Seekor tawon tengah mengambil serbuk sari dan nektar dari bunga kaktus di Meggen, Swiss, 4 Agustus 2013 Sigi Tischler / EPA
Lebah dan tawon adalah dua serangga berbeda. Lebah adalah serangga kecil nan ramah yang menghasilkan madu dan mungkin akan meninggalkan luka di lengan ketika Anda memasuki wilayah pribadi mereka.
Di sisi lain, Tawon adalah pejuang agresif. Ia dianggap serangga pengganggu dan berbahaya.
Namun sebuah studi terbaru yang dilansir Newsweek, Selasa (18/9/2018), serangga ini sebenarnya juga memiliki peran penting dalam proses penyerbukan dan menangkal hama.
Penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Ecological Entolomology itu digalang Seirian Sumner dari Pusat Penelitian Keanekaragaman Hayati dan Lingkungan University College London (UCL) Inggris. Ia menyelidiki persepsi publik tentang lebah dan tawon.
Daily Mail (19/9) menyebutkan penelitian ini didanai oleh Dewan Penelitian Lingkungan Alam dan Komisi Eropa melalui persekutuan Marie Curie.
"Meskipun ada pemahaman umum bahwa orang membenci tawon, kami tidak memiliki bukti ilmiah tentang ini dan apa alasannya." kata Sumner. "Jadi kami akan membuat survei di media sosial untuk mencari tahu kebenarannya," tambahnya.
Para peneliti kemudian mensurvei 748 orang dari 46 negara mengenai persepsi mereka tentang serangga, termasuk lebah dan tawon. Hasilnya sangat jelas sekali.
"Masyarakat memang membenci tawon!" Kata Sumner. Bahkan kebencian itu bukan baru-baru ini saja, tapi sudah ribuan tahun.
Filsuf Aristoteles pun pernah menggambarkan tawon sebagai hal negatif. Ia menganggap tawon sebagai hukuman dari Tuhan.
Kata-kata yang digunakan untuk menggambarkan tawon semuanya bersifat negatif dan emosional, Misalnya sengatan, menjengkelkan, nyeri, dan berbahaya.
Sementara kata-kata yang digunakan untuk menggambarkan lebah lebih bersifat positif dan fungsional. Contohnya penyerbukan, bunga, madu, dan buzz.
"Secara budaya, kita memang dibesarkan untuk membenci atau takut tawon. Itu sebabnya para ilmuwan tertantang untuk mempelajari tawon dibandingkan lebah," kata Marie Curie, seorang peneliti di UCL, kepada ABC News (20/9).
Adam Hart, seorang entomolog dari University of Gloucestershire, Inggris, juga mengatakan bahwa tawon adalah predator. Tapi tawon memiliki peran yang sangat besar dalam ekologi.
"Jadi mereka pengendali hawa alami. Mereka memangsa hama serangga yang makan tanaman," kata Hart. Dengan menjadi predator, tawon dapat meningkatkan keanekaragaman hayati.
Sumner juga menemukan bahwa jumlah penelitian tentang tawon masih kurang. Padahal penelitian itu bisa berdampak positif terhadap lingkungan.
Sumner telah menganalisis makalah penelitian ilmiah dan presentasi konferensi untuk lebah dan tawon masing-masing selama 37 tahun dan 16 tahun terakhir ini.
Dari 908 makalah yang diambil, hanya 2,4 persen publikasi soal tawon yang ditemukan sejak 1980. Bandingkan dengan lebah yang memiliki 97,6 persen (886 dokumen) publikasi. Dari 2.543 abstrak konferensi dalam 20 tahun terakhir, 81,3 persen menyangkut lebah.
Saat ini, semua serangga termasuk tawon berada di bawah ancaman perubahan iklim dan hilangnya habitat. Maka itu, serangga-serangga tersebut perlu dijaga dan dilindungi agar bebas dari ancaman kepunahan.
"Akan fantastis jika peneltian difokuskan pada tawon, tapi itu pun membutuhkan waktu yang lama agar masyarakat bisa memahami peran penting tawon," kata Alessandro Cini dari UCL.
Sumner mengajak masyarakat untuk menghargai peran tawon dalam lingkungan, salah satunya dengan menyediakan penelitian yang berhubungan dengan nilai ekonomi dan sosial mereka.
"Dalam hal ini, kami membutuhkan peran media untuk membantu mengembalikan persepsi kita tentang tawon menjadi positif." Sebab apabila dunia tanpa tawon berarti kita perlu menggunakan lebih banyak bahan kimia untuk mengendalikan populasi hama serangga," pungkasnya.