Kabupaten Indramayu mempunyai panjang pantai sekitar 147 kilometer, yang terbentang dari perbatasan Kabupaten Cirebon sampai Kabupaten Subang.
Kepala Bidang Perikanan Budidaya Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Indramayu, Edi Umaedi, mengatakan abrasi di Indramayu mencapai 42,6 kilometer.
"Ini berdasarkan data tahun 2017," kata Edi, seperti yang dikutip dari Antara Senin (30/9).
Bahkan, Edi melanjutkan, ada beberapa daerah di pesisir Indramayu yang sudah terkubur karena bencana abrasi, sehingga menyebabkan ratusan orang beralih tempat tinggal.
Menurutnya kondisi tersebut dikarenakan di sepanjang pantai yang terkena abrasi tidak ada pelindung alami alias mangrove. Ketika kawasan pesisir pantai masih ditumbuhi tanaman mangrove, wilayah pesisir akan terlindungi sehingga tidak akan terjadi bencana abrasi.
"Di Indramayu sudah ada beberapa kawasan pesisir yang kembali ditanami mangrove, hal ini untuk menahan bencana abrasi, seperti di Pantai Karangsong, Junti, Eretan dan beberapa daerah lainnya," ujarnya.
Kawasan mangrove Karangsong terletak di Desa Karangsong, Kabupaten Indramayu. Kawasan tersebut mulai menjadi primadona masyarakat untuk berwisata sejak tahun 2015.
Hutan mangrove Karangsong mempunyai luas sekitar 20 hektare, di sana terdapat beragam jenis pohon mangrove yang ditanam dan dikembangkan.
Ketua Kelompok Pantai Lestari Karangsong, Eka Tarika, menceritakan pada medio 80-an sampai 90-an di sekitar kawasan hutan mangrove Karangsong, sangat banyak pembudidaya udang, masyarakat mendapatkan hasil yang melimpah.
Sehingga kawasan yang dahulunya merupakan pohon mangrove kemudian dibuka dan dijadikan tambak warga, pada periode itu mereka masih menikmati hasil tambaknya.
"Pada waktu itu, hutan mangrove ini semuanya masih berupa tambak warga, karena memang hasil dari itu sangat menjanjikan," katanya.
Namun tidak adanya pohon mangrove membuat abrasi tidak terbendung lagi, di mana sekitar tahun 90-an tambak warga yang dahulunya menjadi ladang ekonomi, pada waktu itu perlahan tergerus air laut.
Kerugian pun dirasakan para petambak udang, sampai pada akhirnya tambak yang semula berjajar rapi berubah menjadi lautan lumpur. Hal tersebut membuat warga kehilangan mata pencahariannya.
Kondisi tersebut membuat warga tergerak untuk membuat penahanan abrasi dengan cara menanam mangrove di sepanjang kawasan tersebut.
"Kami mulai tergerak untuk menanam mangrove pada sekitar tahun 2008 lalu, awalnya ingin melindungi tambak yang masih tersisa dari terjangan abrasi," ujarnya.
Mangrove Karangsong bukan hanya sebagai penahan abrasi, namun sudah menjadi salah satu wahana edukasi bagi semuanya, baik para peneliti, mahasiswa, dan masyarakat umum.
Pemerintah Kabupaten Indramayu, telah memasukkan kurikulum pendidikan lingkungan hidup berbasis mangrove di beberapa Sekolah Dasar (SD) yang berada di kawasan pesisir Kota Mangga itu.
Sekolah mangrove ini pertama digagas dengan menempelkan subsistem muatan lokal pada sistem baku di Dinas Pendidikan Kabupaten Indramayu.