Singkong atau ubi kayu atau yang dikenal juga dengan nama ketela pohon merupakan tanaman sejenis umbi yang memiliki karbohidrat yang tinggi. Bagian yang biasa dimanfaatkan pada tanaman ini adalah bagian umbi dan daunnya. Umbinya dapat dikonsumsi dengan cara direbus ataupun diolah menjadi keripik ataupun tepung, sedangkan daunnya dapat diolah menjadi sayuran. Tanaman yang memiliki nama ilmiah Manihot utilissima ini dapat tumbuh mencapai tinggi tujuh meter. Ukuran umbi yang bisa dihasilkan dapat mencapai panjang 50 sampai 80 cm. Tanaman ini memiliki bentuk daun yang menjari dan akan berkurang jumlahnya ketika mendekati masa panen.
Untuk populasi singkong ini sendiri telah tersebar ke berbagai belahan dunia yang memiliki iklim tropis. Indonesia menjadi negara dengan peringkat ketiga sebagai negara produksi singkong terbesar di dunia setelah Nigeria dan Brazil. Kandungan pati atau karbohidrat yang tinggi menjadi keunggulannya dalam menyaingi nasi sebagai makanan pokok. Singkong akan tumbuh optimal di lahan dengan kondisi tanah yang gembur dan kaya bahan organik. Selain itu, tekstur tanah juga diharapkan tidak terlalu liat.
Hindari memilih lahan dengan kondisi tanah berair, becek, dan rawan tergenang air. Selain kondisi tanah, ada juga beberapa syarat tumbuh yang harus dipenuhi agar tanaman singkong mampu tumbuh optimal. Jika sudah memilih lahan tanam yang sesuai dengan syarat tumbuh, maka luangkanlah waktu untuk melakukan pengolahan terhadap lahan tanam sebalum menanaminya dengan bibit singkong. Langkah yang perlu dilakukan adalah memilih lahan di tempat yang terbuka yang terkena paparan matahari sepanjang hari. Bersihkanlah tanah dari gulma-gulma atau tanaman liar dan bebatuan yang ada di lahan tanam singkong. Gemburkanlah tanah dengan mencangkul atau sedikit dibajak.
Taburkanlah kapur dolomit jika pH tanah di bawah 6,5 guna menjaga derajat keasaman tanah. Buatlah bedengan dengan ukuran yang disesuaikan dengan lahan tanam dan dengan jarak 50 – 60 cm antar bedengan. Jika lahan dirasa tidak begitu subur, maka berikanlah pupuk kandang atau pupuk kompos dengan dosis yang cukup dan biarkanlah tanah selama 10 hari.
Langkah selanjutnya adalah pemilihan bibit unggul. Bibit unggul singkong bisa didapatkan dari tanaman singkong yang memiliki kualitas yang juga bagus melalui metode stek batang. Pemilihan bibit unggul bisa dilakukan dengan tahapan memilih tanaman singkong yang cukup tua dengan usia 10 – 12 bulan, untuk dijadikan sebagai induk bibit tanaman singkong.
Pilihlah tanaman singkong yang memiliki batang yang besar, terbebas dari penyakit, dan memiliki mata tunas yang rapat. Pilihlah batang bagian tengah, tepatnya 30 cm dari pangkal batang dan 30 cm dari di bawah daun terbawah. Potonglah batang tanaman induk singkong dengan ukuran sekitar 20 cm dengan sedikit miring.
Sedikit informasi bahwa pemotongan batang dapat dilakukan secara mendatar ataupun sedikit miring. Dalam hal ini, lebih dianjurkan untuk memotong miring karena akan menunjang pertumbuhan akar yang lebih banyak mengingat penampangnya yang cukup luas.
Penanaman singkong sangat dianjurkan untuk dilakukan saat awal musim hujan, mengingat sifat bibit yang masih memerlukan pasokan air yang cukup banyak untuk pertumbuhan awal. Buatlah lubang tanam dengan mencangkul tanah sedalam 5 sampai 10 cm. Masukkan batang ke dalam lubang tanam sedalam 1/3 dari panjang keseluruhan batang.
