Pernahkah teman-teman pendidik merasa melakukan kesalahan dalam menunaikan tugas dan fungsi sebagai guru?
Sejatinya, kegagalan teman-teman pendidik dalam mengajar di kelas disebabkan karena kesalahan mendasar yang tidak disadari, bahkan masih banyak diantara kita yang menganggap hal yang telah dilakukan merupakan sesuatu yang biasa. Padahal sekecil apapun kesalahan yang dilakukan oleh teman-teman pendidik, khususnya dalam pembelajaran, akan berdampak negatif terhadap perkembangan peserta didik. Setuju?
Teman-teman pendidik harus mampu mengendalikan diri dan memahami kondisi agar terhindar dari kesalahan-kesalahan ketika mengajar di kelas. Kita hanyalah manusia biasa, yang tidak luput dari kelemahan dan kesalahan ketika berada di depan peserta didik. Namun, bukan berarti kesalahan teman-teman pendidik harus dibiarkan dan tidak ada jalan keluarnya.
SETIAP GURU TENTU MEMILIKI POTENSI UNTUK BERHASIL MENJALANKAN TUGASNYA SEBAGAI AGEN PEMBELAJARAN YANG HANDAL. KEBERHASILAN GURU INI SECARA NYATA DAPAT DILIHAT DARI KEBERHASILAN PESERTA DIDIK KETIKA MENGIKUTI PROSES DAN MENCAPAI TUJUAN PEMBELAJARAN.
Berikut ini adalah tujuh kesalahan guru ketika mengajar yang mengakibatkan kegagalan peserta didik mencapai tujuan pembelajaran secara optimal. Kesalahan-kesalahan tersebut diantaranya:
1. Tidak Ada Persiapan Ketika Mengajar
Adakah diantara teman-teman pendidik yang merasa mengajar dengan baik di kelas walaupun tanpa persiapan sama sekali? Tentu tidak. Seharusnya, teman-teman pendidik selalu mempersiapkan segala hal sebelum mengajar, mulai dari RPP (Rencana Persiapan Pengajaran), perangkat atau media pembelajaran., sampai bahan-bahan evaluasi materi. Teman-teman pendidik harus selalu ingat bahwa mengajar tampa persiapan merupakan tindakan yang dapat merugikan perkembangan siswa.
Tentu solusinya adalah buatlah persiapan yang matang sebelum teman-teman pendidik mengajar di kelas. Seorang guru dalam merancang pembelajaran juga harus semakin terampil dalam mengelola kelas sesuai dengan karakteristik peserta didik untuk mencapai akhir dari tujuan materi yang diajarkan. Ingatlah bahwa dalam proses pembelajaran, tidak ada pembelajaran yang berhasil tanpa persiapan yang benar.
Tipsnya, teman-teman pendidik dapat merancang kegiatan pembelajaran keseluruhan secara weekly ketika teman-teman sedang tidak mengajar (hari minggu). Semoga tidak merepotkan ya! Nah, caranya adalah membuat perancangan yang sangat mudah, yaitu membuat RPP hanya satu halaman saja. RPP satu halaman saja semacam RPP untuk diri kita sendiri yang terdiri dari tujuan pembelajaran, apersepsi, rancangan evaluasi, media yang digunakan, alur pembelajaran, dan inspirasi yang dibagikan. RPP satu halaman sangatlah simple dan semoga saja sangat membantu teman-teman pendidik mempersiapkan diri sebelum mengajar di kelas.
Yuk, jadikan kegiatan perancangan secara weekly sebagai suatu sistem yang jika tidak dikerjakan akan sangat mengganggu komponen lainnya dari keseluruhan sistem pembelajaran. Penulis sudah mencobanya, dan perancangan pembelajaran secara weeklysangat membantu sekali lho. Semoga teman-teman pendidik selalu istiqomah ya!
2. Mamaksa Peserta Didik Harus Bisa Memahami Materi yang Kita Ajarkan
“Saya sudah bersungguh-sungguh mengajari siswa itu, tapi ketika ulangan sudah dibagikan hasilnya sangat mengecewakan!”
