Gaya bahasa sering digunakan pada suatu karya sastra seperti novel, cerpen, dan lain-lain. Karya sastra yang menggunakan gaya bahasa akan lebih bermakna dan menarik para pembaca untuk menikmati setiap kata-kata yang ada di dalamnya. Apa saja gaya bahasa yang dapat dipakai oleh seorang penulis dalam karyanya?
Berikut ini macam-macam gaya bahasa dan contohnya
Berdasarkan isi dan jenisnya, gaya bahasa dapat dibedakan menjadi:
a. Gaya Bahasa (Majas) Penegasan
b. Gaya Bahasa (Majas) Perbandingan
c. Gaya Bahasa (Majas) Sindiran
d. Gaya Bahasa (Majas) Pertentangan
MAJAS PENEGASAN
Gaya Bahasa (Majas)
1. MAJAS PLEONASME
Majas Pleonasme merupakan majas yang digunakan untuk memperjelas tujuan atau maksud dengan menggunakan kata berulang yang semakna dengan kata sebelumnya (kata yang mendahuluinya).
Contoh:
– Burung itu naik ke atas kemudian turun ke bawah lagi.
(kata ‘naik’ sudah pasti ke atas, dan kata ‘turun’ sudah pasti ke bawah)
– Bagi anak yang namanya sudah kami sebut, harap bisa maju ke depan.
(maju sudah pasti ke depan)
2. MAJAS HIPERBOLA
Majas Hiperbola merupakan majas yang digunakan untuk menggambarkan suatu keadaan dengan cara melebih-lebihkan (berlebihan).
Contoh:
– Anak itu berlari secepat kilat
(dalam kenyataan, anak tidak benar-benar berlari secepat kilat)
3. MAJAS REPETISI
Majas repetisi adalah gaya bahasa yang mempergunakan kata yang diulang-ulang beberapa kali untuk mempertegas maksud dan tujuan. Majas repetisi biasa dipakai dalam teks pidato.
Contoh:
– Selama matahari bersinar, selama bumi masih berputar, selama kita terus berjuang, selama kita satu berpadu, maka jayalah negara negeri kita.
– Bangunlah bangsaku, bangunlah negeriku, bangunlah dari tidurmu yang sudah teramat panjang!
– Tidak ada angin, tidak ada hujan, tiba-tiba dia marah-marah ke semua orang yang ada di dalam ruangan.
4. MAJAS KLIMAKS
Majas klimaks merupakan gaya bahasa yang menggunakan kata yang berturut-turut dan sifatnya semakin meningkat atau memuncak.
Contoh:
– Jangankan seratus ribu, satu juta, sepuluh juta, seratus juta, bahkan satu miliar pun akan aku beli buku itu.
– Seluruh warga, mulai dari anak-anak, remaja, hingga orang tua datang menghadiri pesta kemenangan itu.
5. MAJAS ANTIKLIMAKS
Majas antiklimaks merupakan kebalikan dari majas klimaks. Majas ini menggunakan kata berturut-turut namun sifatnya terus menurun.
Contoh:
– Apalagi dua tahun, dua bulan, dua pekan, dua jam saja aku tak berani meninggalkannya sendiri.
– Kepala sekolah, guru, dan siswa memiliki tugas, kewajiban, dan tanggungjawab yang sama dalam menjaga keamanan sekolah.
– Persiapan pemilihan umum telah dilaksanan serentak di ibu kota negara, ibu kota provinsi, kabupaten, kecamatan, hingga desa-desa seluruh Indonesia.
6. MAJAS ASIDENTON
Majas asidenton merupakan majas yang menguraikan beberapa hal tanpa menggunakan kata penghubung.
Contoh:
– Kaya, miskin, tua, muda, pria, wanita semua hadir untuk menyambut calon pemimpin bangsa yang kharismatik itu.
7. MAJAS POLISIDENTON
Majas polisidenton merupakan majas yang menguraikan beberapa hal dengan menggunakan kata penghubung.
Contoh:
– Sebelum berangkat ke sawah, ayah mempersiapkan bekal dan membawa cangkul, kemudian mengeluarkan sepeda kumbangnya untuk digunakan pergi ke sawah.
8. MAJAS KOREKSIO
Majas koreksio merupakan majas yang menyebutkan kata-kata yang salah, kemudian diikuti dengan kata-kata pembetulan yang mengoreksi kata sebelumnya.
Contoh:
– Perempuan itu datang dengan dua, maaf maksud saya, empat pengawalnya yang tinggi besar.
9. MAJAS INTERUPSI
Majas interupsi adalah majas yang menggunakan kata sisipan sebagai penegas maksud dan tujuan.