Perhatikan mata tunas, hindari untuk meletakkan dengan terbalik. Pastikan posisi batang tegak lurus jika batang dipotong secara mendatar, atau posisikan batang sedikit miring jika batang dipotong miring. Timbun lubang dengan tanah, padatkan tanah dengan perlahan, dan siramlah dengan intensitas yang teratur.
Bibit singkong yang ditanam sangat rentan dengan cuaca panas atau kondisi tanah yang kering, sehingga penyiraman harus dilakukan dengan teratur. Setelah mengetahui cara menanam singkong, lakukanlah perawatan tanaman singkong dengan metode penyiraman dengan frekuensi dua kali sehari, yaitu setiap pagi dan sore hari pada masa 0 – 5 bulan sejak bibit singkong ditanam. Hal ini perlu dilakukan untuk menjaga kelembapan tanah serta pasokan air yang diserap oleh tanaman singkong.
Lakukanlah penyulaman pada lahan tanam singkong. Penyulaman ini dilakukan dengan memeriksa apakah terdapat tanaman singkong yang mati atau gagal tumbuh. Jika terdapat tanaman singkong yang tidak tumbuh atau mati, segeralah bersihkan dari lahan tanam dan hal ini mulai perlu diperhatikan pada usia 7 – 10 hari tanam.
Lakukanlah penyiangan atau pemberantasan terhadap gulma atau tanaman pengganggu yang terdapat di sekitar tanaman singkong. Penyiangan dapat dilakukan dengan manual dalam skala kecil, yaitu dengan mencabut tanaman tersebut. Solusi penyiangan dalam skala besar dapat dilakukan dengan menyemprotkan herbisida di lahan sekitar tanaman singkong.
Pastikan bahwa herbisida yang disemprotkan tidak mengenai tanaman singkong, baik batang ataupun daunnya karena dapat mempengaruhi kulitas dan kuantitas pertumbuhan umbi. Lakukanlah penempelan tunas ketika tinggi atau panjang tunas mencapai 20 – 30 cm. Penempelan tunas dilakukan dengan menempelkan tanaman singkong dengan mata tunasnya.
Lakukanlah pemupukan susulan saat usia tanaman singkong sudah mencapai usia 2 – 3 bulan. Taburkanlah pupuk dengan jarak 25 – 30 cm dari batang singkong. Lakukanlah pembubunan atau penggemburan tanah di sekitar tanaman singkong dengan membawa tanah dari sekitar bedengan ke sekitar tanaman singkong agar buah yang dihasilkan berkualitas.
Usia panen singkong beragam sesuai dengan varietas singkong yang ditanam. Biasanya, perkiraan usia panen singkong berkisar 6 sampai 12 bulan. Secara spesifik, juga dapat melihat beberapa karakteristiknya, seperti pertumbuhan daun di bagian bawah yang sudah mulai berkurang dan warna daun yang menguning dan banyak rontok.
Tips proses panen singkong yang baik adalah cabutlah batang tanaman singkong hingga ke umbinya. Jika masih ada umbi yang tertinggal di tanah, ambillah dengan garpu tanah atau cangkul. Kumpulkanlah singkong hasil panen di tempat yang strategis.
Lakukanlah penyortiran atau pemilahan terhadap singkong berdasarkan ukuran dan kualitas umbinya. Pisahkan singkong yang cacat atau busuk dengan singkong yang segar. Singkong dikenal memiliki sifat yang tidak tahan lama, sehingga diperlukan rentang waktu yang singkat dari proses memanen singkong hingga proses pengolahannya.
Pertahanan singkong juga tidak bisa terbantu dengan lemari pendingin. Kerusakan pada singkong mulai ditandai dengan terbentuknya bercak kebiruan pada singkong yang bersifat racun bagi tubuh manusia.