dekat dengan desa tersebut. Dari dalam lubang tersebut keluar air yang bercampur dengan tanah serta pasir ketika gempa bumi terjadi.
Fenomena alam tersebut dapat dijelaskan secara ilmiah. Menurut Kepala Seksi Data dan Informasi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) di Stasiun Ambon, Andi Azhar Rusdin mengatakan bahwa fenomena alam tersebut sebagai akibat terjadinya gempa yang cukup besar dan mengguncang daerah tersebut.
Akibat dari gempat bumi tersebut muncullah semburan yang dikenal dengan istilah fenomena sand boil. Fenomena sand boil atau bisa dikenal juga dengan nama semburan pasir terjadi disebabkan oleh saat terjadi gempa bumi ada rekahan yang terbuka atau terbelah di bagian zona bawah pijakan.
Kejadian tersebut termasuk fenomena alam biasa sebagai dampak sekunder dari gempa bumi yang cukup besar. Terjadinya sand boil biasanya disertai semburan, hal ini disebabkan karena terdapat zona yang mengalami rekahan pada bagian bawah permukaan tanah. Saat terjadi rekahan karena gempa bumi, air tanah juga ikut bergerak akibat adanya tekanan dari bawah maka air tanah menyembur keluar bersamaan dengan material pasir yang melewati pori – pori tanah.
Fenomena sand boil sendiri tidak hanya terjadi di Indonesia saja. Sand boil juga dikenal dengan nama sand volcanoes. Secara sederhana fenomena sand boil adalah kejadian saat air tanah yang mendapat tekanan dari bawah keluar hingga menembus lapisan berpasir. Air tanah yang keluar akan terlihat seperti mendidih (boiling) dan bercampur dengan pasir.
Fenomena sand boil sendiri dapat menjadi pertanda bahwa suatu daerah berpotensi mengalami likuifaksi atau terjadi kegagalan pada tanggul saat terjadi banjir. Kegagalan tanggul tersebut biasanya disebabkan karena adanya perbedaan tekanan pada salah satu sisi tanggul atau keduanya saat terjadi banjir. Akibat banjir kemungkinan besar menyebabkan erosi internal sehingga terjadi perpindahan pada partikel – partikel tanah dan membuat saluran alami melewati tanggul. Saluran tersebut bisa terbentuk dengan cukup cepat dan berdampak pada kerusakan atau kegagalan pada tanggul.
Cara Penanggulangan Fenomena Sand Boil
Perlu diketahui jika sand boil tidak dapat dihentikan. Namun ada satu metode yang paling efektif yaitu dengan membuat badan air di atas sand boil agar membuat tekanan yang cukup sehingga memperhambat aliran air yang keluar. Aliran air yang melambat akan mampu membuat pergerakan partikel tanah menjadi lebih lambat atau bahkan menghentikan pergerakannya. Badan air ini biasa dibuat dengan menggunakan pasir yang dimasukan ke dalam karung lalu meletakannya di sekeliling sand boil.
Hal ini pernah dilakukan oleh United State Army Corps of Engineers pada saat banjir di musim semi tahun 2011 lalu. Mereka harus bekerja keras untuk mengatasi sand boil yang memiliki ukuran sekitar 30 hingga 40 kaki. Sand boil tersebut berada di Kota Kairo, Illinois tepatnya berada di pertemuan antara Sungi Mississipi dan Sungai Ohio.
Itulah penjelasan mengenai fenomena sand boil. Semoga dapat bermanfaat.