Secara natural kemampuan pendengaran manusia akan berkurang seiring dengan bertambahnya usia, khususnya setelah ia mencapai usia lanjut. Namun, itu tak pernah terjadi pada burung hantu. Laman IB Times menulis, penelitian terbaru mengungkap fakta bahwa pendengaran burung hantu tak terpengaruh oleh usia layaknya manusia.
Manusia biasanya kehilangan sensitivitas pendengaran lebih dari 30dB pada frekuensi tinggi sekira usia 65 tahun, namun burung hantu hampir sama sekali tidak mengalaminya. Hal ini disebabkan oleh kemampuan berevolusi mereka untuk meregenerasi sel sensorik di telinga bagian dalam.
George Klump, salah satu penulis studi dari University of Oldenburg mengatakan, burung Hantu Barn (Tyto Alba) khususnya memiliki pendengaran yang sangat sensitif yakni 10 kali lebih kuat ketimbang telinga manusia yang paling sensitif. Jadi tepat untuk mengatakan bahwa burung hantu sangat mampu menangkap mangsanya meski dalam kegelapan total.
“Jika Anda pergi ke konser rock Anda mungkin kehilangan beberapa sensitivitas pendengaran, atau jika Anda bekerja di lingkungan yang bising, sebuah disc jockey di sebuah klub adalah contoh yang khas, mereka akan kehilangan sensitivitas pendengaran,” terangnya.
Jurnal Proceedings of the Royal Society B menuliskan hasil penelitian tentang perndengaran burung hantu tertua fi Inggris berusdia 15 tahun. Dari hasil penelitian, ternyata burung hantu tertua tersebut hanya memiliki gangguan pendengaran yang sangat minim. Beberapa burung dalam percobaan itu juga adalah burung hantu tertua yang pernah diuji pendengarannya.
“Ini adalah demonstrasi yang bagus pada burung, pendengaran diawetkan jauh lebih baik daripada mamalia dan manusia berusia lanjut, dan orang dapat membuat hipotesis bahwa ini memiliki korelasi dengan kemampuan burung untuk memperbaiki kerusakan di telinga mereka,” kata Klump.
Untuk menguji pendengaran burung hantu, burung-burung dilatih untuk duduk dan menunggu suara yang dinyalakan. Jika mereka terbang ke tempat lain di mana ada feeder, mereka akan diberi makanan. Sementara jika mereka terbang ke tempat makan saat suara tidak dinyalakan, mereka tidak mendapat makanan sebagai imbalan.
Klump menegaskan, mempelajari pendengaran burung bisa memberi solusi untuk mengobati manusia yang kehilangan pendengarannya seiring bertambahnya usia. “Memahami proses biologis yang mendasari pendengaran regenerasi pada burung pasti akan memiliki implikasi besar untuk pengobatan gangguan pendengaran pada manusia”,