Contoh:
– Pak Zaenudin, walikota Kediri yang baru, orangnya sangat dermawan kepada semua orang.
10. MAJAS RETORIKA
Majas retorika dapat diartikan sebagai majas yang menggunakan kalimat tanya yang sebenarnnya tidak memerlukan jawaban, akan tetapi untuk mempertegas suatu pernyataan atau bermaksud menyindir.
Contoh:
– Apakah kamu tega membiarkan orang tua hidup susah di kampung sementara kau hidup mewah di kota?
– Apakah sopan jika kita berfoto-foto ketika sedang menghadiri pemakaman seorang kerabat?
– Sehebat apapun manusia, apakah dia dapat menghentikan waktu?
– Adakah orang yang dapat mencegah kematian?
11. MAJAS PARALELISME
Majas paralelisme merupakan majas yang digunakan untuk menegaskan atau memperjelas tujuan dan maksud suatu pernyataan atau ujaran. Majas ini menggunakan kata, frase, atau klausa yang sejajar atau berkedudukan sama.
Contoh:
– Cinta tidak terlihat namun terasa , seperti angin membadai yang tak kau lihat tapi sangat terasa.
12. MAJAS TAUTOLOGI
Majas tautologi adalah majas yang menggunakan kata yang bermakna sama secara berulang dalam satu kalimat dengan tujuan untuk mempertegas suatu pernyataan. Kata yang digunakan biasanya adalah sinonim dari kata sebelumnya.
Contoh:
– Saya sangat percaya, yakin, dan mengimani bahwa Tuhan akan membersamai perjuangan kita dalam menegakkan keadilan ini.
(percaya, yakin, dan mengimani memiliki makna yang sama)
– Andi meninggalkan restoran itu tepat pukul 13.00 siang.
(Pukul 13.00 sudah menunjukkan siang hari)
MAJAS PERBANDINGAN
Gaya Bahasa (Majas)
1. MAJAS PERSONIFIKASI
Majas personifikasi adalah majas yang menggambarkan sebuah benda mati seolah-seolah seperti manusia.
Contoh:
– Angin malam mengantarkan rinduku pada istriku di tempat nan jauh disana.
2. MAJAS TROPEN
Majas tropen merupakan majas yang menggunakan kata-kata yang tepat dan sejajar dengan pengertian atau kondisi yang dimaksud.
Contoh:
– Andini telah terbang menggunakan pesawat Sriwijaya, maka jangan kau hanyut dalam kesedihan berkepanjangan.
3. MAJAS METAFORA
Majas metafora dapat diartikan sebagai majas yang membandingkan suatu benda dengan benda lain secara langsung.
Contoh:
– Usaha yang dirintis oleh pemuda itu bangkrut karena hutangnya yang menumpuk sangat banyak.
4. MAJAS SINEKDOKE
Majas sinekdoke terdiri dari dua macam majas:
a. Sinekdoke pars prototo. Majas ini menyebutkan sebagian untuk menyatakan keseluruhan.
Contoh:
Sejak tadi pagi, Hidayat belum terliha batang hidungnya di tempat pertemuan ini.
(batang hidung yang dimaksud adalah badan seseorang secara keseluruhan, bukan hanya hidungnya saja)
b. Sinekdoke totem proparte. Majas ini menyebutkan keseluruhan untuk menyatakan sebagian.
Contoh:
Kabupaten Kebumen mampu mengalahkan Kabupaten Grobogan dalam turnamen pencak silat tingkat nasional tadi malam.
(Yang bertanding dalam pencak silat hanya satu orang, akan tetapi disebutkan kabupaten)
5. MAJAS METONIMIA
Majas metonimia merupakan majas yang menggunakan sebuah nama atau merk dagang untuk menunjuk sebuah benda tertentu.
Contoh:
Ibu meminta Fandi membelikan Rinso di warung tetangga.
(Rinso disebutkan untuk mewakili sabun cuci baju)
Adik membeli pepsoden untuk persiapan kemah pekan depan.
(Pepsoden mewakili pasta gigi)
6. MAJAS EUFIMISME
Majas eufimisme adalah majas yang menggunakan kata-kata penghalus untuk menyatakan kondisi atau hal yang sebenarnya.
Contoh:
– Semenjak ditinggal kekasihnya menikah, pemuda itu mulai terganggu kejiwaannya.
(terganggu kejiwaan dipakai untuk memperhalus kata gila)
7. MAJAS ALEGORI
Majas alegori digunakan untuk menjelaskan maksud suatu pernyataan secara tidak langsung, namun masih memiliki keterkaitan. Majas alegori menjelaskan hal yang tersirat dengan perbandingan yang tepat namun di luar konteks.
