Muhammad Amanatullah adalah pelukis handal, meskia ia tak punya tangan sejak lahir. Selain mencukupi hidupnya, lukisan-lukisan Aam, panggilannya, juga sudah go international mengikuti jejak Agnez Monica dan Mbak Anggun C. Sasmi.
Tapi sebelum itu, Aam pernah mengalami banyak sekali penolakan—lebih-lebih dalam hal pendidikan.
Siapa yang tak bersedih lahir tanpa kedua tangan? Begitu juga Aam. Ia sempat ditolak oleh beberapa sekolah yang ada di Gresik, Jawa Timur, pada saat hendak menempuh Sekolah Dasar (SD).
Kondisi fisik yang kurang lengkap, membuat pihak sekolah tidak berani menerima Aam sebagai salah satu murid di sekolahnya. Alih-alih menyambutnya, sekolah itu justru menyarankan pria kelahiran 4 Mei 1993 itu masuk ke Sekolah Luar Biasa (SLB).
Mendapat rekomendasi tersebut, keluarga Aam akhirnya memasukkan si buah hati ke SLB Kemala Bhayangkari 2 Gresik, yang beralamat di Jalan Randuagung, Kecamatan Kebomas, Gresik.
“Kaki ibarat tangan bagi saya. Karena semua aktivitas yang biasanya dilakukan oleh tangan pada manusia normal, saya lakukan dengan kaki,” buka Aam, Selasa (4/4) malam kepada Kompas.com.
Dari itu, Aam menemukan bakatnya. Ketika Kelas 4, salah seorang gurunya tahu jika Aam punya jiwa seni. Guru itu pun mengajak warga Jalan RA Kartini Gang 16, No.21, Kelurahan Sidomoro, Kecamatan Kebomas, Gresik ini, untuk lebih serius dalam belajar menggambar dan mewarnai.
“Saya akui, mulai saat itulah bakat saya dalam melukis menggunakan kedua kaki lebih terasah, sehingga saya mampu menghasilkan beberapa karya lukisan. Baik dengan menggunakan cat air maupun cat minyak,” ucapnya.
Karena bakat seninya itu juga, si guru merekomendasikan Aam melanjutkan ke jenjang SD saat Kelas 6.
“Itu juga dibantu sama guru-guru yang ada di SLB, sehingga saya kelas enamnya pindah menjadi siswa di SD Negeri Kebomas. Karena mereka menilai, saya ini terbatas fisik saja, sementara yang lain normal sama seperti anak-anak lain. Setelah itulah, saya bisa menempuh pendidikan seperti teman-teman lain yang terlahir normal,” kata Aam.
Setelah dapat ijazah SD, Aam melanjurkan pendidikannya di SMP Negeri 4 Gresik, lalu SMA Semen Gresik. Adapun sekarang, Aam adalah mahasiswa semester dua di Universitas Muhammadiyah (Unmuh) Gresik.
“Saya kuliah ini juga sifatnya gratis. Dapat beasiswa dari Unmuh, karena saya juga mengajar kelas kepada para anak berkebutuhan khusus yang ada di Unmuh,” ujarnya. Aam sendiri sebenarnya ingin kuliah di jurusan kesenian.
Lukisan Aam pun go international!
Aam kini sudah menghasilkan beberapa karya. Sebagian besar lukisannya telah laku terjual, baik pada saat dirinya mengikuti pameran atau si pembeli datang langsung ke rumahnya.
Tak hanya laris manis di dalam negeri, lukisan Aam juga pernah mentas di luar negeri, seiring bergabungnya pria yang masih berstatus lajang ini bersama dengan Association of Mouth and Foot Painting Artists (AMFPA), yang berpusat di Swiss.
Asosiasi bagi para penyandang disabilitas yang bisa melukis dengan menggunakan kaki dan mulut ini memfasilitasi para anggotanya untuk berkirim karya lukisan, dengan timbal-balik berupa uang pada setiap bulannya.
“Saat ikut pameran di JX Expo Surabaya pada Oktober 2015 lalu, saya kenalan dengan Pak Sabar. Dan dari Pak Sabar itulah saya diajak untuk bergabung dengan AMFPA, karena beliaunya bisa dikatakan koordinator AMFPA di Indonesia,” terang dia.
“Kalau anggota di Indonesia saya tidak tahu, tapi kata Pak Sabar kalau di seluruh dunia sudah ada sekitar 900-an orang. Di AMFPA, saya disuruh minimal menghasilkan lima karya untuk dikirim ke Swiss. Saya juga enggak tahu, di sana apakah dijual lagi atau sebatas dibuat koleksi. Tapi sebagai imbalannya, saya dapat transfer uang setiap bulan,” ucap Aam.