“Siswa ini sudah dijelaskan berkali-kali tapi tetap saja tidak mengerti!”
Pernahkah teman-teman pendidik mengeluhkan seperti itu?
Sejujurnya, penulis pernah mengeluh seperti itu. Penulis pernah berpikir egosentris terhadap peserta didik yang tidak paham materi yang diajarkan. Dan saat itu, rasanya jengkel sekali. Rasa kejengkelan itu dapat berimbas kepada peserta didik lainnya lho. Target materi menjadi tidak tercapai karena keegoisan guru untuk membuat satu atau dua peserta didik tersebut harus paham materi yang diajarkan. Tentu ini kesalahan paling mendasar tetapi kurang disadari oleh kita. Adakah diantara teman-teman pendidik mengalami hal yang sama dengan penulis?
Diantara teman-teman pendidik mungkin pernah memaksa peserta didik untuk benar-benar paham dengan materi yang kita ajarkan, padahal memori peserta didik tidak terlalu besar untuk menampung semua materi pelajaran. Dan sejujurnya, kita pun memiliki keterbatasan dalam menguasai pelajaran yang kita ajarkan. Nah, bagaimana mungkin kita memaksa peserta didik untuk menguasai setiap mata pelajaran? Perlu teman-teman pendidik ketahui, tentu setiap peserta didik memiliki perbedaan karakteristik tentang gaya belajarnya. Nah, kita tidak bisa memaksa gaya mengajar guru harus acceptable bagi peserta didik.
Ingatlah bahwa setiap peserta didik memiliki keahlian yang berbeda-beda dalam menguasai pelajaran. Untuk itu, teman-teman pendidik sangat perlu memberikan motivasi dan inspirasi kepada para peserta didik untuk memperdalam pelajaran yang dikuasai dan disukai. Jika kita memaksa, kemungkinan besar kemampuan peserta didik hanya berada di tengah-tengah tanpa keahlian pasti. Amanah kita sebagai pendidik adalah mendidik mereka untuk menjadi seseorang yang berguna bagi bangsa dan negara.
3. Merasa Diri Paling Pandai Saat di Kelas
Kalau boleh jujur, adakah diantara teman-teman pendidik yang pernah merasa paling pandai ketika mengajar di kelas? Atau, adakah diantara teman-teman pendidik yang menganggap peserta didik adalah sebuah “tong kosong” yang harus diisi dengan sesuatu yang sangat penting?
Terutama peserta didik di kota-kota besar, tentu mereka dengan sangat mudah menikmati internet dan berlangganan koran atau majalah. Tak dapat dipungkiri media pembelajaran saat ini sangatlah luas dan up to date. Jika teman-teman pendidik tidak meng-upgrade diri terus menerus, bukan tidak mungkin jika peserta didik kita lebih pandai daripada gurunya. Dan bahkan kita bisa belajar dari peserta didik sekalipun, atau saling membelajarkan.
Namun apa yang terjadi jika peserta didik bertanya tentang sesuatu hal yang belum kita ketahui? Maka akui sajalah bahwa kita belum mengetahui jawaban yang ditanyakan. Tapi teman-teman pendidik harus berjanji untuk mencari tahunya, dan menjelaskan kembali di pertemuan selanjutnya. Kuncinya adalah seorang guru pun harus selalu belajar karena kita yang diamanahkan untuk membantu peserta didik membuka gerbang inspirasinya.
Nah, untuk mengatasi hal ini, teman-teman pendidik harus menjadi pembelajar yang terus menyesuaikan ilmu pengetahuan dimiliki dengan perkembangan yang terjadi di masyarakat. Dengan kata lain, bahwa guru harus menjadi pembelajar sepanjang hayat. Tipsnya adalah kita bisa menyusun jadwal rutin berapa buku yang harus dibaca dalam satu hari atau satu minggu untuk menambah wawasan kita. Selain itu, kita juga harus sering melakukan penelitian atau menulis sebuah artikel agar kita bisa lebih banyak mengamati dan menganalisa kejadian-kejadian di sekitar, serta rajin mencari solusi dari setiap permasalahan yang ada. Yuk, jadi pendidik hebat!
