- Mengurangi frekuensi penyiraman/irigasi hingga 50%
- Meningkatkan pertumbuhan tanaman karena air dan nutrisi selalu tersedia di sekitar tanaman sehingga mengoptimalkan penyerapan oleh akar.
- Mengurangi pencemaran lingkungan dari erosi dan pencemaran air tanah.
- Tidak repot dan lebih ekonomis
Cara mengaplikasikan hidrogel pada tanaman tidaklah sulit. Cukup dengan merendam gel kering kedalam larutan yang berisi air dan nutrisi untuk tanaman seperti pupuk. Kemudian ditutup wadah perendaman agar tidak terkontaminasi debu, didiamkan selama beberapa jam unuk membiarkan hidrogel menyerap larutan tersebut dan membengkak. Selanjutnya hyirogel ditiriskan dan dimasukkan kedalam vas atau wadah tempat tumbuh tanaman.
Hidrogel dapat terurai secara alami oleh mikroba, menjadi air, karbondioksida dan komoponen nitrogen. Oleh sebab itu hidrogel aman untuk digunakan. Bahan baku hidrogel biasanya digunakan dari polimer alam berupa pati yang bisa diperoleh dari biji bijian, sehingga hidrogel bersifat biokompetible dan biodegredable. Namun ada pula hidrogel yang berasal dari bahan sintesis, tetapi sifatnya tidak ramah lingkungan dan kurang aman.
Dalam aplikasinya tidak semua tanaman dapat tumbuh dengan hidrogel. Ciri-ciri tanaman yang dapat tumbuh adalah tanaman yang mempunyai sifat tahan kadar air berlebih, tahan kelembaban tinggi, tidak berkayu, tanaman dalam ruang, umumnya tidak berbunga. Hidrogel juga bisa ditanami sayuran seperti selada dan caisim. Tanaman tersebut ditumbuhkan dahulu di arang sekam sampai berumur sebulan sebelum dipindah ke dalam hidrogel.
Namun, hal ini tak menutup kemungkinan bahwa akan adanya penelitian hidrogel lebih lanjut dalam aplikasinya sebagai media tanam untuk tanaman yang lain. Bahkan, bisa jadi hidrogel nantinya mampu menggantikan lahan sawah sebagai media tanam padi, mengingat padi memerlukan banyak air dan pupuk serta mudah tumbuh pada media yang banyak mengandung air. Hal ini sejalan dengan kemampuan hidrogel yang mampu menyimpan dan melepaskan air serta nutrisi bagi tanaman secara proporsional. Sehingga penggunaan hidrogel pada pertumbuhan padi dapat meminimalisir gagal panen yang disebabkan oleh cuaca seperti kekeringan karena kemarau. Apabila dapat terelisasikan maka bukan tidak mungkin Indonesia akan berhenti mengimpor beras dan kembali menjadi Negara pengekspor beras terbesar.
Suhardiman, 2017 telah meneliti hydrogel yang di aplikasikan sebagai CRF (Controlled release fertilizer) atau yang bisa disebut dengan pengendali pupuk. Dimana pada penelitiannya digunakan pati dari ubi garut sebagai bahan baku pembuatan hidrogel. Dilihat kemampuan hidrogel dalam menyerap dan melepaskan urea secara terkendali, dan hidrogel berhasil melepaskan pupuk secara perlahan dimana semakin besar jumlah urea yang digunakan maka pelepasan urea oleh hidrogel akan smeakin meningkat. Perkembangan penelitian mengenai hidrogel menyebabkan semakin luasnya aplikasi hidrogel. Tak hanya pada pertanian namun juga pada bidang industri, medis, dan lingkungan. Panchan et al, 2017 telah melakukan penelitian pada aplikasi hidrogel sebagai penyerap dalam menghilangkan logam ion yang merupakan salah satu penyebab masalah kerusakan lingkungan berupa Cu2+, Pb2+, dan Fe3+. Dimana hidrogel yang digunakan berbasis CMC (Karoksimetil selulosa) dan nasi bekas. Diharapkan suatu hari nanti hidrogel mampu menjadi teknologi masa depan yang bernilai ekonomis, aman serta multi aplikasi.