Saat Ada Siswa Bersalah, Guru Bersabar atau Marah?

Oleh : Cinta Silvia - 13 February 2018 16:30 WIB

Pada suatu hari, seorang guru Bahasa Indonesia di kelas XII IPS 1 SMA Negeri sebuah kota di Jawa Timur, dibuat kesal oleh beberapa siswa laki-laki yang terlambat 15 menit memasuki kelas saat guru sudah datang. Keterlambatan mereka sudah melebihi toleransi guru. Toleransi keterlambatanyang diberikan guru hanya lima menit.

Padahal di sekolah sudah ada aturan yang diterapkan bahwa memasuki jam pelajaran harus tepat waktu. Tetapi masih ada saja, siswa yang melanggar aturan. Salahkah jika guru marah kepada mereka yang terlambat? Ataukah bersabar?

Lagi-lagi sikap guru diuji oleh siswanya. Bukankah seorang guru harus mendidik dan mengajar. Mendidik tidak harus dengan kekerasan, tetapi mendidik harus mempunyai sikap kesabaran yang lebih, walaupun sebenarnya seorang guru juga manusia biasa, bisa marah dan kesal.

Semboyan Ki Hajar Dewantoro di kalangan pendidikan Indonesia bahwa guru harus mempunyai sikap mendidik yaitu Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madyo Mangun Karso dan Tut Wuri Handayani. Ing ngarso sung tulodo artinya di depan seorang pemimpin harus memberi contoh. Misalnya, jika guru mengingatkan siswanya dengan cara marah-marah, siswa akan mempunyai persepsi negatif kepada guru. Apalagi kemarahan disertai dengan kekerasan. Akibat kekerasan guru dapat meninggalkan trauma berkepanjangan.

Kemarahan guru, selain merugikan siswa, juga merugikan diri guru. Marah ketika siswa melakukan kesalahan bukanlah satu penyelesaian. Tetapi menahan marah dengan mengerti kondisi siswa serta memahami psikis siswa akan lebih efektif.

Ing Madyo Mangun Karso artinya di tengah memberi semangat, maksudnya seorang guru harus memberi penguatan baik melalui ucapan maupun tingkah laku. Sedangkan Tut Wuri Handayani adalah di belakang memberi dorongan. artinya guru harus memberi motivasi agar siswa dapat berprestasi yang dapat membanggakan diri sendiri, orang tua dan sekolah.

Memotivasi siswa tidak harus ucapan yang keras tetapi dengan memahami psikis siswa di kelas akan membuat kita bersabar kepada siswa yang selalu bertingkah lebih. Guru harus mengerti bahwa setiap siswa mempunyai pemikiran yang berbeda. Cara berpikir yang berbeda sangat erat dengan fungsi otak kanan dan kiri.

Sejak tahun 1960an berdasarkan hasil penelitian Roger W Sperry, otak manusia terdiri dari belahan kiri dan kanan, dimana setiap belahan memiliki fungsi berbeda-beda. Perbedaan kedua fungsi otak ini akan membentuk sifat, karakteristik dan kemampuan yang berbeda pada setiap orang.

Otak kiri berfungsi dalam hal-hal yang berhubungan dengan logika, rasio, kemampuan menulis, membaca, dan merupakan pusat matematika. Beberapa pakar mengatakan otak kiri menjadi pusat Intelligence Quotient (IQ). Sedangkan otak kanan berfungsi dalam perkembangan Emotional Quotient (EQ). Misalnya sosialisasi, komunikasi, interaksi sesama manusia dan pengendalian emosi.

Pada otak kanan terletak kemampuan intuitif, kemampuan merasakan, memadukan, dan ekspresi tubuh, seperti menyanyi, menari, melukis dan segala jenis kegiatan kreatif lainnya. Jika mengerti masalah tersebut, pasti guru akan bersabar dalam menghadapi peristiwa keterlambatan siswanya. guru akan memberi hukuman yang disesuaikan kondisi siswa dalam kelas.

Guru harus paham setiap anak, ada yang pandai di kelas dan ada yang kurang. Ada yang pandai bergaul, ada yang tidak. Keadaan semacam ini disebabkan oleh ketidakseimbangan antara otak kanan dan otak kiri. Idealnya, otak kiri dan otak kanan haruslah seimbang dan semuanya berfungsi secara optimal. Jika otak kanan dan otak kirinya seimbang, dia bisa menjadi orang yang cerdas sekaligus pandai bergaul atau bersosialisasi.

Oleh karena itu guru harus bisa menyeimbangkan otak kanan dan kiri supaya siswa nyaman, dan menghormati guru tersebut. Misalnya mengajak bermain atau bernyanyi sambil belajar, sehingga siswa tidak bosan saat pelajaran.

Bersabar menghadapi siswa yang bertingkah, berarti mengoptimalkan dan menyeimbangkan kinerja dua belahan otak siswa maupun guru, yang semula siswa hanya menggunakan otak kanan saja, tetapi dengan mengajak bermusik atau bermain sambil belajar, maka guru sudah menyeimbangkan otak kanan dan otak kiri.

Kesabaran adalah kunci utama guru dalam menghadapi siswa. Sedangkan kemarahan bukanlah penyelesaian yang tepat, karena selain merugikan guru juga merugikan siswa. Semoga sikap sabar menghadapi siswa dan mengerti kondisi kelas dapat dimiliki oleh semua guru, sehingga pendidikan di Indonesia akan menghasilkan guru dan siswa yang cerdas bermoral. 

Tag

Artikel Terkait

Kuis Terkait

Video Terkait

Cari materi lainnya :