4. Tidak Peka dengan Perilaku Peserta Didik yang Membanggakan Ketika Sedang Belajar
Dalam pembelajaran di kelas, teman-teman pendidik berhadapan dengan sejumlah peserta didik yang semuanya ingin diperhatikan. Mereka senang jika mendapat pujian dari guru dan merasa kecewa jika kurang diperhatikan. Betul? Namun, sayangnya kebanyakan diantara kita sering mengabaikan perkembangan kepribadian peserta didik, serta lupa memberikan pujian kepada mereka yang berbuat baik dan tidak membuat masalah ketika sedang belajar di kelas.
Biasanya guru lebih sering memberikan perhatian kepada peserta didik ketika ribut, tidur di kelas, ataupun tidak memperhatikan pelajaran. Kondisi tersebut sering kali mendapatkan tanggapan yang salah dari peserta didik. Mereka beranggapan bahwa untuk mendapatkan perhatian dari guru, maka peserta didik harus berbuat salah, burbuat gaduh, menganggu atau melakukan tindakan tidak disiplin lainnya.
Kita perlu sekali belajar untuk menangkap perilaku positif yang ditunjukan oleh para peserta didik, lalu segera memberi hadiah atas perilaku tersebut dengan pujian dan perhatian. Kedengarannya hal ini sederhana. tetapi memerlukan upaya sungguh-sungguh untuk tetap mencari dan memberi hadiah atas perilaku-perilaku positif peserta didik, baik secara kelompok maupun individual.
Disisi lain, teman-teman pendidik juga harus memperhatikan perilaku-perilaku peserta didik yang negatif dan mengeliminasi perilaku-perilaku tersebut agar tidak terulang kembali. Teman-teman pendidik bisa mencontohkan berbagai perilaku peserta negatif, misalnya melalui ceritera dan ilustrasi, serta memberikan pujian kepada mereka karena tidak melakukan perilaku negatif tersebut. Kita juga sebaiknya menetapkan rules yang jelas dalam proses pembelajaran. Agar suasana kelas menjadi kondusif dan peserta didik ikut belajar untuk disiplin, komitmen, dan bertanggung jawab terhadap proses pembejaran di kelas.
5. Mengabaikan Perbedaan Peserta Didik
Setiap peserta didik memiliki perbedaan yang unik, mereka memiliki kekuatan, kelemahan, minat, dan perhatian yang berbeda-beda. Latar belakang keluarga, latar belakang sosial ekonomi, dan lingkungan, membuat peserta didik berbeda dalam aktifitas, kreatifitas, intlegensi, dan kompetensinya. Dalam hal ini, teman-teman pendidik juga harus memahami ciri-ciri peserta didik yang harus dikembangkan dan yang harus diarahkan kembali.
Dalam proses pembelajaran, mungkin teman-teman pendidik pernah mengabaikan perbedaan peserta didiknya di kelas. Hal ini dapat diterlihat dari penggunaan metode pembelajaran yang kurang bervariasi. Anak didik yang kita hadapi, masing-masing memiliki tingkat kemampuan dan kompetensi yang berbeda dalam menyerap pelajaran. Oleh sebab itu, penggunaan metode pembelajaran yang bervariasi sangatlah dianjurkan.
Aspek-aspek peserta didik yang peru dipahami teman-teman pendidik antara lain, kemampuan, potensi, minat, kebiasaan, hobi, sikap, kepribadian, hasil belajar, catatan kesehatan, latar belakang sekolah dan kegiatannya disekolah. Informasi tersebut dapat dieroleh dan dipelajari dari laporan atau catatan sekolah, informasi dari peserta didik lain (teman dekat), observasi langsung dalam situasi kelas, dan dalam berbagai kegiatan lain di luar kelas, serta informasi dari peserta didik itu sendiri melalui wawancara, percakapan, dan autobiografi.
