Ikan yang Hidup di Laut Dalam Sudah Bisa Melihat" src="https://storage.trubus.id/storage/app/public/posts/t20190510/big_10ee573f3d6842bd4b0defed8c84620e88e74c7e.png" style="width:400px" />
Ikan laut dalam. (DR. Wen-Sung Chung via Newsweek)
Selama ini, para peneliti percaya jika hewan yang hidup antara 2.000 hingga 27.500 kaki di bawah permukaan laut, merupakan makhluk hidup yang buta warna. Namun, berdasarkan penelitian terbaru, para ilmuwan percaya jika sekarang, ikan yang hidup di laut dalam, telah berevolusi melihat warna. Hipotesa tersebut diterbitkan di jurnal Science setelah para peneliti mengamati 101 genom ikan untuk mencari tahu lebih banyak tentang opsin mereka: reseptor di retina yang mengubah cahaya menjadi sinyal elektrokimia yang diproses otak. Vertebrata atau hewan dengan tulang punggung memiliki hingga lima opsin. Satu batang opsin untuk melihat dalam gelap dan empat opsin kerucut untuk mendeteksi warna dari objek yang terang benderang. Sementara manusia, memiliki tiga opsin kerucut; kucing dan anjing memiliki dua opsin. Yang paling banyak memiliki opsin ialah ikan dan burung, masing-masing empat.
Dengan melihat genom ikan, para peneliti menemukan bahwa, beberapa ikan yang hidup di laut dalam memiliki sistem visual berbasis multi batang opsin. Memungkinkan mereka untuk melihat warna di kedalaman lautan yang gelap. Sistem visual ini bisa berguna untuk mengambil cahaya bioluminesensi dari predator atau mangsa. Namun, hanya tes perilaku yang bisa mengonfirmasi hal ini. The glacier lanternfish, the tube eye, the longwing spinyfin dan the silver spinyfin merupakan ikan laut dalamyang memiliki lima batang opsin. Penelitian juga mengungkapkan bahwa, ada banyak ikan yang memiliki lebih banyak gen opsin daripada yang digunakan.
"Beberapa sistem visual berbasis batang opsin telah berevolusi tiga kali secara independen pada ikan laut dalam. Mengindikasikan bahwa, mungkin memang sangat berguna untuk memiliki lebih dari satu pigmen batang ketika tinggal di laut dalam. Dalam batasan vertebrata, ada kemungkinan yang jauh lebih besar untuk beradaptasi, termasuk potensi untuk mendeteksi warna," kata profesor Walter Salzburger, pakar evolusi hewandi Swiss University of Basel Zoological Institute kepada Newsweek. Kesulitan mengakses habitat ikan laut dalam membuat para peneliti tidak bisa melakukan eksperimen perilaku hewan tersebut. "Tim tidak dapat membuktikan bahwa makhluk itu dapat membedakan antara warna di lingkungan mereka," ujar Dr. Zuzana Musilova, peneliti dari the Zoological Institute and Department of Zoology di Prague's Charles University, Republik Ceko