Abdul Basid (37) tidak mengira bila tegurannya kepada remaja yang kerap nongkrong di Jalan KH Syahdan RT 6/12, Palmerah, Jakarta Barat, akan berujung pengeroyokan. Akibatnya, guru di sebuah madrasah tsanawiyah (Mts) itu mengalami sejumlah luka.
Pengeroyokan terjadi pada Sabtu 10 Februari 2018, sekitar pukul 23.30 WIB. Saat itu Basid baru saja pulang dari kediaman sanak familinya. Saat dia melintasi lokasi yang kerap digunakan gerombolan remaja itu nongkrong, Basid menegur para remaja tersebut.
Mereka kerap kencing sembarang. Akibatnya, setiap orang yang melintasi jalan itu mencium aroma pesing.
"Sudah dua minggu terakhir, korban menegur para pelaku. Pada saat terguran yang ketiga kali mungkin pelaku tak terima lalu terjadilah pengeroyokan," ujar Komisaris Besar Hengki Haryadi, di Mapolres Jakarta Barat, Minggu (11/2/2018).
Saat pengeroyokan terjadi terdapat 11 remaja punk. Hanya dalam hitungan jam, polisi yang menerima laporan penganiayaan Basid, menangkap beberapa remaja tersebut, yaitu MJIA (16), DR (15), dan Y.
"Total 11 pelaku. Kami sudah kantongi nama-nama para pelaku. Sekarang semua anggota saya sedang mengejar. Tadi saya dapat kabar sudah ada 5 orang lagi yang ditangkap kembali," ujar Hengki.
Pengakuan tersangka yang sudah ditangkap, tidak semuanya pelaku pengeroyokan laki-laki.
"Ada perempuannya juga. Kami akan dalami perannya masing-masing," kata Hengki.
Kriminal Murni
Ilustrasi borgol (Abdillah/Liputan6.com)
Istri korban, Ati Nurliati (32), mengatakan pengeroyokan terjadi lantaran suaminya yang merupakan guru agama menegur gerombolan remaja tersebut.
"Ini kriminal murni yang dilakukan remaja. Mereka tidak terima diajak baik-baik. Kemudian mengeroyok suami saya," ujar Ati.
Akibat pengeroyokan itu, Basid menderita luka robek. Korban saat ini dirawat di Mayapada Hospital.
"Kondisinya sekarang sudah stabil," kata Ati.