Sepuluh siswa Indonesia berhasil membuktikan prestasinya dalam lomba karya ilmiah remaja Asia-Pacific Conference of Young Scientists (APCYS) ke-5. Tim Indonesia berhasil menyabet tujuh medali dari ajang yang digelar di kampus Amity University Gurgaon, India itu.
“Karya ilmiah tim Indonesia meraih 2 medali emas, 2 medali perak, dan 3 medali perunggu,” kata Sekretaris Jenderal APCYS Srisetiowati Seiful.
Srisetiowati mengatakan Indonesia memboyong 10 siswa dengan 8 penelitian. Mereka bersaing dengan 150 peserta dari 10 negara dan 120 penelitian dalam bidang Fisika, Engineering, Environmental Science, Life Sciences dan Computer Science.
Medali emas tim Indonesia diraih oleh Elizabeth Maria Clarissa dari SMAK St Louis 1, Surabaya, dan Joan Aldine Agita Limanto dari SMAK Gloria 2, Surabaya. Penelitian Elizabeth berjudul Fibre-packet Meat yang masuk kategori Environmental Science. Sementara Joan meneliti Pudding Hand Sanitizer untuk kategori Life Science.
Dua medali perak untuk tim Indonesia diraih oleh Bramasto Rahman Prasojo dari SMP Chandra Kusuma Deli Serdang dan Lubba Ailati dari SMP Al-Ma'soem. Penelitian Chandra berjudul LED as a Solar Cell di kategori Physics. Sedangkan Lubba meneliti kategori Engineering. Penelitiannya diberi judul Designing Liquid Refractive Index Measuring Instrument.
Sementara medali perunggu diraih Rizky Aprillia Widianti dari SMAN 5 Surabaya berkat penelitiannya di kategori Life Science berjudul Aroma Treatment for Noni Juice. Peraih medali perunggu lainnya adalah Shanon Angelica Indrasan dan Yihua Varaputtananda Chen. Siswa SMP Narada, Tangerang itu meneliti Water Antenna for Wi-Fi untuk kategori Engineering.
Rafsi Azzam Hibatullah Albar, siswa SMP Al-Azhar 13 Surabaya, juga mendapat satu medali perunggu dalam kategori Computer Science. Penelitiannya berjudul The Application of Microcontroller on Plant Watering Automation.
Srisetiowati mengatakan Indonesia juga mendapat lima medali tambahan dari poster yang dipamerkan masing-masing peserta. “Tim meraih 1 medali perak untuk kategori Engineering dan 4 medali perunggu masing-masing untuk kategori Fisika, Engineering, Environmental Science dan Computer Science,” katanya.
Selain ketujuh nama di atas, Srisetiowati mengatakan masih ada dua anak lagi yang juga berprestasi. Mereka adalah Marcell Baringbing dan Gabe Simanjuntak dari SMPN 1 Sigumpar, Sumatera Utara.
Salah satu peserta termuda tersebut menampilkan penelitian tentang Tobasa's Batik from Melastoma Seed Extract dan mendapat perhatian khusus dari juri. “Sayangnya tahun ini tidak ada Special Awards,” kata Srisetiowati.
Usai mengikuti ajang internasional tersebut, Srisetiowati mengatakan anak-anak sering berpeluang menjadi duta Indonesia serta menghadiri konferensi ilmiah seperti Asian Science Camp. Turut berkompetisi juga, kata dia, dapat membuka kesempatan untuk memperoleh beasiswa dari perguruan tinggi.
Siswa yang ingin mewakili Indonesia dapat mencoba seleksinya melalui Lomba Peneliti Belia tingkat provinsi. Peserta yang lolos akan kembali bertarung di LPB tingkat nasional. “Yang terbaik dari setiap kategori yang akan dipilih untuk mewakili Indonesia dalam ICYS dan APCYS,” katanya.
Dalam kompetisi APCYS, Indonesia juga menurunkan dua juri internasional sekaligus Ketua Tim Juri Kategori Fisika dan Life Science. Mereka adalah Monika Raharti yang juga President APCYS dan Diyah Purworini.