Ketika pertama kali berjumpa si dia yang menggetarkan hati, yang ditunjukkan selalu sikap terbaik atau bahkan terpuji. Di media sosial, kita hanya akan mengunggah foto-foto dengan sudut tercantik dan tanpa cela. Kita juga akan lebih giat berlatih di pusat kebugaran demi mempertahankan bentuk tubuh ideal.
Bila segalanya terus seperti ini, bahkan setelah menikah dan berumah tangga, bisa jadi hubungan percintaan yang kita jalani belum mencapai level atas, yakni hubungan yang penuh dengan kenyamanan yang dapat membuat kita sungguh menjadi diri sendiri di hadapan pasangan. Inilah keindahan sejati sebuah hubungan.
Menurut Patti Stanger, seorang comblang para hartawan, seperti dikutip dari WarmFuzzies, hidup itu tidak sekadar pesta. Akan ada saatnya turun dan naik, masalah, dan datangnya hal-hal yang tidak mengasyikan.
Bagaimana kita melalui jalan berliku itu jika tidak punya teman hidup yang benar-benar pas dan menerima apa adanya? Jika berpikir hidup itu adalah pesta, maka kita akan berakhir sebagai satu-satunya yang tertinggal, bahkan saat pesta telah usai.
Jika bermimpi tentang hubungan yang selevel lebih atas, maka kita harus menguji dan mencobanya. Tinggalkan segala kontrol kesempurnaan dan segera temukan batas kenyamanan dengan pasangan. Cukup lakukan, lalu lihat reaksi pasangan. Pasangan yang tepat akan tetap memandang dari sisi positif, seburuk apapun yang kita kerjakan.
Mereka yang menjalani hubungan dengan level kenyamanan tinggi akan terlihat dari beberapa tanda, misalnya membiarkan cucian piring menumpuk dan pergi tidur, tidak datang tepat waktu atau lambat membalas pesan, atau cuek buang angin di hadapannya. Hal ini direspons dengan sikap pengertian, bahwa pasangan hanyalah manusia biasa dengan segala kekurangannya.
Namun jika kita atau pasangan tidak sanggup menghadapi kekurangan-kekurangan semacam itu, bahkan menjadi stres, bolehlah telaah kembali hubungan yang sedang dijalani. Mungkin dia bukan orang yang pas.