Selain itu, teman-teman pendidik dapat berkunjung ke rumah peserta didik yang sedang membutuhkan perhatian terutama kepada peserta didik yang bermasalah di sekolah, barangkali perlu diterapkan sehingga terjalin komunikasi terbuka, dan kita bisa memahami karakteristik peserta didik tersebut. Penulis pernah melakukan beberapa kunjungan ke rumah peserta didik, dan hasilnya adalah sangat mengubah persepsi yang selama ini belum terpecahkan, selain itu inspirasi sangat terbuka luas untuk mengatasi berbagai problem kependidikan di sekolah.
6. Memperlakukan Peserta Didik Secara Tidak Adil
Pembelajaran yang baik dan efektif adalah yang mampu memberi kemudahan belajar secara adil dan merata (tidak diskriminatif), sehingga peserta didik dapat mengembangkan potensinya secara optimal. Keadilan dalam pembelajaran merupakan kewajiban guru dan hak peserta didik untuk memperolehnya.
Dalam praktiknya, mungkin banyak diantara teman-teman pendidik yang tidak adil, sehingga merugikan perkembangan peserta didik, dan ini merupakan kesalahan yang sering kita lakukan, terutama dalam penilaian peserta didik selama proses pembelajaran. Oleh karena itu, dalam memberikan penilaian harus dilakukan secara adil, dan benar-benar merupakan cermin dari perilaku peserta didik.
Ketidakadilan dalam proses pembelajaran akan memunculkan persaingan yang tidak sehat pada peserta didik. Disisi lain, sebagian peserta didik mungkin bersemangat dalam belajarnya, tetapi disisi lain pula ada peserta didik yang merasa tersisihkan. Perhatian meyeluruh dan penuh rasa cinta pada setiap peserta didik harus selalu ditumbuhkembangkan pada diri seorang guru untuk mengatasi ketidakadilan tersebut.
7. Tidak Sadar Memberikan Contoh Tindakan Kurang Tepat Pada Peserta Didik
Teman-teman pendidik merupakan contoh dan panutan bagi peserta didik. Tanpa disadari, tindakan guru adalah doktrin yang melekat pada peserta didik. Perlu teman-teman pendidik ketahui, peserta didik adalah penyontoh paling andal. Mereka mampu menyontoh gaya guru menyampaikan materi dan bagaimana alur pikir guru dalam memahami materi.
Untuk itu, jangan pernah melakukan tindakan yang kurang tepat pada peserta didik, seperti mengeluarkan kata keras dan kotor, menghina peserta didik di depan kelas, memerintah pada sesuatu yang tidak dilakukan oleh kita sendiri, sering terlambat masuk ke kelas, merokok, dan lain-lainnya. Wibawa kita sebagai seorang guru akan hilang dimata peserta didik. Dan hal tersebut cukup menyulitkan kita ketika mengajar di dalam kelas.
“YANG PALING HEBAT BAGI SEORANG GURU ADALAH MENDIDIK, DAN REKREASI YANG PALING INDAH ADALAH MENGAJAR. KETIKA MELIHAT MURID-MURID YANG MENJENGKELKAN DAN MELELAHKAN, TERKADANG HATI TERUJI KESABARANNYA, NAMUN HADIRKANLAH GAMBARAN BAHWA DIANTARA SATU DARI MEREKA KELAK AKAN MENARIK TANGAN KITA MENUJU SURGA”. –KH. MAIMUN ZUBAIR
Ingatlah bahwa kita sebagai guru akan diminta pertanggungjawaban di akhirat. Di dunia gaji memang tidak seberapa, jangan kotori keuntungan akhirat dengan menodai profesi mulia ini. Niatkan menjadi guru sebagai ibadah. Jadikan pekerjaan guru sebagai ladang amal yang akan dipanen hasilnya kelak di akhirat. Selamat berjuang wahai para pahlawan ilmu! Semoga dari tanganmu akan lahir generasi tangguh, berilmu, dan berakhlak yang mampu memimpin bangsa dan negara ini.