Sejatinya, guru tidak hanya sebagai pengajar yang membuat siswanya cerdas. Guru juga merupakan pendidik yang bertanggung jawab membentuk karakter anak didiknya menjadi manusa bernilai luhur.
Itulah esensi profesi guru di mata Rektor Universitas Negeri Jakarta (UNJ) Prof. Bedjo Sujanto. Ketika berbincang dengan Okezone, belum lama ini, Bedjo menekankan pentingnya menjadi guru yang tidak hanya cerdas, tetapi juga berkepribadian sesuai nilai-nilai Indonesia.
Karena itulah, seorang guru haruslah pribadi yang sanggup mengembangkan dirinya dengan berbagai cara. Misalnya dengan belajar yang tidak pernah henti. Jika guru tidak rajin belajar, kata Bedjo, maka dia akan tertinggal dari murid-muridnya.
Selain itu, idealnya guru tidak hanya maju secara intelektual, tetapi juga harus paham etika. Sebab, seorang pendidik harus mendidik tidak hanya di sekolah, melainkan juga di luar sekolah.
"Mereka harus jadi panutan. Jangan menampakkan perilaku-perilaku yang tidak baik. Itu syarat utama jadi guru," imbuhnya.
Misalnya, Bedjo menguraikan, dari cara berpakaian guru pun harus memperhatikan kesopanan. Guru kelas tidak sopan jika mengajar mengenakan kaos. Sebaliknya, guru olahraga tidak sopan jika mengajar pakai kemeja.
"Sopan santun harus disesuaikan dengan tempat di mana seorang guru berada," tutur Bedjo.
Selain banyak belajar dan sopan, sosok guru ideal juga harus adaptif terhadap perubahan. Dalam hal kesopanan tadi, misalnya, guru juga harus adaptif. Misalnya, budaya dan tata cara hidup di Yogyakarta tentu akan berbeda dengan di Medan. Nah, guru idealnya bisa beradaptasi sesuai budaya di mana pun dia mengajar.
Bedjo menjabarkan, dulu guru mungkin dianggap sosok menakutkan karena terlampau kaku. Sedangkan guru sekarang tidak demikian, lebih fleksibel. Mereka bisa lebih membaur dengan murid.
"Guru tidak boleh sombong dengan tidak mau bicara dengan murid," kata Bedjo.