Pada penderita glaukoma, tekanan cairan dalam bola mata menjadi terlalu tinggi sehingga dapat merusak serabut saraf mata yang membawa sinyal penglihatan dari mata ke otak.
Umumnya glaukoma terjadi pada usia 40 tahun ke atas. Namun seiring waktu, glaukoma dapat juga menyerang mereka yang masih berusia produktif, bahkan yang sebelumnya tidak memiliki keluhan pada penglihatan. Untuk itu, DR. dr. Ikke Sumantri, SpM (K), Ketua Glaucoma Service JEC, menjelaskan beberapa gejala glaukoma yang patut Anda ketahui agar mendapat penanganan yang tepat dan cepat.
Pertama kali yang dirasakan pada penderita glaukoma akut antara lain, bila memandang lampu atau sumber cahaya maka timbul warna pelangi di sekitar cahaya tersebut, mata terasa sakit, disertai sakit kepala hingga mual dan muntah. Lalu penglihatan buram mendadak serta berkurangnya luas lapangan penglihatan.
"Kepala selalu terasa pusing walaupun sudah diistirahatkan, pusing yang secara berulang menandakan Anda terkena glaukoma, 90 persen terkena glaukoma akut sudah dipastikan mengalami kebutaan," ujar dr. Ikke saat ditemui di bilangan Menteng, Jakarta Pusat.
Kerusakan mata yang ditimbulkan oleh glaukoma tidak dapat diobati, namun tujuan pengobatan ini adalah untuk mengurangi tekanan intraokular pada mata dan mencegah meluasnya kerusakan pada mata. Secara umum, glaukoma bisa ditangani dengan terapi laser.
"Penyakit saraf memang belum ada obatnya, untuk kasus glaukoma sebaiknya Anda rutin mengikuti terapi laser, sebab bila penanganannya lebih dari tiga hari menyebabkan mata sebelah yang tidak terkena glaukoma akut menjadi terkena juga," tambah dr. Ikke.