Contoh:
– Hidup bagaikan menaiki kapal di lautan, ada masa dimana kita dihantam badai, ada saatnya kita ditenangkan dengan laut yang tenang. Semua ada waktunya dan harus kita lalui dengan penuh perjuangan.
8. MAJAS SIMILE
Majas simile digunakan untuk membandingkan dua hal dengan kata-kata penghubung. Kata penghubung yang digunakan antara lain ‘layaknya’, ‘bagaikan’, ‘bak’, dan lain sebagainya.
Contoh:
– Cinta Ahmad kepada istrinya sangat dalam bagaikan dalamnya palung lautan.
9. MAJAS SIMBOLIK
Majas simbolik merupakan majas yang menggunakan suatu simbol untuk mewakili suatu hal.
Contoh:
– Banyak tikus-tikus rakus di mewahnya gedung perwakilan rakyat.
(Tikus yang dimaksud adalah pejabat koruptor yang memakan uang rakyat)
– Kota metropolitan pada malam hari dipenuhi oleh kupu-kupu malam.
(Kupu-kupu malam dapat diartikan sebagai wanita tuna susila)
10. MAJAS HIPERBOLA
Majas hiperbola merupakan majas yang mempergunakan kata yang dilebih-lebihkan sebagai pembanding.
Contoh:
– Warung kopi Pak Sapto berdiri di antara gedung-gedung pencakar langit.
(gedung pencakar langit diartika sebagai gedung-gedung yang tinggi)
11. MAJAS SINESTESIA
Majas sinestesia adalah majas (gaya bahasa) yang mempertukarkan dua indera yang berbeda.
Contoh:
– Istri saya sangat manis ketika memakai baju gamis
– Suasana silaturahmi semakin hangat ketika sesi sharing dimulai
– Wajahnya berubah jadi sangat dingin ketika mendengar berita duka itu
– Perusahaan itu terkenal sangat pahit terhadap karyawan-karyawannya
– Omongan pemuda di desa sebelah itu sangat kasar
– Kata-kata yang terlontar dari mulutnya selalu pedas
MAJAS SINDIRAN
Gaya Bahasa (Majas)
1. MAJAS SINISME
Majas sinisme merupakan gaya bahasa yang digunakan untuk menyindir secara kasar.
Contoh:
– Dengan tidak pernah memperhatikan guru dan tidak pernah belajar, semoga kau dapat mendapat rangking satu dengan nilai terbaik.
– Kecepatannya dalam mengambil keputusan serinngkali membuat anak buahnya bingung.
2. MAJAS IRONI
Majas ironi menggunakan kata-kata kebalikan untuk menyindiri secara halus. Kata-kata yang digunakan merupakan kebalikan dari fakta atau hal yang sebenarnya ingin disampaikan. Halusnya sindiran ini, terkadang membuat orang yang disindir tidak merasa disindir.
Contoh:
– Wah! Manis sekali kopi yang kau buat ini.
(Sebenarnya, kopi yang dibuat sangat pahit)
– Luar biasa! Pagi-pagi sekali kau datang ke sekolah. Jauh ya?
(Sebenarnya terlambat)
– Rapormu bagus, ada warna merahnya!
– Kamarmu sungguh rapi, sampai-sampai tak ada sejengkal lantai pun yang tidak tertutup oleh debu dan kotoran.
3. MAJAS ALUSIO
Majas alusio merupakan gaya bahasa sindirian dengan menggunakan kalimat atau ungkapan yang sudah lazim.
Contoh:
– Anda orangnya senang kura-kura dalam perahu, bukanlah sudah gaharu cendana pula.
(sudah pura-pura tidak tahu, bertanya pula)
4. MAJAS SARKASME
Majas sarkasme adalah gaya bahasa sindirian yang sangat kasar, sehingga dapat menyakiti hati orang yang disindir.
Contoh:
– Dasar penjilat! Tidakkah kau puas merampas harta orang lain?
– Diamlah! Sakit telingaku mendengar bicaramu.
MAJAS PERTENTANGAN
1. MAJAS PARADOKS
Majas paradoks adalah majas yang menyajikan pertentangan sesuatu yang sebenarnya bukan pertentangan. Hal yang dipertentangkan biasanya adalah hal yang sudah berlainan.
Contoh:
– Setelah kepergian anaknya, wanita itu merasa kesepian di tengah ramainya kota ini
– Laki-laki itu sangat kaya di kota ini, tapi sangat miskin di hadapan Tuhan.
2. MAJAS ANTITESIS
Majas antitesis adalah majas yang menggunakan kata-kata yang saling bertentangan arti dalam satu kalimat.
