Penyebaran virus corona begitu cepat di berbagai negara. Untuk mencegahnya, ada sejumlah cara yang bisa diterapkan, salah satunya adalah memakai masker medis. Jenis masker ini bisa menahan droplet atau cairan yang keluar saat batuk dan bersin. Para tenaga medis wajib memakainya supaya tak menularkan virus ke pasien. Masyarakat umum yang sedang sakit juga wajib memakainya supaya tak menyebar virus ke teman, keluarga, maupun orang lain yang ditemui.
Namun dalam sekejap, kebutuhan masker medis melonjak tinggi sehingga terjadi kelangkaan. Apalagi ada sejumlah oknum yang sengaja menimbun masker untuk dijual dengan harga mahal. Masyarakat umum jadi kesulitan memperoleh masker. Kondisinya lebih gawat lagi bagi para tenaga medis, sebab mereka harus bekerja setiap hari di rumah sakit. Dalam kondisi seperti ini, muncul alternatif berupa masker kain yang bisa dipakai berbagai kalangan.
Achmad Yurianto, juru bicara pemerintah untuk penanganan virus corona, berkata kalau masker kain bisa menjadi alternatif pencegahan. Dilansir dari Kompas, dia menjelaskan kalau masker kain bisa menahan droplet dari sang pemakai maupun orang lain. Ini dianggap lebih baik daripada tak memakai masker sama sekali, bagi para petugas medis maupun masyarakat umum.
Guna mengantisipasi wabah virus corona tonton video ini ya :
Deteksi Dini Gejala Virus Corona dari Hari ke Hari !
DIY Hand Sanitizer. Hanya Dua Bahan dijamin Efektif.
Lantas bagaimana peraturan untuk petugas medis? Mereka bisa memakai masker kain kalau memang tak ada masker medis sama sekali. Namun, penggunaannya harus dikombinasikan dengan pelindung wajah plastik yang menutupi seluruh bagian depan dan samping wajah. Mereka juga harus mengganti masker kain secara berkala dan mencucinya tiap hari dengan air hangat.
Dilansir dari CNN, sekelompok sukarelawan di Atlanta menjahit masker kain untuk rumah sakit yang membutuhkan. Mereka telah menerima 3.000 permintaan masker dari 15 tempat. Ada tiga jenis masker kain yang mereka buat: masker sederhana untuk pasien atau tenaga medis, masker besar yang bisa melapisi masker N95 untuk memperpanjang waktu pemakaiannya, dan masker dengan kantong yang berisi filter.
Indonesia pun tak mau kalah. Menurut laporan Tempo, Asosiasi Pertekstilan Indonesia berkata sedang menjahit 1 juta masker kain di Bandung, Jawa Barat. Masker ini tak akan dijual, melainkan diserahkan pada Palang Merah Indonesia. Rencananya stok tersebut akan dibagikan pada masyarakat yang membutuhkan.
Perlindungan masker medis lebih efektif tiga kali lipat dibandingkan masker kain, seperti dikutip dari penelitian Public Health England’s Health Protection Agency tahun 2013. Para peneliti mencoba menembakkan bakteri pada berbagai bahan rumah tangga. Ternyata yang terbaik adalah masker medis karena bisa menangkap 97% bakteri tersebut. Disusul oleh tas vacuum cleaner (95%), kantong teh (83%), kain katun campuran (74%), dan kain katun seratus persen (69%).
Maka masker kain dianggap kurang baik karena sistem penyaringannya tak maksimal. Apalagi benda ini lebih gampang menjadi lembap. Namun setidaknya, masker kain bisa menjadi pembatas fisik yang melindungi area hidung dan mulut.
“Secara teori, masker kain seharusnya bisa jadi pelindung karena memberikan penghalang fisik yang bisa melindungi hidung dan mulut,” kata Raina MacIntyre yang pernah melakukan penelitian tentang masker kain pada 2015.
Namun tentunya, masker kain tak boleh dipakai berlama-lama. Masyarakat umum yang sedang tidak batuk dianjurkan menggantinya tiga jam sekali, sementara yang sedang flu dianjurkan menggantinya lebih sering. Gunakan sisi yang selalu sama untuk sisi luarnya. Saat hendak melepasnya, tariklah tali bagian belakang ke depan dan jangan menyentuh bagian depan masker. Masker kain juga harus dicuci bersih dengan detergen dan air hangat. Itu sudah cukup untuk membersihkannya, tak perlu pakai cairan pemutih maupun sanitizer.
Dalam panduan sementara yang dikeluarkan pada 29 Januari 2020, WHO tak menganjurkan pemakaian masker kain dalam situasi apa pun. Bagi petugas medis maupun masyarakat umum, mereka lebih menyarankan masker medis karena jauh lebih efektif. Namun dalam situasi darurat pandemi Covid-19 sekarang ini, berbagai pihak baik pemerintah negara maupun masyarakat umum mau tidak mau menjadikan masker kain sebagai alternatif. Intinya memang, lebih baik daripada tidak ada sama sekali.
Namun WHO pun kembali menekankan rekomendasinya bahwa masker hanya wajib dipakai untuk orang yang sakit dan mereka yang merawat orang sakit terutama tenaga medis. WHO juga tidak menyarankan pemakaian luas masker untuk seluruh komunitas, karena belum ada bukti kuat jika semua orang memakai masker bisa serta merta mencegah penularan.
Nah, tapi jika penyediaan masker kain sebagai alternatif, bisa berarti memperbanyak stok masker medis untuk orang yang benar-benar membutuhkan, mungkin tidak ada salahnya. Tapi ingatlah bahwa masker kain tidak seefektif masker medis standar dan perlu dicuci secara rutin karena jika tidak, malah bisa jadi sarang penyakit…