Ilmuwan dan tenaga kesehatan seluruh dunia kini sedang bekerja keras menemukan vaksin untuk penyakit yang disebabkan virus corona jenis baru. Sejauh ini belum ada vaksin yang dinyatakan berhasil. Puluhan tim ilmuwan dunia yang mengerjakan vaksin Covid-19 masih dalam tahap uji coba klinis. Setelah berhasil pun nggak bisa langsung diproduksi massal, karena harus melewati sejumlah tahapan lain salah satunya soal lisensi.
Meskipun mungkin perjalanan penemuan vaksin corona ini masih jauh, tapi nggak ada salahnya buat kita orang awam gini buat tahu lebih lanjut tentang vaksin. Selama ini mungkin vaksin lebih identik sama imunisasi yang disuntikkan ke bayi-bayi baru lahir atau balita, biar mereka nggak gampang sakit. Faktanya, orang yang udah tua pun tetap butuh vaksin. Memang gimana sih cara kerja vaksin ini? Dan gimana juga awal mula bisa ada vaksin di dunia? Simak yuk, ulasan lengkapnya berikut ini~
Secara sederhana, vaksin adalah suatu senyawa atau zat yang fungsinya membentuk kekebalan tubuh manusia. Vaksin mengandung bakteri atau virus penyebab penyakit yang telah dilemahkan atau dimatikan. Saat disuntikkan ke tubuh kita, vaksin akan merangsang sistem kekebalan tubuh, jadi suatu saat kalau kita terinfeksi bakteri atau virus itu, imun kita bisa melawannya.
Misalnya nih, seorang bayi yang sistem imunnya masih lemah diberi vaksin polio, dengan vaksin itu, tubuhnya akan membentuk antibodi. Antibodi itu nantinya akan bertugas sebagai “security” dalam tubuh si bayi. Jadi kalau suatu saat ada bakteri penyebab polio masuk ke tubuhnya, si antibodi akan melawannya. Terus bayinya jadi sembuh deh, atau bahkan nggak sempat merasakan gejalanya.
Vaksin nggak ujug-ujug ada di dunia ya, Guys. Bisa dibilang sejarahnya cukup panjang sepanjang jalan kenangan. Sebelum vaksin ada, dunia adalah tempat yang sangat berbahaya. Manusia dikepung berbagai macam penyakit. Setiap tahunnya jutaan orang meninggal akibat penyakit menular. Vaksin pertama dipercaya berawal dari Cina pada abad ke-10. Mereka mendapati bahwa orang yang kena cacar, nggak bisa kena lagi di kemudian hari. Lalu ada sebuah ide untuk mengambil luka cacar dari orang yang terinfeksi, mengeringkannya, dan menghancurkannya jadi bubuk. Bubuk itu kemudian dihembuskan ke hidung anak-anak.
Meskipun versi cerita di atas nggak lengkap, tapi kisah itu dipercaya jadi awal mula perkembangan vaksin. Delapan abad kemudian, seorang dokter di Inggris,Edwar Jennar, menginisiasi penemuan vaksin cacar. Dulu, para pemerah sapi sering banget terinfeksi cacar dari sapi-sapinya. Lalu Jenner mengambil sampel nanah dari pasien cacar ringan, dan menyuntikkannya ke bocah 8 tahun bernama James Phipps. Setelahnya, Phipps mengalami gejala cacar ringan. Setelah sembuh, penyuntikkan ke-2 dilakukan. Ajaibnya, nggak ada tanda-tanda sakit di tubuh Phipps. Artinya, tubuhnya sudah kebal sama penyakit kulit itu.
Setelah Jenner, banyak ilmuwan di bidang kesehatan yang terus mengembangkan vaksin hingga sekarang.
Sejak awal penemuannya, vaksin telah mencetak prestasi yang begitu gemilang. Contohnya dalam memberantas campak. Penyakit ini jadi penyakit mematikan sebelum era vaksin. Tapi setelah vaksin ditemukan, angka kematiannya menurun hingga 80% (antara tahun 2000 dan 2007). Polio juga sama mematikannya. Namun sejak vaksin polio masuk daftar vaksin wajib, kini penyakit yang menyebabkan kelumpuhan itu nyaris hilang.
Jejak vaksin di Indonesia bisa ditemukan sejak penjajahan Belanda A A Loedin dalam bukunya yang berjudul “Sejarah Kedokteran di Bumi Indonesia” (2005) menyebut kalau vaksin cacar pertama datang ke Batavia tahun 1804. Lalu tahun 1820 program imunisasi dilakukan rutin setiap minggu di bawah pengawasan seorang inspektur. Walaupun dalam praktiknya belum sempurna karena vaksin masih impor dari Eropa, sehingga jangkauan vaksinnya masih terbatas, tapi, vaksinasi di era Belanda itu jadi awal berkembangnya vaksin di Indonesia. Sampai saat ini, vaksin di negara kita masih terus disempurnakan. Kalau udah jelas-jelas berguna buat menyelamatkan jutaan nyawa manusia, kenapa ya kok masih ada aja kaum-kaum antivaksin? Hmm… entahlah~