Contoh:
– Berat-ringan, sedih-senang harus kita hadapi bersama dalam perjuangan ini.
3. MAJAS LITOTES
Majas litotes adalah majas yang terkesan merendahkan perumapamaan untuk mendapatkan kesan santun atau merendah.
Contoh:
– Sudilah kiranya saudara datang ke gubug saya
(Gubug yang dimaksud adalah rumah)
– Silakan disantap air putih seadanya
(Air putih seadanya yang dimaksud tentu bukan hanya air putih, akan tetapi minuman dan beragam makanan yang sudah disajikan)
4. MAJAS KONTRADIKSI INTERMINUS
Majas kontradiksi interminus adalah majas yang berisi sangkalan terhadap pernyataan yang disebutkan sebelumnya.
Contoh:
– Siswa dilarang masuk, kecuali panitia lomba bela diri.
– Masalah di negeri ini tidak akan selesai, kecuali diadakan pergantian para pemimpinnya.
MACAM-MACAM MAJAS ATAU GAYA BAHASA YANG LAIN
1. GAYA BAHASA ALITERASI
Gaya bahasa yang menggunakan pengulangan konsonan pada awal kata secara urut.
Contoh:
– Budi yang baik menjadi bekal kehidupan kita
2. INVERSI
Gaya bahasa inversi adalah gaya bahasa yang mendahulukan predikat sebelum subjek dalam suatu kalimat.
Contoh:
– Terdapat suatu kesalahan dalam tulisan tersebut
– Luas benar sawah ibumu
– Sangat enak masakan anakmu ini.
– Menangislah Sari di depan teman-teman seperjuangannya.
3. APOFASIS
Gaya bahasa apofasis menegaskan sesuatu dengan cara seolah-olah menyangkal hal yang ditegaskan itu.
Contoh:
– Cara bicaranya yang baik seakan membius seluruh karyawan yang mendengarnya. Entah apa yang terjadi ketika mereka tahu watak aslinya
– Tingkah polah mandor itu terekam dengan sangat baik di ingatan kami. Kami hanya perlu menunggu waktu yang tepat untuk membuatnya tidak berkutik lagi.
4. KIASMUS
Gaya bahasa kiasmus terdiri dari dua bagian, baik frasa ataupun klausa, yang sifatnya sejajar namun dipertentangkan satu sama lain. Susunan frasa atau klausanya terbalik jika dibandingkan dengan frasa atau kalimat yang lain.
Contoh:
– Pada saat dan kondisi tertentu, kadang orang kaya merasa miskin, dan orang miskin merasa dirinya kaya
– Habis sudah kesabaran kami, ketekunan kami sudah lenyap untuk melanjutkan usaha ini.
– Dunia memang panggung sandiwara, orang pintar dapat berlagak bodoh, orang bodoh[un dapat berlagak pintar.
5. ELIPSIS
Gaya bahasa elipsis adalah gaya bahasa yang menghilangkan unsur-unsur dalam suatu kalimat. Unsur yang dihilangkan biasanya adalah unsur yang mudah ditebak oleh pembaca.
– Jika saja kau mau mengikuti saranku, tentu …
– Aku sudah berjuang sekeras mungkin, aku juga sudah mengorbankan semua yang kumilki, akan tetapi hasilnya …
6. PARARIMA
Gaya bahasa pararima merupakan gaya bahasa dalam bentuk pengulangan konsonan awal dan akhir dalam suatu kata atau bagian kata yang berlainan.
Contoh:
– Para anak jalanan dan pengemis lari kocar-kacir melihat satpol PP sedang razia
– Polisi sudah mengamati tindak-tanduk pejabat itu sejak lama.
– Buku itu hanya dibolak-balik saja tanpa dibaca sedikitpun
– Biografi ini menuliskan lika-liku perjalan hidup sang guru di desa terpencil
7. EKLAMASIO
Gaya bahasa eklamasi merupakan gaya bahasa yang menggunakan kata seru. Gaya bahasa ini bisa dibilang sedikit seperti membentak, kagum, dan memberikan penegasan.
Contoh:
– “Wah tinggi sekali gedung itu!”
– Kamu sungguh anak yang cerdas!
Gaya bahasa dapat Anda gunakan dalam karya tulisan kata-kata yang ingin Anda ucapkan. Perhatikan gaya bahasa yang Anda pakai karena jika salah penggunaan, maka akan menimbulkan kesan yang berbeda. Kesalahan pengucapan gaya bahasa pada seseorang bisa menimbulkan kesan yang berbanding terbalik dengan yang sesungguhnya, dan bisa juga menjadikan pertengkaran, apalagi masjas yang menyindir.