Pulau Belitung menyimpan nuansa indah di setiap sudut wilayahnya. Meskipun identik dengan wilayah yang dikeliling lautan, Belitung juga punya hutan yang masih asri. Salah satu hutan yang masih asri dan juga menjadi destinasi wisata di Pulau Belitung adalah Bukit Peramun.
Kompas Travel berkesempatan menjelajah bersama dengan Bank Central Asia (BCA) pada Sabtu (9/11/2019).
Bukit Peramun memiliki keunikan akan ragam jenis tanaman. Beragam tanaman yang ada ini kemudian diramu oleh warga sekitar dan dijadikan obat-obatan.
Tercatat, ada 147 tanaman yang ada di tempat ini.
Bukit Peramun Belitung kepada awak media dalam acara Kafe BCA on the Road, Sabtu (9/11/2019)." src="https://asset.kompas.com/crops/Du2-R_5DJWy1rQlxBoXB6IGihFY=/87x0:1353x844/750x500/data/photo/2019/11/11/5dc8a0cd675d4.jpg" />
Selain dikenal akan ragam jenis tanamannya, Bukit Peramun juga memiliki keunikan pada konsep desa wisata digitalnya.
Konsep digital yang dimaksud yaitu karena keberhasilan pengurus desa dalam mengaplikasikan sistem QR Code.
Tujuannya untuk memperkenalkan jenis dan manfaat tanaman di Bukit Peramun, dan virtual guide dalam dua bahasa (Indonesia dan Inggris).
Lebih dari itu, Bukit Peramun juga dikenal dengan kekayaan flora dan faunanya.
Kemudian, kekayaan tersebut dikembangkan dalam berbagai lokasi spot foto antara lain berupa rumah hobbit, jembatan merah, batu kembar dan mobil terbang.
Menurut Executive Vice President Corporate Social Responsibility (CSR) BCA Inge Setiawati, potensi pariwisata yang ada di bukit ini menawarkan wisata alam, edukasi dan petualangan.
Ini lah yang menjadi salah satu potensi wisata dari Belitung.
"Satu hal lain yang menjadi keunggulan Bukit Peramun yaitu mengaplikasikan teknologi virtual guide untuk lebih memanjakan pengunjungnya dalam berwisata,” kata Inge.
Bukit Peramun berhasil meraih penghargaan sebagai pemenang Green Gold kategori Pelestarian Lingkungan dalam ajang Indonesian Sustainable Tourism Awards 2019 (ISTA).
"Kami optimis Bukit Peramun dapat berkembang secara optimal, unggul, dan dapat turut meningkatkan ekonomi negara baik melalui wisatawan lokal dan mancanegara," tambah Inge
Ketua Komunitas Air Selumar (Arsel) Adie Darmawan mengaku tak memiliki target jumlah wisatawan.
Ia jutsru berharap para wisatawan menjaga dan melestarikan desa yang berketinggian 129 mdpl di Belitung Barat ini.
"Tidak usah banyak-banyak, kami tidak ada target jumlah wisatawan, yang penting mereka bisa jaga Bukit Peramun. Karena saya inginkan ini terus berlanjut, sustainable," kata Adie.
Selain melihat kenekaragaman tumbuhan, Kompas Travel berkesempatan melihat tarsius, hewan primata langka yang ada di Belitung.
Tarsius sering juga disebut sebagai monyet terkecil di dunia.
Menurut pemandu wisata Bukit Peramun, biasanya tarsius terlihat banyak. Sayangnya, karena memasuki musim hujan, hewan satu ini pun jarang terlihat.
"Jumlah sekarang ada 60 populasi, bahkan mungkin bisa 80. Ini sudah lebih banyak. Ada juga yang kadang terlihat menggendong anaknya," ujar pemandu wisata.