Formula sinergi pariwisata dan ekonomi kreatif agar berjalan selaras tengah digodok pihak Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf). Dalam 100 hari pertama, penggabungan ini bertolok ukur pada tak semata jumlah wisatawan.
"Kami akan lebih fokus pada average spending per arrival. Harus hati-hati pilih target turis. Itu dulu yang lagi kami dalami dalam 100 hari pertama kerja," kata Deputi Infrastruktur Kemenparekraf Hari Sungkari di kawasan Senayan, Jakarta Pusat, Rabu, 20 November 2019.
Setelah identifikasi yang dimaksud rampung, barulah ekonomi kreatif akan masuk serta dalam agenda, mulai dari pengadaan makanan, barang, sampai pertunjukan apa yang nantinya disuguhkan untuk para turis domestik maupun mancanegara.
"Maksudnya supaya not one for all. Sementara segmentasi ini lagi kami lakukan di lima destinasi super prioritas. Ada Toba, Borobudur, Labuan Bajo, Mandalika, dan Likupang," sambung Hari.
Upaya lain dari kolaborasi ini adalah memanfaatkan ragam acara, tak semata untuk mendatangkan wisatawan, tapi juga jadi ladang bagi para pelaku bisnis ekonomi kreatif. "Bisa dari event yang kami buat sendiri atau malah event luar yang ditarik ke sini," imbuhnya.
Mandalika yang akal jadi tuan rumah MotoGP 2021 disebut Hari sebagai salah satu acara yang berpotensi menggenjot kedatangan turis, juga ladang promosi ragam ekonomi kreatif.
Pengrajin tengah membatik di Wastra Expo Simposium Kain Tradisional ASEAN 2019 di Royal Ambarrukmo, Yogyakarta, 5 November 2019. (Liputan6.com/Asnida Riani)
Di samping itu, Hari mengungkap canangan dalam membuat ragam usaha ekonomi kreatif langgeng. "Ada dua. Jadi, ada rencana jangka pendek dan jangka panjang," tuturnya.
Rencana jangka pendek berupa pendampingan dari para pihak yang mengerti bisnis. "Karena sustain itu tidak ditampik pasti soal penjualan," kata Hari. Juga, buat produk yang sesuai target pasar, bukan berdasar kemauan sendiri.
Termasuk pula pendaftaran Hak Kekayaan Intelektual (Haki) dan perurusan legal lainnya. Juga, pastikan semua komitmen ke konsumen dijalankan. "Karena repeat order pasti datang dari konsumen yang satisfied," katanya.
"Jangka panjangnya inovasi. Karena produk yang sama, lima tahun ke depan mungkin saja sudah tidak menarik. Bisa dilihat sekarang sudah ada beberapa restoran yang sudah mulai ditinggal (konsumen)," ujar Hari.