Ini kisah seorang sopir angkot. Dahi sang sopir, Pian, mengerenyit menahan terik matahari. Cucuran keringat di dahinya telah mengkristal terpapar panas sang surya.
Sesekali ia merentangkan lipatan uang ribuan yang sudah lecek. Di belakang kemudi angkutan kota, suara paraunya memecah bising jalanan Terminal Leuwipanjang, Kota Bandung.
Urat lehernya meregang keras, lantang mencari penumpang. Begitulah keseharian Pian selama 15 tahun terakhir. Guratan nasib menggiringnya menjadi seorang sopir angkutan kota jurusan Soreang-Terminal Leuwipanjang.
Namun, hari-harinya kini berubah. Pemilik nama lengkap Muhammad Pian Sopian itu mendadak sibuk. Dalam kurun waktu 10 hari terakhir, dering ponselnya tak pernah berhenti.
Aksi nyelenehnya yang menyulap angkot menjadi perpustakaan berjalan membuatnya jadi buruan awak media. Kompas.com sempat menghampiri Pian saat tengah mangkal di Terminal Leuwipanjang, Rabu (19/10/2016) siang.
Dia bertutur, ide itu bermula saat sang istri, Elis Ratna Suminar (29), meminta agar angkot yang ia kemudikan dilengkapi buku bacaan. Tanpa pikir panjang, ia pun menyanggupi ide sang istri yang berprofesi sebagai guru honorer.
Dengan modal uang Rp 300.000, ia merangkai keranjang besi yang ditempel di bagian belakang mobil angkot milik kerabatnya.
Agar penumpang tak bosan, Pian sengaja menyajikan variasi buku bacaan. Dari mulai politik, agama, kesehatan, novel, hingga komik. Saat ini ia baru memajang sekitar 26 buku.
"Ide setahun lalu istri saya kan guru honorer. Dia suka keliling kampung memberikan konseling bagi warga yang kurang dapat perhatian dalam pendidikan. Mulai Juni lalu, angkot saya diisi buku," ucap pria berusia 36 tahun itu.
"Paling hanya 4-5 orang yang mau baca buku," ucap Pian yang saat itu mengenakan kemeja lengan panjang dipadu jins biru dongker lusuh.
Ide angkot pustaka itu pun tak lantas mendongkrak penghasilannya. Pian mengaku, setiap hari ia hanya mengantongi untung sebesar Rp 100.000.
"Pendapatan gak naik biasa saja, tapi niatnya memang hanya memberi fasilitas buat yang senang baca saja," tuturnya. Ide kecilnya itu berbuah positif. Pujian mengalir deras kepada pasutri yang baru dikaruniai seorang anak itu.
"Istri banyak koleksi buku, jadi sekarang termanfaatkan. Penumpang juga suka. Jalur Soreang-Leuwipanjang kan macet, lumayan jadi obat macet. Kalau lagi macet penumpang serius baca buku," ujar Pian dengan senyum merekah.
Namun, upayanya untuk meningkatkan literasi baca tak berjalan mudah. Di kalangan sopir, Pian kerap mendapat nyinyiran.
"Ya, ada juga yang nyinyir, tapi banyak juga yang mengapresiasi," ucap pria yang tingal di Kompleks Parahyangan Kencana Blok A 11 No. 7, Desa Nagrak, Kecamatan Cangkuang, Kabupaten Bandung, itu.
Ia pun kerap memerhatikan minat baca penumpang. Menurutnya, dalam sekali jalan hanya sedikit penumpang yang mau membuka koleksi bukunya. Sisanya, penumpang hanya asyik dengan telepon pintarnya.