Bagi cewek yang hidup di era modern ini, mungkin tak bisa membayangkan bagaimana perempuan zaman dulu kalau sedang ‘datang bulan’. Sekarang sih sudah banyak penemuan modern seperti pembalut, tampon, sampai cup menstrual, yang wajib masuk daftar belanja bulanan cewek yang sudah mencapai usia puber. Meski suka kram, pusing, dan mood-nya naik turun, tapi cewek masa kini masih tetap bisa beraktivitas dengan relatif cukup nyaman karena produk-produk feminin tersebut.
1. Sebelum semua produk feminin ditemukan dan diproduksi luas, perempuan menggunakan kain untuk menyerap aliran darah yang keluar ketika menstruasi
Tidak ada teknologi penyerap, wings pelekat, atau inovasi lain seperti dalam pembalut, hanya kain biasa. Sebelum penemuan pads atau pembalut di abad ke-19, perempuan menggunakan kain dengan berbagai bentuk. Dari yang dijahit menyerupai dalaman, sampai ya hanya kain apapun yang bisa ditemukan.
2. Pada zaman Mesir Kuno, perempuan manfaatkan tanaman papyrus yang sudah direndam untuk pembalut mereka. Dibandingkan kain, tekstur papyrus sendiri lebih berserat
Papyrus memang dikenal orang Mesir Kuno pada zaman dahulu untuk menulis, semacam kertas pada zaman sekarang. Namun fakta yang jarang diangkat adalah kegunaan papyrus ini sebagai pembalut kuno bagi perempuan yang sedang menstruasi di zaman itu. Dengan tekstur berserat mirip kertas, papyrus dinilai memiliki daya serap yang cukup baik.
3. Perempuan pada zaman Yunani Kuno gunakan wol sebagai pembalut. Fakta ini diperkuat dengan catatan-catatan kuno yang menyertainya
Hippocrates, seorang tokoh Yunani Kuno pernah menuliskan tentang penggunaan wol untuk perawatan diri perempuan di zaman ini. Khususnya ketika sedang ‘datang bulan. Wol dipilih karena sumber daya alam tersebut memang banyak tersedia di Yunani saat itu.
4. Perempuan penduduk asli Amerika dahulu menggunakan kulit kayu sebagai tampon dan bahkan popok. Jelas berbeda dari pembalut yang lembut, kulit kayu ini kasar dan tidak nyaman
Kulit kayu Cedar banyak digunakan oleh perempuan asli Amerika pada zaman dahulu untuk dijadikan seperti pembalut. Mendengar kulit kayu, rasanya mungkin agak mengerikan dan susah dibayangkan. Namun faktanya, diantara kulit kayu yang lain, kulit kayu Cedar termasuk yang paling lembut, tipis, dan memiliki daya serap yang lumayan.
5. Masih dari Amerika, perempuan suku Arikara menggunakan kulit kerbau yang diasapi dan menjadikannya sebagai pembalut
Kerbau adalah sumber daya alam yang berlimpah di wilayah ini. Selain berlimpah, binatang ini manfaatnya juga segudang. Dari kulit sampai tulangnya pun, bisa digunakan untuk berbagai hal. Suku Arikara yang terletak di bagian utara Amerika Serikat memanfaatkan kulit kerbau untuk membuat pembalut kuno. Setelah dipanaskan dan dikeringkan, kulit kerbau itu kemudian diasapi untuk membuka pori-pori sehingga dapat menyerap cairan.
6. Perempuan di pesisir Yunani dahulu menggunakan spons laut untuk mengatasi darah yang keluar karena menstruasi. Ya, sejenis spons macam spongebob gitu
Jangan samakan spons alami di laut dengan spons di tempat cuci piringmu. Spons laut yang dipakai perempuan Yunani dahulu kala adalah spons alami yang berasal dari laut. Padahal jika tidak dibersihkan ataupun diolah dengan benar, spons laut ini bisa jadi sangat berbahaya lho. Meskipun tahu ada risiko bahayanya, perempuan pada era ini tetap berani menggunakan spons laut ini sebagai pembalut ketika menstruasi. Ya daripada nggak pakai apa-apa…
7. Perempuan di Afrika dan Australia pada zaman dulu gunakan rumput sebagai pembalut. Bayangin deh gimana susahnya perempuan zaman dulu merawat dirinya
Rumput? Ya, rumput yang tumbuh liar di tanah biasa dijadikan sebagai pembalut oleh perempuan pada zaman dulu di Afrika dan Australia. Namun ternyata setelah ditemukan bahwa rumput jenis karpet lebih nyaman digunakan, mereka pun beralih. Jangankan dahulu, di masa sekarang pun nggak sedikit perempuan di Afrika yang masih tidak mengenal pembalut atau tampon. Atau mereka yang tahu tetapi tidak sanggup beli. Jadi praktik-praktik tradisional dalam menghadapi masa haid, masih banyak ditemukan di beberapa negara Afrika.
8. Dulu kala ketika tampon belum ditemukan, perempuan di Jepang memakai gulungan kertas sebagai gantinya
Jepang memang terkenal dengan kualitas kertasnya pada zaman dahulu, bahkan mengalahkan teknologi dari Barat pada masanya. Para perempuan di Jepang memakai gulungan kertas dan menempatkannya langsung di bagian intim tubuh mereka untuk mengurangi darah yang mengalir. Jika sekarang cukup ganti pembalut dua atau tiga kali sehari, mereka yang pakai kertas tradisional ini harus mengganti kertasnya sebanyak 8 sampai 12 kali sehari. Haduh repot banget ya!
9. Bulu Kelinci yang halus, juga dijadikan pembalut oleh para perempuan suku asli Amerika
Konon wanita asli Amerika dulu juga memakai kulit berbulu tebal seekor kelinci untuk mengatasi arus menstruasi. Logis juga, halusnya bulu kelinci besar kemungkinan juga memiliki daya serap yang tinggi.
10. Cara paling alami, ya dengan tidak menggunakan apa-apa. Karenanya dulu banyak cerita tentang pengasingan atau pengurungan perempuan semasa haid. Soalnya dianggap aib
Mirisnya, praktik pengasingan ini masih dilakukan hingga saat di negara seperti Nepal. Seorang gadis di Nepal bahkan sampai meninggal dalam pengasingan tersebut. Sedih sih kalau masih ada orang yang menganggap menstruasi sebagai aib. Padahal menstruasi itu adalah proses alami yang dialami oleh semua perempuan.
Bersyukur sih sekarang sudah banyak penemuan modern yang membuat kehidupan perempuan jauh lebih nyaman. Nggak kebayang aja gimana dulu, hal seperti menstruasi itu bisa jadi penghalang serius bagi perempuan yang ingin aktif. Ya keluar rumah aja serba nggak nyaman, gimana mau berkarya. Semoga ke depannya bakal ada penemuan yang lebih canggih lagi ya, biar kaum hawa bisa lebih nyaman!