Sabun pertama kali ditemukan para ilmuwan Muslim di era puncak peradaban Islam pada abad 7 M. Siapa yang mengira bahwa peradaban Barat di Eropa baru mengenal pembuatan sabun di abad 16 M.
Terlepas dari pesatnya perkembangan teknologi maupun hiruk pikuk kehidupan politik yang serba njelimet, tanpa disadari ternyata masih banyak sekali orang yang abai terhadap hal-hal remeh di sekitarnya, padahal benda-benda tersebut tidak bisa terpisahkan dalam kebutuhan sehari-hari. Salah satu diantaranya yakni sabun. Siapa sangka keberadaan sabun yang sangat berperan dalam menjaga kebersihan tubuh kita teralihkan dengan updatemengenai fenomena Donald Trump hingga seputar teknologi smartphone yang kini banyak digandrungi kawula muda. Yap, sabun. Salah satu benda kaya manfaat yang paling kita remehkan eksistensinya. Setidaknya, pernahkah kita berpikir tentang siapa yang dan mengembangkan sabun pertama?
Di dalam bukunya yang berjudul Technology Transfer in the Chemical Industries, Ahmad Y Al Hassan menerangkan bahwa sabun merupakan salah satu penemuan penting di era puncak peradaban muslim, tepatnya pada abad 7 SM. Di masa itu, umat muslim telah berhasil mengembangkan konsep hidup higienis yang mutakhir. Menurut Al Hassan, sabun pertama kali diproduksi para kimiawan Muslim di era kekhalifahan dengan menggunakan minyak zaitun atau minyak sayuran dan minyak aroma sebagai bahan dasarnya. Salah satu diantara yang berhasil menemukan formula dasar pembentukan sabun adalah Al Razi, seorang ahli kimia asal Persia.
Sabun yang ditemukan dan dikembangkan umat muslim di zaman kejayaan sudah menggunakan pewarna dan pewangi. Dan sudah ada pula sabun cair maupun batangan (padat). Lebih jauh lagi, di masa itu bahkan sudah digunakan sabun khusus untuk mencukur kumis dan jenggot. Secara fundamental, Al Hassan menyatakan bahwa formula pembuatan sabun tidak pernah berubah bahkan hingga saat ini.
Resep pembuatan sabun juga turut ditulis oleh Abu Al Qasim Al Zahrawi alias Abulcassis (936 – 1013 M), seorang dokter muslim terkemuka asal Andalusia, Spanyol. Beliau menerangkan cara membuat sabun dalam kitabnya yang berjudul Al Tasreef yang kini menjadi ensiklopedia monumental yang terbagi dalam 30 volume. Kitab tersebut telah diterjemahkan ke dalam bahasa Latin dan disebarluaskan sebagai buku referensi utama di sejumlah universitas terkemuka di Eropa. Sedangkan masyarakat Barat sendiri, khususnya Eropa, diperkirakan baru mengenal pembuatan sabun pada abad ke-16 M.
Sherwood Taylor (1957) di dalam bukunya yang berjudul A History of Industrial Chemistry, juga menyatakan bahwa peradaban Barat baru menguasai pembuatan sabun pada abad ke-18 M. Dalam hal ini, penemuan sabun yang tergolong modern memang diciptakan di masa kejayaan Islam.