Indoor Farming via http://upworthy.com
Pertanian adalah bidang yang sangat krusial. Sayangnya, menjadi petani bukanlah salah satu jawaban yang akan dikatakan oleh anak SD sekarang saat ditanya kalau sudah besar mau jadi apa. Padahal tanpa petani dan pertanian, kita bisa makan apa? Padahal di masa kini, pertanian tidak lagi identik dengan sawah dan ladang yang becek. Lagi-lagi teknologi berhasil menciptakan bentuk baru dari pertanian, yang disebut dengan indoor farm.
Seperti istilahnya, pertanian di tempat tertutup tidak mengharuskan kamu turun ke sawah yang berlumpur. Nggak perlu juga berkutat dengan sinar matahari dan kerbau untuk membajak, seperti yang sering digambarkan secara berlebihan di FTV ber-setting desa. Pertanian yang sering dianggap kuno dan tradisional, kini menjadi sebuah pekerjaan yang begitu modern dan kaya akan sentuhan teknologi. Dengan indoor farm, bertani bahkan bisa dilakukan di gedung-gedung tinggi. Yuk lihat gambar-gambar indoor farm mutakhir!
1. Indoor farming adalah salah satu jenis pertanian vertikal. Masih ingat materi tanam hidroponik saat SD? Indoor farming adalah salah satu medianya
Pertanian vertikal yang tumbuh ke atas, tanpa lahan yang besar via topsy.fr
2. Alih-alih di ladang yang luas dan becek, indoor farming bisa dilakukan di banyak tempat. Mulai dari basemen apartemen, truk kontainer, di atap rumah, sampai di luar angkasa
Bercocok tanam dalam gedung via gizmodo.com
3. Model pertanian indoor farming ada macam-macam, mulai dari hidroponik (di atas air), aquaponic (di atas kolam ikan), ataupun aeroponic (di udara)
Aquaponic, menanam di atas kolam via inhabitat.com
4. Sementara tekniknya mengandalkan teknik controlled-environment agricultural(CEA). Mulai dari suhu, kelembaman, hingga cahaya harus dikontrol dengan ketatnya
Suhu dan cahaya diatur sepenuhnya via gizmodo.com
5. Dengan indoor farm, tak ada istilah gagal panen karena cuaca. Hujan terus-terusan tak masalah, dan climate change yang menyebabkan iklim tak karuan juga bukan ancaman
Tak ada gagal panen via desertcanyonfarm.wordpress.com
6. Di negara-negara besar seperti Amerika, Jepang, dan Singapura, indoor farm sudah menjadi alternatif pertama. Produk yang dihasilkan pun tak kalah hebat dari pertanian biasa
Indoor farming di Jepang via gizmodo.com
7. Di Singapura, indoor farm menghasilkan 54 ton sayuran setiap tahunnya. Sementara di Indonesia, meski sudah banyak indoor farm, tapi belum ada yang menjadi industri besar
Indoor farm sudah mulai menjadi basis industri baru via www.businessinsider.com
8. Petani yang selalu dianggap mengandalkan intuisi dan membacai pertanda alam, kini kental sentuhan teknologi. Di Amerika, ada software khusus untuk menjalankan indoor farming
Mengurus tanaman pun via aplikasi via brightagrotech.com
9. Beberapa pakar berpendapat, hasil dari indoor farming ini lebih baik dari pertanian organik. Terutama aquaponic, yang tidak bisa memakai bahan kimia tambahan kalau tak mau ikan di bawahnya mati
Hasil pertanian yang bagus dan sehat via www.nj.com
10. Meski tidak perlu punya sawah ataupun pengairan, biaya untuk indoor farm ini sangatlah besar. Seperti indoor farming di Oakland, perbulannya listrik memakan biaya US$4000
Biaya lampunya luar biasa besar via gizmodo.com
11. Selain itu, indoor farm juga dinilai menghasilkan lebih banyak gas CO2 daripada pertanian di sawah. Karena inilah, hingga sekarang indoor farm masih dalam perdebatan
Penggunaan energi yang besar, menghasilkan gas yang besar via www.australiansolarquotes.com.au
12. Sisi negatif lainnya, indoor farm memberi kesempatan untuk penanaman diam-diam tumbuhan terlarang. Seperti beberapa kebun ganja di California
Kebun ganja tersembunyi di California via gizmodo.com
13. Populasi dunia diperkirakan mencapai 8,5 milyar per tahun 2030. Semakin banyak orang perlu makanan, semakin urgen pula soal pertanian
Penduduk bumi semakin bertambah lagi dan lagi via rocking888.wordpress.com
14. Menilik semakin banyaknya gedung bermunculan, bukan mustahil puluhan tahun ke depan kita tak punya lahan lagi. Kalau sudah begini, indoor farm jadi satu-satunya solusi
Sekarang masih ada lahan, 50 tahun lagi belum tentu via kingofwallpapers.com
Kombinasi antara climate change, semakin sempitnya lahan, dan malasnya generasi muda terjun ke dunia pertanian yang dianggap kurang bergengsi, jadi ancaman serius untuk populasi manusia. Kalau semua maunya jadi pengusaha dan pengacara, lalu kita mau makan apa? Kalau semuanya dibangun apartemen dan gedung-gedung industri, lalu kita menanam padi di mana? Padahal semakin lama penduduk bumi yang butuh makan semakin banyak.
Indoor farming bisa menjadi salah satu solusi yang tepat, meskipun beberapa hal masih harus dipikirkan. Selain itu, dengan lahan ‘dinas’ yang keren seperti gambar-gambar di atas, stigma petani yang harus panas-panasan di sawah dan belepotan lumpur bisa hilang. Petani tak ubahnya profesi lain yang dilakukan di dalam gedung tinggi dengan segala aroma teknologi. Mungkin dengan begitu, petani perlahan-lahan bisa menjadi profesi yang bergengsi dan dilirik oleh anak muda masa kini.