Orang cenderung menganggap bahwa air murni itu baik. Kemurnian dianggap sebagai indikator utama dari kualitas air. Padahal, 100% air super murni tidak baik untuk kesehatan. Air super murni hanya terdiri dari hidrogen dan oksigen yang tidak memberikan mineral lain yang dibutuhkan oleh tubuh.
Jika kita mengambil air dari mata air dan danau yang paling murnni, menganalisis sampel dan kita akan menemukan sejumlah kecil mineral terlarut, seperti natrium, kalsium, kalium, magnesium, dan klorida. Mineral yang terkadung dalam air tersebut menguntungkan dan bermanfaat bagi tubuh.
Ion atau elektrolit yang terbentuk ketika mineral larut dalam air akan memegang peranan penting untuk mentransmisikan impuls listrik di sepanjang saraf dan untuk kontraksi otot dalam tubuh. Hal ini memungkinkan semua fungsi “bioelektrik” dalam tubuh berfungsi dengan baik (seperti bergerak, jantung berdetak, berpikir, dan melihat).
Jadi, penting bagi kita untuk menjaga konsentrasi ion-ion ini di dalam dan di luar sel dalam tubuh. Meminum banyak airr murni tidak hanya tidak memberi sumber elektrolit esensial ini, tetapi juga mengambil ion dan elektrolit yang sudah ada dalam tubuh. Hal ini akan menciptakan ketidakseimbangan yang cukup fatal dalam tubuh. David Rees dari National Geographic meneliti air super murni
Air yang dimurnikan akan menjadi penyerap yang aktif. Ketika bersentuhan dengan udara, air akan menyerap karbon dioksida dan menjadi asam. Semakin banyak air mmurni yang dikonsumsi tubuh akan menyebabkan meningkatnya tingkat keasaman tubuh.
Dalam penggunaannya, air murnii hanya direkomendasikan sebagai cara mengeluarkan racun dari tubuh, atau untuk perawatan detoks jangka pendek dan tidak disarankan untuk penggunaan jangka panjang.
Konsumsi jangka panjang menyebabkan terjadinya kekurangan mineral dan meningkatkan kondisi keasaman dalam tubuh. Hal ini juga ditunjukan orang-orang yang banyak mengkonsumsi minuman ringan dari air murni, secara konsisten menunjukkan bahwa konsumen tersebut mengeluarkan sejumlah besar kalsium, magnesium, dan mineral lainnya dalam urin.
Kondisi ini mendorong risiko yang lebih besar terhadap resiko penyakit osteoporosis, osteoartritis, hipotiroidisme, penyakit arteri koroner, tekanan darah tinggi dan penyakit degeneratif yang berkaitan dengan penuaan dini.