A: Wahh, ada I Pun keluaran terbaru… Gue harus ganti!
B: Gile, sekarang hp Sio Mai speknya luar biasa, harganya juga ramah. Besok gue mau beli, Ah!
C: Ya ampyun, gue udah bete sama gadget gue yang ini! Pokoknya bulan depan kudu ganti!
D: Heh! Gonta-ganti gadget mulu loe! Belum tahu ya, kalau sampah gadget itu merusak bumi!
A: Lho kok bisa?
D: Makanya, simak artikel berikut ini:
Saat ini di harga gadget dan alat elektronik lainnya semakin bersaing demi memanjakan kepuasan konsumen. Beragam merek baru bermunculan dan persaingan dengan merek lama pun semakin ketat. Karenanya jangan kaget kalau kini bermunculan gadget atau alat elektronik rumah tangga yang dapat dengan mudah kamu beli dengan harga yang ramah di kantong, lagi dengan fitur yang makin canggih.
Dengan banyaknya pilihan gadget saat ini, bikin kamu jadi kepengen untuk gonta-ganti gadget. Beli baru, yang lama dibuang. Psst, tunggu deh, yang lama dibuang? Kalau benar gadget atau barang elektronikmu yang lama dibuang, pernah membayangkan nggak sih kemana mereka berlabuh? Nah, karenanya Hipwee kali ini akan membahas nasib sampah elektronik yang kenyataannya bakal bikin kamu nangis!
Fakta kalau Bumi menghasilkan 20 hingga 50 juta ton sampah elektronik setiap tahunnya, bisa jadi bikin kamu mikir ulang buat beli gadget baru!
Sampah elektronik di dunia begitu menggunung jumlahnya! Dari yang 20-50 juta ton sampah elektronik tersebut, kenyataannya hanya kurang dari 20% saja yang bisa didaur ulang. Lantas, 80% lebih sisanya berlabuh kemana ya? Jadi, sebagian besar sampah elektronik tersebut dibakar, hingga asap hasil pembakarannya meracuni atmosfir bumi kita tersayang. Sedikit banyak asap hasil pembakaran sampah elektronik tersebut memberi sumbangsih pada semakin meningkatnya pemanasan global.
Memangnya, sebahaya apa sih hasil pembakaran sampah elektronik itu?
Jelas berbahaya sekali asap hasil pembakaran tersebut. Jadi, dalam sampah elektronik itu mengandung banyak bahan kimia berbahaya. Seperti misalnya plastik jenis PVC, karena di dalamnya mengandung unsur klorin yang berbahaya bagi kesehatan. Kemudian layar komputer tipe CRT yang menggunakan tabung mengandung timbal. Oke, sekarang tengah booming TV tipe LCD yang juga mengandung bahan berbahaya. Apakah itu? Merkuri. Merinding kan mendengarnya? Eits, nggak hanya logam-logam tadi aja yang terkandung dalam sampah elektronik. Masih ada logam-logam lain seperti kadmium, beryllium, hingga arsenik.
Tentang sampah elektronik tersebut, ada alternatif lain nggak sih selain dengan dibakar?
Meski dikubur pun, sampah elektronik sama berbahayanya. Sejauh ini Indonesia belum banyak memiliki pengolahan sampah elektronik. Sementara itu di sisi lain sampah elektroniknya makin menggunung. Selain dengan dibakar, adakah proses lainnya yang lebih baik dari itu? Proses pengolahan sampah elektronik dengan cara lain jelas ada. Yakni dengan dikubur dalam tanah. Sayangnya, ini juga nggak kalah berbahayanya dengan dibakar. Yup, jadi ketika sampah elektronik tersebut mengendap dalam tanah, bahan kimia berbahayanya pun turut meracuni tanah. Akan sangat mengerikan manakala tanah yang sudah terkontaminasi tersebut ditanami sayuran. Yup, selanjutnya bahan kimia tersebut turut masuk ke dalam tubuh manusia via sayuran tersebut.
Bisa dikatakan, dunia saat ini belum bisa mengolah sampah elektronik dengan baik…
Buat kamu yang belum tahu, selama ini negara Ghana lah yang menderita. Yup, karena negara tersebut menjadi tempat sampah elektronik dunia.
Ghana, tempat pembuangan akhir sampah elektronik dunia.
Agbogbloshie, pinggiran kota Accra (ibukota Ghana) adalah tempat pembuangan sampah elektronik dari seluruh dunia. Sebagian besarnya sih dari negara-negara besar seperti Amerika, Inggris, Jepang, dain lainnya. Sampah-sampah elektronik tersebut dibakar. Semisal kabel dan papan sirkuit yang dibakar untuk diambil tembaga, alumunium, dan timbal – bahan mentah yang berharga bagi industri.
Lebih dari 50 ribu orang menetap di sekitar kota Accra tersebut, dari mulai anak-anak hingga orang dewasa. Bayangkan, mereka berada dalam zona udara yang sudah tercemar zat kimia berbahaya. Hingga anak-anak yang tinggal dan bekerja mendaur sampah elektronik, terkena penyakit ginjal, kerusakan hati, masalah pernafasan, sampai batuk darah.
Pekerjaan mereka mendaur ulang sampah elektronik jelas bertarung dengan resiko yang besar
Anak ini bermain dengan resiko teracuni bahan kimia berbahaya. Demi mengais rejeki. Kita mungkin beruntung bisa hidup di Indonesia yang dapat dengan mudah berganti gadget semau kita. Tidak seperti di Agbogbloshie – pinggiran kota Accra, di mana berton-ton sampah elektronik dibakar di alam terbuka. Akibatnya adalah kulit siapa pun yang melintasi area pembakaran tersebut akan terasa gatal dan seperti terbakar, serta kepala pun berdenyut-denyut. Yup, mereka menderita sakit kepala yang berkepanjangan. Sungguh miris ya..
Apa yang bisa kita lakukan untuk menolong mereka? Cara paling sederhananya adalah nggak sering gonta-ganti gadget dan alat elektronik
Buat kamu sering banget gonta-ganti gadget, mungkin video berikut ini dijamin bikin kamu mikir ulang. Yup, di negara besar sana mereka menghamburkan uang demi gadget terbaru. Sementara di sisi lain, penduduk di Ghana bermain dengan kemungkinan terpapar udara berbahaya demi mengais rejeki yang tidak lebih dari 4 dollar saja!
Mulai saat ini, pikirkan dengan bijak saat ingin mengganti gadget-mu ya! Yuk kurangin sampah gadget !