Definisi dari red tide merupakan kejadian yang terjadi secara alami pada air laut yang mengalami perubahan warna airnya menjadi hijab, coklat, biru, atau pun merah yang diakibatkan oleh peningkatan drastis populasi fitoplankton.
Dan Fitoplankton merupakan suatu organisme mikroskopis yang pergerakannya di pengaruhi oleh arus. Biasanya red tide terjadi antara bulan agustus sampai februari di pantai dengan perairan hangat. Secara umum fenomena red tide biasanya terjadi kira-kira setiap lima tahun sekali sesuai dengan siklus badai yang terjadi di laut.
Air laut berubah menjadi merah karena ganggang mikroskopik berkembang biak secara massal sehingga menutupi permukaan air laut. Kemudian pada malam hari biasanya warna lautan itu bisa berubah menjadi biru terang. manfaat terumbu karang bagi mamalia besar bisa dijadikan sebagai informasi tambahan.
Walaupun fenomena red tide sangat indah dan menawan, tetapi nyatanya fenomena tersebut dapat membunuh banyak biota laut, merubah struktur komunitas ekosistem perairan, dan juga bisa menyebabkan kematian pada manusia. Lebih dari 100 ton ikan dan biota laut mati karena racun yang dikeluarkan fitoplankton (ganggang mikroskopik) yang menutupi lautan itu.
Salah satu faktor utama yang mempengaruhi fenomena red tide yaitu suhu permukaan laut yang hangat, salinitas rendah, kandungan gizi yang tinggi, dan laut yang tenang.
Selain itu, fitoplankton tersebut dapat menyebar dengan jauh karena pengaruh angin, arus, dan badai. Badai ini mengubah sistem pergerakan air laut yang mengakibatkan bertumpuknya plankton di lautan tertentu. penyebab warna air laut kebiruan dan kehijauan dipengaruhi oleh populasi fitoplankton.
Hal – Hal yang Menyebabkan Terjadinya Red Tide
Berikut ini terdapat penyebab terjadinya red tide, antara lain :
- Pengayaan unsur hara di dasar laut atau eutrofikasi.
- Perubahan hidro-meteorologi dalam skala besar.
- Adanya gejala upwelling yaitu pengangkatan massa air yang kaya akan unsur hara ke permukaan.
- Akibat hujan dan masuknya air tawar ke laut dalam jumlah besar.
Red tide yang biasanya terjadi di perairan pesisir pantai atau muara sungai sangat terkait dengan eutrofikasi atau pengayaan unsur hara di dasar laut.
Selain itu, perubahan hidro-meteorologi dalam skala besar, suhu permukaan laut yang hangat, salinitas rendah, terjadinya upwelling atau pengangkatan massa air yang kaya unsur hara ke permukaan laut diiringi dengan terjadinya hujan dan masuknya air tawar ke laut dalam jumlah yang besar juga mempengaruhi kualitas perairan dan memicu terjadinya algal bloom.
Kondisi tersebut diperburuk dengan tingginya tingkat pencemaran dari buangan limbah industri, pertanian, dan rumah tangga yang ada disepanjang hulu sampai hilir yang akhirnya juga ikut andil berkontribusi meningkatkan unsur hara dan nutrien di badan perairan. Hal ini secara otomatis juga memberikan peluang yang cukup besar untuk mendukung terjadinya red tide.
Sebagaimana kejadian di Chile, red tide pada awalnya dianggap sebagai fenomena biasa dan tidak menjadi perhatian serius. Pada masa lalu mungkin intensitas dan dampaknya memang tidak massif.
Diperkirakan memburuknya kondisi kualitas air di perairan akibat kegiatan-kegiatan yang menghasilkan limbah menjadikan fenomena red tide ini sangat dahsyat dampaknya. Bahkan media setempat menganggap perairan di kawasan tersebut sebagai kuburan masal biota laut.
Melihat dampak yang ditimbulkan dari red tide ini sedemikian besar dan luasnya maka Indonesia perlu mempersiapkan upaya-upaya mitigasi, antisipasi dan penanganannya apabila fenomena red tide terjadi di Indonesia.
Kejadian-kejadian di teluk Jakarta semestinya menjadi lampu merah bagi semua pihak bahwa potensi red tide di Indonesia khususnya di Teluk Jakarta adalah nyata. Tentu kita tidak perlu menunggu sampai terjadi red tide dengan dampak semasif kejadian di Chile.
Namun demikian, potensi itu sangat mungin terjadi mengingat kondisi Teluk Jakarta yang menjadi muara dari beberapa sungai besar dan menampung limbah baik industri maupun rumah tangga.